Puisi: Ekonomi Plastik (Karya Radhar Panca Dahana)

Puisi "Ekonomi Plastik" karya Radhar Panca Dahana adalah sebuah kritik tajam terhadap fenomena ekonomi modern yang didominasi oleh uang, ....
Ekonomi Plastik

bermula sebuah kisah

: setelah rumah
berharga selumbung gabah
dan pasar begitu ramah,
emas pun tiba mengukur harta
hingga cemas merutin kita
dan kaya bermakna kata
menjadi kata

ketika salib dan bintang beradu
kesatria datang kuda berdebu,
emas terpilin bersalin kertas
cemas merutin makin keras.
kata menggeliat berganti angka
manusia melihat dirinya luka.
harta lenyap pundipundi tiada
tercipta kapital sekuasa modal
dipimpin akal yang mokalmokal

awal mula manusia lupa
arti sejahtera bagi keluarga
kecuali angka dan huruf mati
di lembar kertas tak berhati
di mana harga tertera nilai tercipta.
tapi harga, siapa menera?
tapi nilai, siapa pula mencipta?
kuda berdebu, kesatria bersekutu
raja setuju, saudagar menipu.
tiada tahu, segala samar dan semu.

dunia kini melebar datar
kertas yang mencuri kata bayar.
ekonomi pun lahir seperti mantra
mujarab membuat manusia lenyap
ajaib memilin makna menjadi raib.
meja di mana hidup kita hidangkan
jadi rumah kartu yang rapuh
sisa poker sesuntuk malam lalu

lalu, di mana aku?
aku mengonggok di gudang
bersama gula, tepung, dan beras kiloan
kadang direbus, bisa dicampur telor
dijual besok dengan harga tekor
atau jadi bonus komoditi ekspor.

ah ... aku
saldo negatif nafsu kapital
grafik turun kurs dan bursa
anekdot pojok media massa
cuma berdaya bagi diri sendiri
cuma usaha meski pasti rugi

tapi tidak ... tidak!
tenggok makhluk satu ini:
plastik!
ia tiba tanpa tibatiba
di saku baju kita, di perabotan,
piring sarapan juga harga diri kita.
biar dunia tetap datar
tetap saja satu lembar
dari plastik semua berbahan dasar
nafsunya genit grafisnya cantik
isinya digit fungsinya selidik.

angka kini tak lagi nilai
sekadar dan melulu data
nilai menjanin citra beranak ilusi
harga membeku
plastiklah penentu
plastiklah aku.

plastiklah hidup dan takdirku
plastiklah nenek dan istriku
biar waktu berlalu
gelisah berseru harap mendelu,
kesatria tetap jubah berdebu
menebar nujum di licin plastik
merangket dunia jadi penjara.

adat lunglai adab selesai
masa depan lunas ditunai
tersisa mimpi,
roman dan dot kisot.

masihkah aku?
sejumlah zombi dan avatar
di bar dan kafe hologramik
perkawinan dan seks virtual
atau satudua puisi
tentang—lagilagi—tuhan dan cinta
yang tak pernah ada.

tersisa punya tidur kita hanya
di mana gelap di segala lelap
beribu mimpi berayah surga
dan istri, rutin merajut usia
anakanak bergulir di kamar
merangkai dunia di silau mata
di makna yang kabur dari kata
tidur ... tidurlah kita ...
tinggalkan dunia
bunuhlah waktu
jadi selamanya.

pagi ...
bunyi jangkrik
mengerik dari pita magnetik
tikustikus mati disiksa racun
tumbuhan berbuah putus asa
aku ... termangu di jamban
belajar ngantuk ....
mengajar khusyuk ...

di luar ...
angin tetap ribut
kudakuda masih menderu
kesatria hitam jubah berdebu
tiba kasar menggedor pintu
ah ... apa lagi itu?
paket datang dari hari depan
kotak cokelat bersegel pandora
menebar kode berbatangbatang
rute baru ke masa datang ...

hah!
apa lagi ini, hei pendatang?

satu kabar bagi semua orang
tuhan telah tiba
tanpa isyarat tanpa wahyu
tanpa sipu tanpa lagi tipu
(kesatria melepas jubah berdebu
dan menukas tak ragu),
itulah: aku.

Sumber: Manusia Istana (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Ekonomi Plastik" karya Radhar Panca Dahana adalah sebuah kritik tajam terhadap fenomena ekonomi modern yang didominasi oleh uang, materialisme, dan komodifikasi.

Pembangunan Narasi: Puisi ini dimulai narasinya dengan menciptakan sebuah kisah yang berfokus pada perubahan ekonomi dari waktu ke waktu. Mulai dari masa lalu yang diwarnai oleh nilai-nilai seperti kesuburan dan harga diri hingga masa kini yang didominasi oleh uang dan komoditas.

Kritik terhadap Konsumerisme: Dalam puisi ini, pembaca disajikan dengan gambaran akan konsumerisme yang melanda masyarakat modern. Semua aspek kehidupan, bahkan yang paling inti seperti hubungan manusiawi, menjadi diukur dan dinilai oleh uang dan komoditas. Hal ini tercermin dalam kiasan plastik yang menjadi simbol dari semuanya, dari nilai-nilai hingga identitas.

Kehilangan Nilai-Nilai Tradisional: Puisi ini juga mencerminkan kekhawatiran akan kehilangan nilai-nilai tradisional dan kemanusiaan dalam peradaban modern yang terfokus pada materi dan keserakahan. Pengaruh kapitalisme dan konsumerisme telah membuat manusia melupakan makna sejati dari kehidupan.

Kesimpulan yang Menggelisahkan: Puisi ini mengarah pada kesimpulan yang menggelisahkan tentang masa depan manusia. Meskipun diberikan kesadaran akan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, tetapi kesadaran itu sendiri tidak mampu mengubah arus kehidupan yang terus berlanjut dalam materialisme dan konsumerisme.

Pertanyaan tentang Identitas dan Tujuan Hidup: Dengan mengakhiri puisi dengan kabar tentang "Tuhan telah tiba", pembaca dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang identitas dan tujuan hidup. Apakah makna sejati keberadaan manusia dalam kehidupan modern yang penuh dengan kekosongan dan kebingungan?

Puisi "Ekonomi Plastik" adalah sebuah refleksi yang kuat tentang kondisi sosial dan ekonomi masa kini yang dipenuhi dengan konsumerisme dan kekosongan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan gaya yang kuat dan gambaran yang tajam, Radhar Panca Dahana berhasil menghadirkan sebuah kritik yang membangkitkan kesadaran akan bahaya dari kehilangan makna dalam kehidupan manusia.

Radhar Panca Dahana
Puisi: Ekonomi Plastik
Karya: Radhar Panca Dahana

Biodata Radhar Panca Dahana:
  • Radhar Panca Dahana lahir pada tanggal 26 Maret 1965 di Jakarta.
  • Radhar Panca Dahana meninggal dunia pada tanggal 22 April 2021 di Jakarta.
  • Selain puisi, Radhar Panca Dahana juga menulis esai, cerpen, novelet, dan naskah drama.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.