Puisi: Dondang (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Dondang" karya Linus Suryadi AG mengundang pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup dan dinamika sosial-budaya yang terus berkembang.
Dondang

Dari Malioboro sampai Bulaksumur
Kamu petak. Kamu ukur
Tangan merentang. Hati menayang
Keringat pun mengucur

Orang asing mengolah gending
Gending mengolah orang asing
Dari mana kamu, Benua Dingin?
Tanpa sangsi menayuh batin

Rasa hidup yang lama terampok
Terpisah dan terpadu seruling
Saling berbagi dalam kelompok
Senggak-senggakan pun mecah dinding

Lalu jauh papan dan lama waktu
Mengundang kita buat berlagu
"Sirah plonthos jubah kuning
uwong polos—atine wening"

1982
Catatan:
"Kepala gundul jubah kuning
Orang polos hatinya bening."

Analisis Puisi:

Puisi "Dondang" membawa pembaca ke dalam refleksi yang mendalam tentang perubahan, pertemuan budaya, dan pengalaman hidup yang kaya.

Gambaran Jalan Malioboro sampai Bulaksumur: Puisi ini dibuka dengan gambaran dua tempat yang mungkin diketahui oleh banyak orang yang tinggal di Yogyakarta atau yang pernah mengunjunginya. Malioboro dan Bulaksumur adalah dua tempat yang memiliki arti historis dan simbolis di kota tersebut.

Pertemuan Budaya dan Identitas: Puisi ini menggambarkan pertemuan budaya yang kompleks di antara orang-orang dari berbagai latar belakang. Ada nuansa "petak-ukur" yang menggambarkan proses pencarian, pemetaan, dan pengukuran dalam perjalanan hidup. Bahasa yang digunakan menunjukkan perasaan keraguan dan kebingungan.

Pertanyaan Identitas: Penyair mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang identitas dan asal-usul. Ketika bertemu dengan orang asing, muncul pertanyaan dari mana mereka berasal dan bagaimana mereka dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Gending dan musik menjadi simbol perubahan dan adaptasi.

Perubahan dan Integrasi Budaya: Puisi ini menyoroti bagaimana kehidupan berubah seiring waktu, dan bagaimana budaya berinteraksi dan saling memengaruhi. Terlepas dari perubahan dan kekacauan, ada harmoni yang timbul dari pertemuan antara berbagai elemen budaya.

Puisi sebagai Cermin Realitas Sosial: Penyair mengekspresikan perasaannya tentang perubahan sosial dan budaya melalui puisi ini. Ia mencerminkan kehidupan sehari-hari dan perubahan yang terjadi di masyarakat dalam suasana yang penuh dengan nada nostalgia dan refleksi.

Puisi "Dondang" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah refleksi yang dalam tentang perubahan, pertemuan budaya, dan identitas dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang mendalam, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup dan dinamika sosial-budaya yang terus berkembang.

Linus Suryadi AG
Puisi: Dondang
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.