Puisi: Dari Lapitan Kususu Lautan (Karya Radhar Panca Dahana)

Puisi "Dari Lapitan Kususu Lautan" menghadirkan gambaran yang mendalam tentang perjalanan, pengalaman, dan warisan budaya nenek moyang.
Dari Lapitan Kususu Lautan

dengan perahu bercadik tunggal
anak sukubangsa lapitan
menggampar badai mengepit lautan
5.000 tahun sebelum akukau ada
dalam kitab dalam aksara, dalam
legenda, dalam tanah terjajah

langit lapang berbatas cakrawala
layar terentang, ke hawaii ke afrika
anak lapitan bertukar rempah,
kamper, emas, pisang, dan palawija
dengan fir'aun mesir, tetua kabilah
di timur tengah, rajaraja sumeria
atau bandarbandar mediterania.

laut dan laut
dunia semua bertaut
hening dan air bening
tempat jiwa bergeming
ombak, badai, dan misteri
jadi gerak dan kata terberi
jadi muasal peradaban
jadi juru segala kapitan
dari anak suku lapitan.

aku menggapai papua
10.000 tahun lalu
menjejak fiji, paskah, selandia
menabur benih di timur afrika
jadi adab muasal nigeria
jadi adat zanj leluhur tanzania
jadi naga di tamil purba.

sejak pantai dan pinisi
kususun satu negeri
di bugis, sulu, maluku
di banjar, flores, madura
kujangkau tepi amerika
kuburu segala makna
hingga zaman bersahut
dan kususu semua laut.

di tepi ini samudra
di mana air gunung bermuara
di mana bersilang segala suara
di mana berkelir semua warna
kudapat kamu sebagai aku
kutemu hari, badan, dan pikiran
terbuka bagi semua aliran
bagi berkah semua tuhan
dalam riak tak henti
dalam semua materi
di induk segala lautan.

bicara apa hendak dikata
diri kelana kudapat bila
omong apa hendak kau bahasa
dari pantai adab lalu tertata
kita bermula sejak itu
sejak laut senyap kususu.

Sumber: Manusia Istana (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Dari Lapitan Kususu Lautan" karya Radhar Panca Dahana adalah sebuah karya yang mengangkat tema perjalanan, pengalaman, dan warisan budaya nenek moyang. Dalam puisi ini, Radhar Panca Dahana menggambarkan perjalanan nenek moyang dari Lapitan serta pentingnya lautan sebagai simbol peradaban, keberagaman, dan penyatuan manusia di sepanjang sejarah.

Perjalanan dan Pengalaman: Puisi ini menggambarkan perjalanan nenek moyang dari Lapitan yang melintasi lautan untuk bertukar rempah, emas, dan budaya dengan bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia. Perjalanan ini menjadi metafora tentang pengalaman yang membentuk identitas suatu bangsa dan budaya.

Simbolisme Lautan: Lautan dalam puisi ini bukan hanya sebagai tempat fisik, tetapi juga menjadi simbol keberagaman, peradaban, dan penyatuan manusia. Lautan menghubungkan berbagai bangsa dan budaya, menciptakan ruang bagi pertukaran budaya, perdagangan, dan pemahaman lintas budaya.

Warisan Budaya: Radhar Panca Dahana menyoroti warisan budaya nenek moyang yang tersebar di berbagai belahan dunia, mulai dari Afrika, Timur Tengah, hingga Asia Tenggara. Dia menekankan pentingnya memahami dan menghargai warisan budaya ini sebagai bagian dari identitas kolektif yang kaya dan beragam.

Keberagaman dan Kesatuan: Puisi ini juga menyoroti keberagaman budaya dan kekayaan warisan nenek moyang sebagai sumber kekuatan dan kekayaan sebuah bangsa. Meskipun beragam, semua itu bersatu di dalam riak dan getaran lautan yang tak henti.

Kekuatan Persatuan: Dengan menggambarkan kekuatan persatuan yang lahir dari perjalanan dan pengalaman nenek moyang, puisi ini menyiratkan pentingnya menghormati dan merayakan keberagaman sebagai aspek penting dari kekayaan budaya suatu bangsa.

Puisi "Dari Lapitan Kususu Lautan" menghadirkan gambaran yang mendalam tentang perjalanan, pengalaman, dan warisan budaya nenek moyang. Dengan menggunakan lautan sebagai metafora, Radhar Panca Dahana menggambarkan kekayaan, keberagaman, dan persatuan manusia di sepanjang sejarah. Puisi ini membangkitkan kesadaran akan pentingnya menghormati dan merayakan warisan budaya serta keberagaman sebagai aspek vital dari identitas kolektif sebuah bangsa.

Radhar Panca Dahana
Puisi: Dari Lapitan Kususu Lautan
Karya: Radhar Panca Dahana

Biodata Radhar Panca Dahana:
  • Radhar Panca Dahana lahir pada tanggal 26 Maret 1965 di Jakarta.
  • Radhar Panca Dahana meninggal dunia pada tanggal 22 April 2021 di Jakarta.
  • Selain puisi, Radhar Panca Dahana juga menulis esai, cerpen, novelet, dan naskah drama.
© Sepenuhnya. All rights reserved.