Catatan Kaki Sehabis Demonstrasi
aku melihat diam
tak seorang saja
tapi satu bangsa
kulihat batu
padahal manusia
menunggu waktu
padahal sia sia
di ini negeri apa pun boleh terjadi
tapi jangan sebut revolusi,
siapa pun pahlawan ngeri. mimpi saja tak berani
mereka capek dikibuli, dikebal sakit hati
kubasuh kaca lensa, kuhapus kata berikutnya
dan kutulis cerita: "aku melihat bisu
berjuta juta kamu berjuta juta aku."
1987
Sumber: Lalu Waktu (1994)
Analisis Puisi:
Puisi "Catatan Kaki Sehabis Demonstrasi" karya Radhar Panca Dahana merupakan sebuah refleksi yang mendalam tentang pengalaman dan perasaan setelah sebuah demonstrasi.
Suasana Pasca-Demonstrasi: Puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana pasca-demonstrasi, di mana keheningan menyelimuti lingkungan setelah keramaian dan kegiatan yang intens. Penyair mencerminkan keheningan ini dengan mengamati "diam" yang ada setelah semua orang pulang, menyiratkan suasana yang hampa dan kosong.
Refleksi tentang Bangsa: Penyair menyampaikan refleksi tentang identitas bangsa yang terlihat dalam adegan pasca-demonstrasi. Meskipun terdiri dari individu-individu yang berbeda, mereka semua adalah bagian dari satu bangsa yang sama. Namun, dalam keheningan pasca-demonstrasi, ketegangan dan ketidakpastian tetap menghantui.
Kesendirian dan Kehampaan: Gambaran batu yang terlihat sebagai manusia menunjukkan kesendirian dan kehampaan yang dirasakan oleh individu dalam situasi ini. Meskipun ada manusia di sekelilingnya, namun kehampaan dan ketidakpastian masih menyelimuti.
Realitas Politik: Penyair menyoroti realitas politik yang keras di negaranya. Meskipun segala hal mungkin terjadi di negeri itu, namun penyebutan kata "revolusi" atau pengakuan akan pahlawan masih merupakan hal yang menakutkan. Mimpi untuk perubahan terasa tidak berani, dan banyak orang merasa lelah dan kecewa dengan pengalaman pahit yang mereka alami.
Pencatatan dalam Keheningan: Penutup puisi menyoroti tindakan penyair yang mencuci kaca lensa dan menghapus kata-kata selanjutnya. Tindakan ini mencerminkan upaya penyair untuk mencatat pengalaman dan refleksi dalam keheningan, meskipun mungkin sulit untuk melakukannya dengan jelas dan terang.
Puisi "Catatan Kaki Sehabis Demonstrasi" adalah sebuah refleksi tentang suasana pasca-demonstrasi dan realitas politik yang keras di negara penyair. Melalui gambaran keheningan dan kehampaan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perasaan dan pemikiran yang muncul setelah momen penting dalam perjalanan suatu bangsa.
Karya: Radhar Panca Dahana
Biodata Radhar Panca Dahana:
- Radhar Panca Dahana lahir pada tanggal 26 Maret 1965 di Jakarta.
- Radhar Panca Dahana meninggal dunia pada tanggal 22 April 2021 di Jakarta.
- Selain puisi, Radhar Panca Dahana juga menulis esai, cerpen, novelet, dan naskah drama.