Puisi: Sajak buat Anak yang Takkan Lahir (Karya Siti Nuraini)

Puisi "Sajak buat Anak yang Takkan Lahir" karya Siti Nuraini menggambarkan perasaan kekecewaan dan kehilangan terkait dengan kehamilan yang tidak ....
Sajak buat Anak yang Takkan Lahir

Rahim yang tak hendak lagi menampung
Dada yang tak hendak lagi menumpah
Anak yang tidak akan lagi bernaung
Bermukim, beralun di buaian tubuhku
Karena darahku dingin, darahku beku
Musim gugur menyambut dua puluh tiga tahun

Kakakmu bermain di jendela terbuka
Tangan alit menampung salju
Merintik masuk, satu-satu
Ibumu tertegun memegang kaca
Itu engkaukah menangis tersedu-sedu?
Dan rambut ia jalin, satu-satu.

Karena darahnya dingin, darahnya beku
Musim gugur menyambut dua puluh tiga tahun

Tubuh bujang, jambangan coklat
Matanya lilin di tari piring
Jari menyusuri putih mukaku
Darah tergenang, jangat daging
Tidak menyambut, di luar angin menempias pintu

Sumber: Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia (1969)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak buat Anak yang Takkan Lahir" karya Siti Nuraini menghadirkan pembaca ke dalam suasana kekecewaan, ketidakpastian, dan kehilangan di sekitar tema kehamilan yang tak sempat terealisasi. Melalui penggambaran tubuh yang menolak dan musim gugur sebagai metafora perubahan, puisi ini menggambarkan perasaan penyesalan dan duka cita.

Tema dan Motif: Tema utama puisi ini adalah kekecewaan, ketidakpastian, dan kehilangan terkait dengan kehamilan yang tidak dapat terealisasi. Motif musim gugur menciptakan gambaran tentang akhir siklus kehidupan dan perubahan yang tak terhindarkan.

Bahasa dan Gaya Bahasa: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini terasa penuh emosi dan mendalam. Pemilihan kata-kata seperti "Rahim yang tak hendak lagi menampung" dan "Dada yang tak hendak lagi menumpah" membawa pembaca ke dalam suasana kekecewaan dan penolakan. Gaya bahasa yang muncul menggambarkan suasana kesedihan dan penyesalan.

Struktur dan Ritme: Puisi ini memiliki struktur yang terdiri dari beberapa bait dengan panjang yang beragam, menciptakan alur yang mengalir seperti perjalanan waktu dan perasaan yang berubah. Ritme yang dihasilkan memberikan nuansa yang meresap, mencerminkan kehampaan dan kekosongan.

Imaji dan Metafora: Imaji tubuh yang menolak dan musim gugur menyambut dua puluh tiga tahun menciptakan citra tentang penolakan dan akhir siklus kehidupan. Metafora "Anak yang tidak akan lagi bernaung" menyiratkan kehilangan dan rasa kekosongan.

Kesan dan Makna: Puisi ini meninggalkan kesan kekecewaan dan kehilangan yang mendalam. Pembaca diundang untuk merenung tentang kehidupan, kehamilan yang tak terlaksana, dan bagaimana perubahan musim gugur menciptakan metafora tentang perasaan yang hancur dan terbuang.

Puisi "Sajak buat Anak yang Takkan Lahir" karya Siti Nuraini adalah puisi yang memilukan dan penuh emosi. Melalui bahasa yang indah dan penggunaan imaji yang kuat, puisi ini menggambarkan perasaan kekecewaan dan kehilangan terkait dengan kehamilan yang tidak dapat terealisasi. Puisi ini memberikan ruang untuk merenung tentang kehidupan, waktu, dan bagaimana musim gugur bisa menjadi metafora yang kuat untuk perubahan dan kehilangan.

Siti Nuraini
Puisi: Sajak buat Anak yang Takkan Lahir
Karya: Siti Nuraini

Biodata Siti Nuraini:
  • Nama lengkap Siti Nuraini adalah Siti Nuraini Yatim;
  • Siti Nuraini lahir pada tanggal 6 Juli 1930 di Padang, Sumatra Barat;
  • Siti Nuraini merupakan salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.