Pulang Sekolah
pulang sekolah kulewati kali-kali
dan pematang sawah, di kiri-kanan kutemukan ikan
kuambil banyak-banyak wader dan udang
kugenggam dengan jemariku yang kecil
ai, satu-dua meloncak kembali ke induknya
tak mau kubawa pulang
simbok, simbok
hari ini kita makan enak
simbok memanaskan minyak di wajan
sedapnya, gurihnya
melarat kadang amat nikmat
dari pada mengantongi segebung uang
tetapi nurani kita tiada tenteram
Sumber: Gunung Biru di Atas Dusunku (1988)
Analisis Puisi:
Puisi "Pulang Sekolah" karya Lastri Fardani Sukarton menghadirkan gambaran kehidupan anak-anak di desa yang sederhana dan sekaligus menyelipkan pesan tentang kedalaman nilai-nilai hidup.
Keindahan Alam dan Kehidupan Desa: Puisi ini menggambarkan keindahan alam dan kehidupan desa. Anak-anak pulang sekolah sambil melewati kali dan pematang sawah. Pengambilan ikan, wader, dan udang dari alam sekitar memberikan nuansa alam yang indah dan memberikan gambaran tentang kehidupan pedesaan.
Kesederhanaan dan Kelezatan Hidangan: Simbok, yang mungkin merupakan figur ibu atau perempuan tua di desa, disebutkan memasak dengan memanaskan minyak di wajan. Kehidupan mereka yang sederhana di desa ditunjukkan melalui kelezatan hidangan yang mereka nikmati. Meskipun melarat, hidangan tersebut dianggap nikmat dan lezat.
Keberlimpahan Alam vs Keterbatasan Materi: Meskipun mereka bisa mendapatkan ikan, wader, dan udang dari alam sekitar, puisi juga menyentuh tema keterbatasan materi. Ungkapan "melarat kadang amat nikmat" memberikan pemahaman bahwa keberlimpahan alam tidak selalu berbanding lurus dengan keberlimpahan materi.
Pengorbanan dan Ketenangan Batin: Puisi ini menyentuh tema pengorbanan dan ketenangan batin. Meskipun kehidupan mereka sederhana dan melarat, simbok tetap menciptakan hidangan yang lezat. Ungkapan "tetapi nurani kita tiada tenteram" menggambarkan bahwa, meski hidup dalam kesederhanaan, mereka mungkin memiliki kegelisahan batin yang tidak terpuaskan.
Puisi "Pulang Sekolah" adalah puisi yang menggambarkan kehidupan anak-anak di desa, keterkaitan mereka dengan alam, dan bagaimana mereka menemukan kelezatan dalam hidup sederhana. Puisi ini memberikan gambaran tentang kedalaman nilai-nilai hidup, termasuk keberlimpahan alam yang tidak selalu menciptakan keberlimpahan materi, dan pengorbanan yang ditempuh untuk menciptakan kebahagiaan sederhana.
Karya: Lastri Fardani Sukarton
Biodata Lastri Fardani Sukarton:
- Lastri Fardani Sukarton lahir pada tanggal 5 Desember 1942 di Yogyakarta.
- Lastri Fardani Sukarton dikelompokkan sebagai sastrawan Angkatan 1980–1990an.