Puisi: Pokok Murbei (Karya Rayani Sriwidodo)

Puisi "Pokok Murbei" karya Rayani Sriwidodo mengajak pembaca untuk merenung, mengeksplorasi simbol-simbol yang disajikan, dan merasakan atmosfer ....
Pokok Murbei


Pokok murbei terangguk-angguk di halaman
Sesosok kelam di bidang datar berada
Menyilang bayang murbei ke semak-semak pisang

Hanya gema
Ketika peluit kereta
Memantulkan gulita
Di tembok-tembok kota

Saatnyakah percakapan diam
Bersama Adam mengenang taman
Mereguk seseteguk anggur andaikan

Ada gema
Kini sayupnya
Dengung serangga
Sisa sindirnya

Sumber: Horison Sastra (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Pokok Murbei" karya Rayani Sriwidodo membawa pembaca ke dalam kehidupan sehari-hari yang dihidupkan melalui gambaran pohon murbei dan suasana di sekitarnya. Dengan penggunaan bahasa yang puitis, penyair menciptakan sebuah karya yang mengundang pembaca untuk merenung.

Pohon Murbei sebagai Simbol: Puisi dimulai dengan gambaran pohon murbei yang "terangguk-angguk di halaman." Pohon murbei dapat diartikan sebagai simbol kehidupan dan keberlanjutan. Gerakan "terangguk-angguk" memberikan kesan bahwa pohon ini memiliki karakter dan kehidupan sendiri, seperti manusia yang menyapa atau menunjukkan kehadirannya.

Kontras Kelam dan Bayang Terang di Bidang Datar: Penyair menyajikan kontras antara "sesosok kelam" di bidang datar dan "bayang murbei" yang bersilangan dengan semak-semak pisang. Ini menciptakan gambaran visual dan mendalamkan suasana di sekitar pohon murbei. Kontras ini dapat mencerminkan kehidupan yang penuh dengan dinamika dan perbedaan.

Gema Peluit Kereta dan Tembok Kota: Ketika peluit kereta bersuara, penyair menyampaikan bahwa hanya "gema" yang terdengar. Ini bisa diartikan sebagai kesunyian atau keheningan yang melingkupi kota. Suara peluit kereta dan tembok kota menciptakan atmosfer perkotaan yang tenang dan mungkin merujuk pada kesendirian di tengah keramaian.

Percakapan Diam dan Mengenang Taman bersama Adam: Ada keinginan untuk "percakapan diam" bersama Adam, mengenang taman. Adam dalam konteks ini dapat melambangkan manusia pertama atau seseorang yang memiliki konotasi filosofis. Mengenang taman bisa merujuk pada nostalgia terhadap keadaan yang lebih damai dan harmonis.

Dengung Serangga dan Sisa Sindiran: Puisi ditutup dengan gambaran "dengung serangga" dan "sisa sindirannya." Suara serangga menciptakan kesan kehidupan yang masih terus berlanjut, sementara "sisa sindiran" mungkin merujuk pada jejak-jejak pesan atau komentar yang menyisakan kesan mendalam.

Puisi "Pokok Murbei" karya Rayani Sriwidodo adalah puisi yang mempersembahkan gambaran kehidupan dan suasana dengan bahasa yang puitis. Pohon murbei dan elemen-elemen di sekitarnya dijadikan metafora untuk menyampaikan berbagai makna, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga kerinduan akan keadaan yang lebih tenang. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung, mengeksplorasi simbol-simbol yang disajikan, dan merasakan atmosfer yang diciptakan oleh penyair.

Rayani Sriwidodo
Puisi: Pokok Murbei
Karya: Rayani Sriwidodo

Biodata Rayani Sriwidodo:
  • Rayani Lubis lahir di Kotanopan, Tapanuli Selatan, pada tanggal 6 November 1946.
  • Rayani Lubis meniadakan marga di belakang nama setelah menikah dengan pelukis Sriwidodo pada tahun 1969 dan menambahkan nama suaminya di belakang namanya sehingga menjadi Rayani Sriwidodo.
© Sepenuhnya. All rights reserved.