Puisi: Kematian (Karya Lastri Fardani Sukarton)

Puisi "Kematian" menggambarkan kompleksitas perasaan yang muncul ketika seseorang kehilangan sosok yang dicintai. Pengalaman kehilangan, kesedihan, ..
Kematian

memang sudah kusadari
hari itu akan datang
simbok meninggalkanku
ketika napasnya tak bersengal lagi
memang masih ada bapak
tetapi dia terlalu galak
pantatku sampai kebal
oleh sengatan rotan
sekali pipiku sampai lebam biru
karena terlambat mencari cacing bagi bebek-bebekku
aku dihukum
simbok meratapiku
anakku, wong ayu
tak pernah kubiarkan seekor nyamuk menghisap darahmu
sekarang wajahmu sendu
sini kuusapkan rambutku
kupoles dengan ludahku
esok pagi
wajahmu akan cantik kembali
ah, semua yang datang melayat
mengatakan aku gadis cantik dan baik
aku tetap menangis
ketika simbok diusung ke pemakaman
aku ingin turut terbenam di liangnya

Sumber: Gunung Biru di Atas Dusunku (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Kematian" karya Lastri Fardani Sukarton menciptakan gambaran tentang pengalaman kehilangan, duka, dan ketakutan akan kematian.

Antara Kehilangan dan Kesadaran Kematian: Puisi ini dimulai dengan penyadaran bahwa suatu hari seseorang akan meninggal. Simbok, yang mungkin merujuk pada figur ibu atau nenek, telah pergi, meninggalkan perasaan kehilangan yang mendalam.

Dinamika Keluarga dan Pengorbanan: Hubungan antara anak dan orang tua, terutama simbok, diceritakan melalui pengorbanan dan kasih sayang. Meskipun bapak digambarkan sebagai sosok galak, tetapi simbok berperan sebagai penjaga dan penyayang, dan kehilangannya menyisakan luka yang dalam.

Pengaruh Fisik dan Psikologis Penghukuman: Puisi menyentuh tema hukuman fisik dan psikologis yang dialami oleh anak. Sengatan rotan membuat pantatnya kebal, dan lebam biru di pipi akibat terlambat mencari cacing bagi bebek. Hal ini mencerminkan gambaran tentang ketidakadilan dan kekerasan yang dialami oleh anak sebagai bentuk pengajaran atau hukuman.

Perubahan Wajah dan Keinginan Terbenam di Liang Kubur: Ada perubahan dalam wajah anak setelah kematian simbok. Proses menyentuh rambut dan mencuci wajah dengan ludah merupakan upaya anak untuk mengatasi kesedihan dan mengembalikan kecantikan wajahnya. Keinginannya untuk turut terbenam di liang kubur simbok mencerminkan keinginan untuk bersama kembali setelah kematian.

Ketidakpuasan Meskipun Mendapat Penghargaan: Meskipun datang melayat mengatakan bahwa dia adalah gadis cantik dan baik, anak tersebut tetap merasa sedih dan menangis. Ini menunjukkan bahwa penghargaan dari orang lain tidak dapat menggantikan kehilangan dan kehilangan sosok yang dicintai.

Puisi "Kematian" menggambarkan kompleksitas perasaan yang muncul ketika seseorang kehilangan sosok yang dicintai. Pengalaman kehilangan, kesedihan, dan rasa sakit fisik atau emosional menjadi pusat tema dalam puisi ini.

Lastri Fardani Sukarton
Puisi: Kematian
Karya: Lastri Fardani Sukarton

Biodata Lastri Fardani Sukarton:
  • Lastri Fardani Sukarton lahir pada tanggal 5 Desember 1942 di Yogyakarta.
  • Lastri Fardani Sukarton dikelompokkan sebagai sastrawan Angkatan 1980–1990an.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.