Puisi: Keluhan Kalbu (Karya Hamidah)

Puisi "Keluhan Kalbu" menangkap esensi kehidupan, perasaan sukma yang dalam, serta harapan yang terkandung dalam keluhan jiwa. Dengan pesan-pesan ...
Keluhan Kalbu


Memandang melati
Tersenyum seri
Disapu embun, bertatahkan muti
Membawa kenanganku beragam warni.

Kenangan melayang
Ke taman mayang
Diburu harum beralun-alun
Dicumbu angin gurau berpantun.

Terlena badan
Dirimbur angan
Serasa angan bersalin tubuh
Kiranya bayangan persona keluh.

Memandang bunga
Di taman Ibunda
Banyak terkulai lemah sayu
Termangu selalu ditampar mutu.

Daku tersedar
Sukma bergetar
Dari segi ratapan jiwa
Kugubahlah dia di “taman pujangga”

Gubahan berisi
“Keluhan” kalbi
Mengalir memenuhi rekaan kata
Dalam kegelapan malam duka.

Dengarlah angin membisikkan pesan
Pesan berlaun dari kuburan
"Berkembanglah wahai puspa rupawan
Membubung harum ke mega kebah’giaan"


Sumber: Pedoman Masyarakat (18 November 1936)

Analisis Puisi:
Puisi "Keluhan Kalbu" karya Hamidah membawa pembaca dalam perjalanan melalui taman kehidupan yang dipenuhi dengan kenangan, bunga, dan keluh kesah jiwa.

Imaji Bunga dan Kenangan: Puisi dimulai dengan melibatkan melati, bunga yang sering kali menjadi simbol kecantikan dan kesucian. Melibatkan elemen seperti embun dan tatahan muti memberikan gambaran visual dan multisensorial, menciptakan atmosfer yang indah dan penuh kenangan.

Permainan Angin dan Gurau Pantun: Deskripsi tentang angin yang bermain-main dengan bunga dan berbuat gurau dengan berpantun membawa elemen kesenangan dan keceriaan ke dalam puisi. Angin mencumbui bunga, menciptakan suasana romantis dan riang.

Terlena dan Terwujudnya Angan: Penggunaan kata "terlena" dan "terwujudnya angan" menciptakan rasa damai dan bahagia. Puisi ini mengeksplorasi perasaan sukma yang meresap dalam kenangan indah dan angan-angan.

Bentuk "Keluhan Kalbu" sebagai Pujangga: Penyair menyadari keindahan melalui kegelapan malam duka, dan menciptakan "taman pujangga" yang menjadi wahana untuk menggubah keluh kesah jiwa. Pujangga dalam puisi ini merangkum perasaan melalui bentuk karya seni.

Persona Keluh sebagai Cermin Jiwa: Penyair menciptakan bayangan persona keluh yang mencerminkan keluh kesah jiwa. Gubahan dalam "taman pujangga" menciptakan ruang bagi keluhan jiwa untuk mengalir dan diterima oleh alam.

Pesannya dari Kuburan: Dengan memasukkan pesan dari kuburan, puisi memberikan dimensi spiritual dan menghadirkan pemahaman tentang siklus kehidupan dan kematian. Bunga dipersilakan untuk berkembang dan menyumbangkan harumnya ke kebahagiaan.

Bahasa yang Memikat dan Romantis: Pemilihan kata-kata yang indah dan romantis seperti "angin gurau berpantun," "terlena badan," dan "membubung harum ke mega kebah'giaan" memperkuat nuansa puisi dan memikat perasaan pembaca.

Puisi "Keluhan Kalbu" adalah suatu pengalaman perjalanan emosional yang membawa pembaca melalui taman kehidupan yang indah dan penuh kenangan. Puisi ini menangkap esensi kehidupan, perasaan sukma yang dalam, serta harapan yang terkandung dalam keluhan jiwa. Dengan pesan-pesan spiritual dan nuansa romantis, puisi ini menjadi ungkapan yang indah dan penuh makna.

Puisi: Keluhan Kalbu
Puisi: Keluhan Kalbu
Karya: Hamidah

Biodata Hamidah:
  • Hamidah (nama sebenarnya Fatimah; nama setelah menikah Fatimah Hasan Delais) lahir di Muntok, Pulau Bangka, Sumatra Selatan, pada tanggal 13 Juni 1915.
  • Hamidah meninggal dunia di rumah sakit Charitas, Palembang, pada tanggal 8 Mei 1953.
  • Hamidah adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Lagu Sangsi Hati lelaki yang terbagi adalah daging dibajak sangsi. Hati yang hidup untuk dua bunga adalah kali tersobek dua. Kali yang terbagi menjulur ke barat…
  • Kuingat PadamuKuingat padamu bila fajarMerahkan langit sebelah timurKuingat padamu bila senjaMencium bunga yang kan tidurKuingat padamu bila malamSepi berbunga bintang bercahayaKui…
  • Tangan dalam Kelam Tangan halus yang bisa merabaku dari jauh Jadi tangan bisik yang mengulur belas padaku Tangan mesra yang jari-jarinya say…
  • O! BulanOo! Bulan, kandil pelita!Yang terang, di dalam gelap;Sampaikan pesan pada yang kucinta!Mataku rindu, tak dapat lelap.Oo! Bulan, suluh malam!Memberi cahaya dengan lembut;Sam…
  • Pasar Minggu di Roma Ke pasar ini manusia mengalir, lalu pergi melintas ruang dan waktu yang nyaris terjaring dalam keisengan harapan, dalam hidup ini yang …
  • Ular Ular yang mendesis merisik, dengan warna kulit indah mengejarku, bahkan sampai dalam mimpi. Berhenti! kataku. Dan ia menatap patuh, namun gelisah Tiba-…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.