Analisis Puisi:
Puisi "Hening" karya Agit Yogi Subandi membawa pembaca ke dalam suasana kota yang sunyi namun sarat dengan kegelisahan dan penderitaan. Dengan penggunaan bahasa yang kaya akan imaji dan metafora, Subandi menggambarkan kondisi sosial dan emosional yang kompleks.
Kesunyian Kota: Puisi ini membuka dengan gambaran tentang kesunyian yang mendalam di dalam kota. Meskipun kota terlihat hening, namun ada getaran kehidupan yang tersembunyi di baliknya. Orang-orang melintas diam-diam, tetapi keberadaan mereka memancarkan kegelisahan dan penderitaan yang tak terucapkan.
Keheningan yang Menyiksa: Subandi menggambarkan keheningan yang menyiksa di dalam kota. Meskipun terdapat aktivitas dan gerak-gerik, namun tidak ada suara yang memecah kesunyian. Mobil-mobil melintas tanpa suara, langkah-langkah tak bersuara, dan burung-burung tanpa kicauan. Ini menciptakan suasana yang menakutkan dan misterius.
Kehidupan yang Tersembunyi: Dibalik kesunyian, terdapat kehidupan yang tersembunyi dan tidak terungkapkan. Para peminta-minta yang menggigil diterpa dingin malam, mata mereka menelisik dengan kata-kata yang tak terucapkan. Mereka menjadi simbol dari kesunyian dan kekosongan yang ada di dalam kota.
Kehilangan dan Kematian: Puisi ini juga menggambarkan tema kehilangan dan kematian. Orang-orang menghilang satu per satu, meninggalkan kesunyian yang semakin dalam. Ada yang mungkin mati, ada yang pergi meninggalkan kota ini. Hal ini menciptakan suasana kekosongan dan kesedihan yang melanda.
Penderitaan dan Kebangkitan: Di antara kesunyian dan penderitaan, masih ada harapan dan kebangkitan. Ada yang membeli rumah dan merangkai taman yang penuh dengan bunga bermekaran, menciptakan keindahan di tengah-tengah kekosongan. Namun, ada juga yang merawat lukanya hingga borok dan mengeluarkan nanah, mencerminkan penderitaan yang mendalam.
Puisi "Hening" karya Agit Yogi Subandi adalah sebuah penggambaran yang kuat tentang kesunyian, kekosongan, dan penderitaan yang ada di dalam kota. Dengan imaji yang kuat dan bahasa yang kaya, Subandi berhasil menyampaikan pesan tentang kehidupan yang tersembunyi di balik kesunyian, serta penderitaan dan kebangkitan yang terus berlangsung di dalamnya.
Karya: Agit Yogi Subandi