Puisi: Ciliwung Pagi (Karya M. Poppy Hutagalung)

Puisi "Ciliwung Pagi" merangkai gambaran kompleksitas dan keindahan sungai Ciliwung. Melalui penggambaran warna, emosi, dan keindahan alam, Poppy ...
Ciliwung Pagi


Lincah tangan, lincah mata menyapa
Ciliwungku coklat
Padat mengancam duka
Adakah padamu rahasia terbenam
Dari beribu kesetiaan yang diserahkan
Beribu cinta, cemas dan kerinduan pada alirmu yang damai
Ciliwungku coklat
Tiap kita bersapa
Adakah tanya pada wajahmu yang kelam
Di sini, sekali waktu akan lepas menatapmu
Karena pencuci-pencuci telah mendapati tempatnya yang wajar
Karena pemandi-pemandi telah mendapat tempat yang pada tempatnya
Di sini, akan tiada laki-laki jongkok menghadapkan punggungnya
Pada pemakai jalan di sini
Karena semua telah mendapati kewajarannya
Sepasang tangan berkaitan
Ria menuruni tangga kali
Ibu muda dan bocah perempuan belum tahu apa
Berenang bagai duyung di kerajaannya
Adakah kesangsian pada harapnya yang sederhana
Beribu kemerlap sedan di kiri kanannya
Bukanlah mimpinya saat ini
Mimpinya adalah tetes-tetes air bagai embun
Bagai kaca
Bagai air yang direguk hari-hari penuh nikmat
Menyegarkan tubuhnya yang sarat kerja

Sumber: Hari-Hari yang Cerah (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Ciliwung Pagi" oleh M. Poppy Hutagalung menggambarkan keindahan dan kompleksitas sungai Ciliwung di pagi hari.

Personifikasi Sungai Ciliwung: Sungai Ciliwung diperpersonifikasikan sebagai entitas hidup dengan tangan dan mata yang lincah. Penggunaan kata "Ciliwungku" menciptakan ikatan emosional dan keintiman antara penyair dan sungai tersebut.

Warna dan Padatnya Ciliwung: Warna coklat dan padatnya Ciliwung digambarkan sebagai ancaman duka. Ini bisa merujuk pada pencemaran dan tekanan yang dialami sungai. Meskipun demikian, terdapat rahasia terbenam dan ribuan kesetiaan yang diserahkan kepada sungai.

Cinta, Cemas, dan Kerinduan pada Alir Sungai: Puisi merangkai beribu cinta, cemas, dan kerinduan yang dituangkan ke dalam alir sungai yang damai. Hal ini mencerminkan hubungan kompleks manusia dengan alam serta perasaan yang diinspirasi oleh sungai.

Pertanyaan pada Wajahmu yang Kelam: Ada pertanyaan pada wajah sungai yang kelam. Ini mungkin mencerminkan rasa ingin tahu dan kekhawatiran terhadap keadaan sungai yang mungkin tercemar atau terancam.

Transformasi Ciliwung: Ada penggambaran tentang transformasi sungai, di mana tempat-tempat seperti pencuci dan pemandi telah mendapat tempat yang wajar. Ini bisa menunjukkan upaya untuk mengembalikan sungai ke keadaan yang lebih baik.

Keberagaman dan Normalisasi: Ada penggambaran keberagaman dalam penggunaan sungai, di mana semua telah mendapat kewajarannya. Ini mungkin merujuk pada upaya untuk menciptakan penggunaan sungai yang merata dan berkelanjutan.

Keindahan Alam dan Kesejahteraan: Puisi menyajikan gambaran keindahan alam dengan gambaran sepasang tangan bergandengan turun tangga kali. Ini menciptakan citra kesederhanaan dan kebahagiaan di tengah keindahan alam.

Kesederhanaan Harapan: Harapan yang sederhana tercermin dalam gambaran ibu muda dan bocah perempuan yang menikmati sungai seperti duyung di kerajaannya. Ini menciptakan gambaran kesederhanaan dan kebahagiaan dari momen-momen kecil.

Puisi "Ciliwung Pagi" merangkai gambaran kompleksitas dan keindahan sungai Ciliwung. Melalui penggambaran warna, emosi, dan keindahan alam, M. Poppy Hutagalung menciptakan karya yang membangkitkan kesadaran terhadap keadaan sungai dan hubungan manusia dengan lingkungan.

Puisi Ciliwung Pagi
Puisi: Ciliwung Pagi
Karya: M. Poppy Hutagalung

Biodata M. Poppy Hutagalung:
  • M. Poppy Hutagalung lahir di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1941.
  • Setelah menikah dengan penyair A.D. Donggo (pada tahun 1967), namanya menjadi M. Poppy Donggo.
  • M. Poppy Hutagalung merupakan salah satu penyair Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.