Melihat dari banyaknya kasus bunuh diri mahasiswa bulan Oktober 2023 kemarin, dapat dikatakan bahwa bunuh diri belakangan ini sedang menjadi tren di kalangan mahasiswa. Kasus mulai membludak ketika mahasiswi UNNES berinisial NJW ditemukan bunuh diri dengan melompat dari Mall Paragon Semarang pada 10 Oktober 2023.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab mahasiswi tersebut bunuh diri. Namun, melihat postingan ulang di akun Tiktok-nya, ada satu video terakhir dengan caption tentang hubungan toxic pergaulan bebas. Hal ini membuat netizen berspekulasi bahwa itu merupakan salah satu penyebab mahasiswi tersebut bunuh diri.
Hal ini menjadi topik hangat dan menarik perhatian bagi netizen Indonesia. Banyak sekali komentar-komentar di postingan media sosial seperti Instagram dan Tiktok yang menanggapi masalah ini. Ini menarik perhatian kita sebagai mahasiswa serta orang awam untuk ikut beropini terkait masalah tajam ini.
Berbicara mengenai bunuh diri merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian lebih dalam. Bunuh diri merupakan masalah yang serius yang mempengaruhi banyak individu dan komunitas di seluruh dunia. Mahasiswa bisa menyentuh bunuh diri karena adanya berbagai penyebab, baik secara eksternal maupun internal.
Masa kuliah sering dianggap sebagai waktu kebebasan, pertumbuhan, dan masa bereksplorasi menuju dunia dewasa yang sesungguhnya. Kehidupan mahasiswa sering digambarkan sebagai masa penuh potensi, kesenangan, dan pembelajaran. Namun, di balik pandangan yang cerah tentang masa muda ini, terdapat bayang-bayang yang menghantui sebagian mahasiswa.
Meskipun mahasiswa seharusnya menjalani tahun-tahun emas mereka dengan semangat yang tinggi, beberapa di antara mereka menghadapi tekanan dan stres yang tidak tertahankan, yang mengarah pada tindakan tragis ini, yaitu bunuh diri.
Bunuh diri di kalangan mahasiswa adalah permasalahan serius yang menghantui banyak perguruan tinggi dan universitas di seluruh dunia. Tindakan tragis ini bukanlah sesuatu yang terjadi di luar jangkauan kita, ia bisa saja menjerat teman, teman sekelas, dan teman sekamar kita, bahkan diri kita sendiri.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah ini semakin mengkhawatirkan, dan solusi yang harus ditemukan untuk mengatasi masalah ini.
1. Tekanan Akademik
Sering kali ditemui mahasiswa yang selalu dituntut oleh orang tuanya untuk menjadi apa yang dicita-citakan orang tua. Bahkan, dengan terpaksa mahasiswa harus masuk ke jurusan yang tidak diminatinya.
Sehingga, karena sejak awal sudah merasa tidak suka dengan jurusannya maka untuk menjalani kehidupan perkuliahan menjadi tidak ada semangat dan menyebabkan timbul rasa stres karena tidak bisa mengikuti materi perkuliahan.
2. Pengaruh Sosial dan Pergaulan
Ketika menjadi mahasiswa, tidak sedikit dari mereka yang jauh-jauh pergi ke luar kota, meninggalkan keluarga dan teman-teman lama. Tidak semua orang bisa dengan mudah berbaur dengan orang baru, mahasiswa seperti ini memiliki kecenderungan untuk mengisolasi diri dari teman-temannya.
Hal ini menyebabkan ia tidak bisa terbuka dengan teman, sehingga ia akan merasa sendirian dan kesepian. Teman-temannya tidak akan tahu bagaimana atau apa yang sedang dialaminya. Overthinking juga akan memperburuk kondisi tersebut. Selain itu juga pengaruh pergaulan yang bebas.
Jika seseorang sudah masuk ke pergaulan bebas dan terjadi hal yang tidak diinginkan, akan membuat kita banyak pikiran dan merasa down. Ketika dukungan sosial tidak mencukupi, seseorang mungkin akan merasa terasingkan dan putus asa, sehingga memilih untuk mengakhiri hidupnya.
3. Media Sosial
Akses dari media sosial dan tekanan dari media memainkan peran penting dalam masalah ini. Telah kita ketahui bahwa generasi saat ini atau Generasi Z tidak bisa lepas dari yang namanya media sosial.
Media sosial sudah menjadi bagian dari keseharian hidup kita. Media sosial dapat memiliki pengaruh kompleks terhadap kasus bunuh diri mahasiswa. Di satu sisi, media sosial dapat menjadi tempat dukungan sosial dan informasi positif.
Namun, di sisi lain, tekanan sosial, cyberbullying, atau eksposur berlebihan terhadap isu-isu negatif dapat meningkatkan risiko stres dan depresi, yang dapat berkontribusi pada kasus bunuh diri. Penting untuk meningkatkan kesadaran dan mendukung lingkungan online yang positif.
4. Masalah Keuangan
Masalah keuangan sering menjadi sumber kecemasan bagi mahasiswa. Biaya pendidikan yang tinggi serta kesulitan finansial dapat menambah stres dan depresi yang sudah ada. Penting untuk memberikan dukungan finansial dan sumber daya mental kepada mahasiswa serta meningkatkan akses mereka terhadap bantuan keuangan.
Dari keempat faktor yang telah disebutkan, pentingnya adanya pendekatan lebih mendalam dalam mengatasi masalah bunuh diri di kalangan mahasiswa. Perguruan tinggi perlu adanya layanan kesehatan mental yang mudah diakses.
Selain itu, pendidikan tentang kesehatan mental harus ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman. Penting juga untuk memperkuat jaringan dukungan sosial, baik dari teman sebaya maupun keluarga. Ini yang menurut saya sangat penting untuk kesehatan mental mahasiswa.
Kita sebagai mahasiswa rantau yang jauh dari orang tua, mau tidak mau harus mandiri di kota orang. Hal ini membuat kita sering merasa sendiri, sehingga perlu dan sangat dibutuhkan untuk memiliki teman/sahabat untuk bercerita, mengeluhkan lelahnya, dan saling berbagi kasih sayang.
Program pembinaan dan konseling di perguruan tinggi juga dapat membantu mahasiswa mengelola tekanan akademis dan masalah pribadinya. Kolaborasi dengan ahli kesehatan mental, organisasi mahasiswa, dan lembaga kesehatan setempat dapat memperkuat upaya pencegahan bunuh diri di kalangan mahasiswa.
Biodata Penulis:
Winda Cahaya lahir pada tanggal 21 Agustus 2005. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Matematika, di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.