Sebelumnya pernahkah kita berpikir mengapa seorang bisa mahir dalam suatu hal contoh seorang atlit olahraga yang melakukan gerakan-gerakan istimewa yang sulit ditiru oleh orang lain dan kita merasa takjub dengan hal itu.
Sederhananya yang membuat perasaan takjub adalah hal yang tidak biasa terjadi. Orang tersebut terlihat biasa saja saat melakukan hal istimewa tersebut karena telah membiasakan melakukan yang tidak biasa dilakukan orang dan telah melatihnya selama ratusan atau bahkan ribuan kali dengan latihan dan pengulangan sehingga dia bisa melakukan gerakan itu dengan mudah, sehingga gerakan itu terjadi secara otomatis. Nah itulah yang disebut habits atau kebiasaan.
Habits atau kebiasaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dan bahkan bisa kita lakukan secara otomatis tanpa berpikir sehingga menjadi bagian dari pada seorang manusia. Jika kita ingin memulai suatu habits atau menghentikan sebuah habits kita tidak perlu memikirkan apa posisi awal kita saat ini karena hal itu tidak penting. Kita cukup melakukan selama berulang-ulang dan konsisten dalam hal itu.
Berikut beberapa tips membangun sebuah habits baru yang baik:
1. Menetapkan Strong Why
Menetapkan Strong why atau alasan yang kuat adalah salah satu faktor penting dalam menciptakan suatu habits baru. Strong why adalah jawaban dari pertanyaan ‘mengapa kita harus melakukan hal itu?’ Bisa jadi strong why datang dari bayangan ‘bila kita berhasil’ atau apa yang terjadi ‘bila kita tidak berhasil’.
2. Mencurahkan Waktu untuk Melatih sebuah Habits Baik yang Baru
Setelah memiliki strong why maka pertanyaan berikutnya adalah ‘berapa lama dan berapa banyak waktu yang harus kita curahkan untuk mengulang sebuah habits baru?’ Beberapa ilmuwan dan para peneliti berpendapat bahwa manusia memerlukan waktu 21 hari, sebagian lagi berpendapat 28-30 hari, bahkan ada yang berpendapat memerlukan 40 hari.
Terlepas dari beberapa pendapat di atas untuk membuat sebuah habits baru yang baik kita harus melakukan latihan dan pengulangan selama 30 hari berturut-turut secara konsisten tanpa meninggalkan satu hari pun.
3. Just Do It, Paksakan ke Diri Kita
Sering kali dalam melakukan suatu aktivitas tertentu kita harus dipaksa pada awalnya sebelum kita menikmatinya, maka dari itu kita harus mendesain kondisi agar kita ‘harus’ dan terpaksa untuk melakukan aktivitas yang kan kita jadikan habits.
Membentuk sebuah kebiasaan tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan, karena perlu waktu dan tenaga sebelum nyaman dalam melakukannya. Keberhasilan bukan terletak lebih banyak pada motivasi, tapi pada pengkondisian.
4. Mulai dari Suatu Hal yang Kecil
Kita harus memulai suatu kebiasaan baru dengan hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Jika kita menaruh target yang telalu tinggi maka kita akan merasa target itu terlalu sulit digapai yang akhirnya akan menyebabakan rasa jenuh dan putus asa.
Jadi kita harus menaruh target kecil apabila telah terbiasa kita bisa menaikkan target secara bertahap.
5. Menemukan sebuah Tempat Habits
Untuk melatih sebuah kebiasaan baru maka kita harus menyisipkan kebiasaan itu pada kebiasaan lain yang sudah jadi. Misalnya jika kita ingin membuat habits menulis jurnal di pagi hari kita bisa mulai setelah kita mandi pagi.
Jadi menyisipkan kata “setelah” membuat kebiasaan terotomatisasi oleh waktu sebagai pemicunya.
6. Membuat Pengingat untuk Habits Baru
Karena suatu kebiasaan baru itu belum secara otomatis kita lakukan di setiap hari maka kita harus membuat pengingat agar kita tidak lupa melakukan aktivitas itu, mungkin kita bisa menempelkan pengingat atau meminta seseorang untuk mengingatkan kita, karena seperti yang saya sampaikan diatas untuk membuat suatu habits maka kita tidak boleh melewatkan satu hari pun.
7. Jangan Terlalu Berpikir dengan Hasilnya
Kebayakan orang telah menyerah dalam melakukan sesuatu sebelum mencoba, bahkan mereka sudah memutuskan bahwa pasti akan gagal. Padahal dalam suatu penelitian dijelaskan bahwa 90% daripada apa yang dikhawatirkan orang tidak pernah menjadi kenyataan, berarti bisa kita artikan bahwa di antara ketakutan-ketakutan yang kita rasakan yang membuat kita menunda sesuatu mungkin hanya satu yang menjadi kenyataan.
Dalam perjalanan kita membentuk suatu kebiasaan tentu tidak akan dihiasi dengan kemudahan dan kelapangan, karena pasti akan terjadi banyak godaan dan gangguan agar kita berhenti melakukan hal itu seperti kata-kata mendingan, sekali ini saja, dan janji ini yang terakhir kali, misalnya jika kita membuat habits lari terus kebetulan bangun kesiangan, pasti dalam hati kita berkata “Mungkin hari ini aku libur dulu, sekali ini saja, kan aku juga sudah lari setiap hari dalam satu minggu terakhir”. Maka bisa dipastikan jika besok-besok kita akan mencari-cari alasan agar tidak melakukan suatu habits yang ingin kita bentuk.
Terdapat peribahasa melayu yang mengatakan “Nak atau tak nak , kalau nak seribu daye kalau tak nak seribu daleh”. Artinya mau atau tidak mau, kalau mau seribu usaha, kalau tidak mau seribu alasan.
Jadi, bisa kita simpulkan bila jika kita memang ingin membentuk sebuah kebiasaan dan menjadi ahli di dalamnya maka kita harus konsisten latihan dan pengulangan karena ibu dari semua keahlian adalah repetisi (pengulangan) dan ayahnya adalah practice (latihan).
Biodata Penulis:
Muhammad Ikhsanudin Zaid saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.