Pelit
pelit yang kaubagi
setiap hari kauhitung
dari bilangan angka nol
kau temu waktu longgar
yang dikalikan dengan bilangan satu
dari pemikiran yang kosong
bilangan dua yang kucari
setelah kau simpan dengan kuadrat
menghabiskan jumlah hitungan waktu
dari kau baca
berapakah dua kuadrat?
dari setiap waktu kauhitung
sebelum dipindahkan oleh angka lainnya
setelah sepi, kemudian kau diamkan
Kebumen, 16 Oktober 2023
Analisis Puisi:
Puisi "Pelit" karya Kliwon Mansi menggambarkan refleksi tentang pelitnya waktu dan pengorbanan, serta bagaimana nilai-nilai tersebut tercermin dalam proses berhitung hidup sehari-hari. Dengan kata-kata yang sederhana, Mansi menyajikan makna mendalam tentang kehidupan dan kebermaknaan waktu.
Makna Pelit dalam Konteks Waktu: Bait pertama menciptakan gambaran tentang pelitnya waktu yang dihitung setiap hari. Puisi membawa pembaca untuk merenung tentang bagaimana setiap detik dan waktu yang dihabiskan memiliki nilai dan makna yang berharga. Pelitnya waktu ini dapat diartikan sebagai kekurangan penghargaan terhadap nilai waktu yang tidak bisa kembali.
Simbolisme Bilangan Nol dan Satu: Penggunaan bilangan nol dan satu menjadi simbol pelitnya pemikiran dan perhitungan. Bilangan nol menggambarkan pemikiran yang kosong dan tanpa substansi, sementara bilangan satu menciptakan kontras dengan satu-satunya fokus pada waktu longgar. Ini mungkin merujuk pada kecenderungan manusia untuk terperangkap dalam rutinitas dan pemikiran yang kurang mendalam.
Pertanyaan tentang Bilangan Dua dan Kuadratnya: Puisi mengeksplorasi pertanyaan tentang bilangan dua dan kuadratnya sebagai cara untuk menggambarkan bagaimana setiap waktu dihitung dan dihabiskan. Pertanyaan ini menciptakan suasana filosofis, membawa pembaca untuk merenung tentang perhitungan hidup yang lebih dalam dan kompleks.
Nilai Tukar antara Waktu dan Hitungan: Di baris selanjutnya, terlihat bahwa waktu diukur dan dihitung seperti nilai yang dapat dipertukarkan. Penggunaan angka dan operasi matematika menciptakan keseimbangan antara kehidupan sehari-hari dan proses berhitung. Waktu dianggap sebagai komoditas yang dapat dihitung dan diinvestasikan.
Keheningan Setelah Sepi: Puisi berakhir dengan kata-kata "setelah sepi, kemudian kau diamkan." Kata-kata ini menyiratkan bahwa setelah semua hitungan dan perhitungan dilakukan, ada keheningan dan kesunyian. Mungkin ini mencerminkan refleksi atas kehidupan yang dihabiskan untuk menghitung dan merenungkan, namun tetap berakhir dengan ketenangan dan keheningan.
Melalui "Pelit," Kliwon Mansi membawa pembaca untuk merenung tentang nilai waktu, pemikiran, dan perhitungan dalam hidup. Puisi ini mengajak kita untuk lebih menghargai setiap momen, dan tidak hanya terpaku pada perhitungan matematis atau rutinitas tanpa makna. Kesimpulan puisi menciptakan pesan bahwa setelah semua perhitungan selesai, kita akan menemui keheningan dan ketenangan yang sejati. Dengan kata lain, hidup bukan hanya tentang berhitung, tetapi juga tentang merasakan dan menghargai setiap detiknya.
Karya: Kliwon Mansi
Biodata Kliwon Mansi:
- Kliwon Mansi lahir pada tanggal 12 September 1995 di Bekasi. Sejak SDN-MAN tinggal Kebumen. Ia memiliki hobi membaca, menulis dan bermain catur.
- Kliwon Mansi termasuk ke dalam 20 Besar Anugerah COMPETER 2024, yang pemenangnya akan diumumkan per 1 Januari 2024.