Puisi: Kopi Bangka (Karya Ummi Sulis)

Puisi "Kopi Bangka" bukan hanya sekadar penggambaran tentang jenis kopi tertentu, tetapi juga merayakan kekayaan budaya, keberagaman alam, dan ...
Kopi Bangka

Robusta, Arabika
Apa pun jenisnya 
Tetap kopi Bangka
Tempat tanam dan produksi Bangka

Seperti kopi Lampung,
Kopi Pagaralam, Kopi Aceh, dan kopi-kopi lain
Sepertiku, lahir dan besar di Bangka, jadi orang Bangka

Di mana bumi dipijak
Di situ langit dijunjung

Fajar Indah, 27 Desember 2023

Analisis Puisi:

Puisi "Kopi Bangka" karya Ummi Sulis adalah sebuah karya sastra yang merayakan keberagaman jenis kopi dan mengangkat identitas kopi Bangka sebagai sesuatu yang unik dan tak tergantikan. Dalam puisi ini, penyair membandingkan kopi Bangka dengan kopi-kopi dari daerah lain, sambil mengekspresikan rasa bangga dan identitas pribadi sebagai orang Bangka.

Struktur dan Gaya Bahasa

  1. Kata-Kata Sederhana namun Kuat: Puisi ini menggunakan kata-kata yang sederhana namun kuat, seperti "Robusta," "Arabika," "Lampung," dan "Aceh," untuk menyoroti keberagaman jenis kopi di Indonesia dan menempatkan kopi Bangka di tengah-tengahnya.
  2. Pengulangan Kata "Kopi Bangka": Penggunaan pengulangan kata "Bangka" menekankan identitas kopi tersebut. Penyair dengan jelas menyatakan bahwa apa pun jenisnya, kopi yang tumbuh dan diproduksi di Bangka tetaplah kopi Bangka.
  3. Metafora "Di mana Bumi Dipijak, Di Situ Langit Dijunjung": Metafora ini menggambarkan rasa kebanggaan dan kesetiaan terhadap tanah air. Bumi yang diinjak menjadi dasar yang dijunjung, menciptakan gambaran kuat tentang cinta dan kesetiaan terhadap asal usul.

Tema

  1. Keberagaman Kopi Indonesia: Puisi ini merangkum keberagaman jenis kopi yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia, dari Lampung hingga Aceh. Ini menggambarkan kekayaan alam Indonesia dan kebanggaan atas warisan kopi yang dimiliki.
  2. Identitas dan Kebanggaan Lokal: Penyair menegaskan identitasnya sebagai orang Bangka dengan bangga. Puisi ini mencerminkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap akar budaya dan tanah airnya, khususnya dalam konteks produksi kopi.
  3. Hubungan Antara Tanah dan Identitas: Ungkapan "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" merujuk pada hubungan erat antara tanah kelahiran dan identitas seseorang. Ini menciptakan nuansa keintiman dengan tanah air dan alam lokal.

Makna

  1. Nilai Kearifan Lokal: Puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai nilai-nilai lokal dan kekayaan alam yang dimiliki setiap daerah. Kopi menjadi simbol kearifan lokal dan tradisi yang harus dijaga.
  2. Cinta Terhadap Produk Lokal: Penyair mengungkapkan rasa cinta terhadap kopi Bangka dan produk lokal secara keseluruhan. Ini menciptakan kesadaran akan pentingnya mendukung dan melestarikan produk lokal.
  3. Pertautan Identitas Pribadi dengan Tanah Air: Puisi ini menggambarkan kuatnya pertautan identitas pribadi dengan tanah air. Kopi Bangka bukan hanya sebuah produk, tetapi juga bagian dari jati diri penyair yang lahir dan besar di Bangka.
Puisi "Kopi Bangka" bukan hanya sekadar penggambaran tentang jenis kopi tertentu, tetapi juga merayakan kekayaan budaya, keberagaman alam, dan identitas pribadi yang melekat pada tanah air. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Ummi Sulis berhasil menyampaikan pesan kebanggaan dan cinta terhadap kopi Bangka dan Indonesia secara keseluruhan.

Ummi Sulis
Puisi: Kopi Bangka
Karya: Ummi Sulis

Biodata Ummi Sulis:
  • Ummi Sulis, perempuan yang berprofesi sebagai pendidik ini, gemar menulis sedari Sekolah Menengah. Kemampuan menulis lebih diasah ketika Covid melanda di tahun 2019 kemarin, dengan mengikuti berbagai kelas kepenulisan. Ia juga menulis beberapa buku serta menjadi admin di beberapa penerbit.
  • Ummi bisa disapa di IG dan FB dengan nama akun Ummy Sulistyowati.
© Sepenuhnya. All rights reserved.