Jemari, Etika Bahasa Tubuh
Lihat arah kutunjuk,
Pandang ke mana ujung jempol ini
Kausematkan tanda cintamu
Jari manisku melingkar pasada
Saat rekatkan retak
Kelingking kita tautkan
Telunjuk sakral, hanya untuk menyematkan dua kalimah syahadat
Pada tasyahut salat
Tiadalah etika untuk menunjuk
Sebab telah tetap hukum syara'nya
Telunjuk terpakai kala menghamba,
Lambang keesaan
Bukan kepongahan
Lebih lagi kekuasaan
Jari tengah,
Terpakai hanya kala merealkan angka-angka
Melanggar norma kesusilaan andai jari tengah melanglangbuana
Fajar Indah, 26 Desember 2023
Analisis Puisi:
Puisi "Jemari, Etika Bahasa Tubuh" karya Ummi Sulis merangkum dalam dirinya suatu pemahaman mendalam terhadap bahasa tubuh, khususnya gerakan jemari, sebagai sebuah alat komunikasi yang mengandung makna dan etika. Dengan cara yang khas, puisi ini merangkai kata-kata untuk membawa pembaca memahami makna di balik setiap gerakan jemari.
Lihat arah kutunjuk, pandang ke mana ujung jempol ini: Puisi ini dibuka dengan seruan untuk mengamati dan memperhatikan gerakan jemari. Mengarahkan pandangan ke arah yang ditunjuk oleh jempol mengisyaratkan bahwa setiap gerakan memiliki tujuan atau makna tertentu.
Kausematkan tanda cintamu, jari manisku melingkar pasada: Penggunaan kata "kasematkan" memberikan nuansa keagungan pada tanda cinta yang disampaikan melalui gerakan jemari. Jari manis yang melingkar pasada menciptakan gambaran keindahan dan kelembutan dalam ungkapan cinta.
Saat rekatkan retak, kelingking kita tautkan: Pemilihan kata "rekahkan retak" bisa mengacu pada kerapuhan atau kelemahan dalam hubungan. Namun, dengan mengaitkan kelingking, yang sering dianggap sebagai jari terlemah, dapat memberikan makna kesetiaan dan kekuatan melalui tautan tersebut.
Telunjuk sakral, hanya untuk menyematkan dua kalimah syahadat: Penggunaan kata "sakral" mengindikasikan pentingnya telunjuk dalam konteks keagamaan. Menyematkan dua kalimah syahadat menunjukkan bahwa gerakan jemari dapat berfungsi sebagai ekspresi spiritual dan pengabdian.
Pada tasyahut salat, tiadalah etika untuk menunjuk: Puisi menyoroti etika bahasa tubuh dalam konteks ibadah. Menunjukkan telunjuk saat tasyahut salat dianggap tidak etis karena telah ditetapkan oleh hukum syariah.
Telunjuk terpakai kala menghamba, lambang keesaan, bukan kepongahan: Penekanan pada penggunaan telunjuk ketika menghamba menunjukkan bahwa gerakan jemari juga dapat menjadi sarana menyampaikan kehambaan dan keesaan. Kata-kata ini mungkin juga menegaskan bahwa penggunaan jemari sebagai alat komunikasi adalah untuk menyampaikan kebenaran dan bukan sebagai bentuk kesombongan.
Jari tengah, terpakai hanya kala merealkan angka-angka, melanggar norma kesusilaan andai jari tengah melanglangbuana: Penutup puisi menyoroti penggunaan jari tengah yang umumnya dihubungkan dengan ekspresi ketidakpuasan atau kemarahan. Ummi Sulis menyampaikan bahwa meskipun jari tengah dapat digunakan untuk merealkan angka-angka, tetapi melanglangbuana dengan jari tengah dapat dianggap melanggar norma kesusilaan.
Puisi "Jemari, Etika Bahasa Tubuh" mengajak pembaca untuk memahami bahwa setiap gerakan jemari memiliki makna dan etika tersendiri. Ummi Sulis dengan indahnya mengaitkan jemari dengan ungkapan cinta, kehidupan spiritual, dan norma sosial, menciptakan pemahaman yang mendalam tentang bahasa tubuh dan penggunaannya dalam berkomunikasi.
Karya: Ummi Sulis
Biodata Ummi Sulis:
- Ummi Sulis, perempuan yang berprofesi sebagai pendidik ini, gemar menulis sedari Sekolah Menengah. Kemampuan menulis lebih diasah ketika Covid melanda di tahun 2019 kemarin, dengan mengikuti berbagai kelas kepenulisan. Ia juga menulis beberapa buku serta menjadi admin di beberapa penerbit.
- Ummi bisa disapa di IG dan FB dengan nama akun Ummy Sulistyowati.