Aku Bukan Sinderala
Katamu aku tidak akan mampu
Hai tuan..!!
Bacalah ketika jawab kubalut dalam aksara
Buatku yang tahu sulit berjuang untuk hidup
Ocehanmu menggelikan
Hidup adalah perjuangan cakap mengagumkan
Melebarkan telapak tangan
Merengek kepada orang tua yang engkau panggil sayang
Perjuangan hidupmu manis tuan
Apa yang mau engkau ajarkan tuan
Mengemis menadah tangan atau
Merengek memelas iba kasihan
Tuan, miris ajaran engkau dapatkan
Saling berbagi, tua mengalah demi yang muda
Menahan dada, retina berkaca, senyum mereka sumringah
Menahan kampung tengah agar nyanyian tak terdengar telinga
Siang menyuap berkah, malam entahlah
Tapi perjuangan baru hanya seujung netra
Duduklah di sini tuan
Kan kuhidangkan pisang goreng dan secangkir kopi pahit
Maaf aku belum mampu membeli gula
Semua terpakai kampung tengah, takut merdu nyanyiannya tertangkap yang sebelah
Sekali lagi maaf, jika engkau merasa tidak betah
Ini baru cerita tuan
Dan pembuktiannya belum engkau rasakan
Aku tahu penampilan perlentemu itu menggoda
Layaknya pangeran dari negeri anta beranta
Tapi sekali lagi maafkan aku tuan
Sinderalamu tidak berada di kasta bawah
Tuan, hidup susah bagiku itu biasa
Berkeringat tak cantik bukan masalah
Aku tak perlu gengsi untuk menutup mulut mereka
Aku hanya si Upik Abu bukan sang putri Sinderala
Hai tuan
Sesen rupiah dalam keringat itu berharga dalam pencariannya
Seka punggung tangan itulah berkah
Semudah membalikan telapak tangan hanya celoteh manja
Mengangkat jemari itu susah tuan
Saat hujan luruh di ufuk netra
Datanglah padaku akan kuseduh kopi pahitmu bersama sesendok gula
Bondowoso, 6 Desember 2023
Analisis Puisi:
Puisi "Aku Bukan Sinderala" karya Sarifah Aini menyajikan kritik sosial terhadap paradigma kelas sosial dan menyoroti keberanian serta kekuatan dalam perjuangan hidup. Melalui bahasa yang sederhana namun tajam, Aini membuka mata pembaca terhadap realitas kehidupan sehari-hari.
Penolakan Terhadap Stigma Sosial: Puisi ini mengecam stigma sosial terhadap kasta atau kelas masyarakat. Pernyataan "Apa yang mau engkau ajarkan tuan" mencerminkan penolakan terhadap pandangan merendahkan terhadap kelas yang dianggap rendah.
Perjuangan dan Kegigihan: Melalui penggambaran kehidupan sehari-hari yang penuh perjuangan, Aini menggambarkan kegigihan dan keberanian para pejuang hidup. Pernyataan "Hidup adalah perjuangan cakap mengagumkan" menunjukkan sikap positif terhadap kesulitan hidup.
Penolakan Gengsi dan Kebanggaan Diri: Puisi ini menolak konsep gengsi dan kebanggaan diri yang berlebihan. Penolakan ini tercermin dalam pernyataan "Aku tak perlu gengsi untuk menutup mulut mereka." Aini menekankan nilai-nilai kejujuran dan kesederhanaan.
Kejujuran dalam Penampilan: Aini menyoroti pemahaman bahwa penampilan fisik tidak selalu mencerminkan kebenaran. Pernyataan "Sesen rupiah dalam keringat itu berharga dalam pencariannya" menegaskan bahwa nilai sejati seseorang terletak pada upaya dan perjuangannya.
Pesan Kemanusiaan: Puisi ini merangkul esensi kemanusiaan dan nilai-nilai gotong royong. Ajakan untuk duduk bersama dan menikmati pisang goreng serta kopi pahit menunjukkan keinginan untuk berbagi dan menunjukkan kehangatan dalam kesederhanaan.
Penolakan Stereotip dan Ekspektasi: Melalui pernyataan "Sinderalamu tidak berada di kasta bawah," Aini menegaskan penolakan terhadap stereotip dan ekspektasi yang diterima oleh masyarakat terhadap orang-orang dari kelas sosial tertentu.
Puisi "Aku Bukan Sinderala" menjadi medium untuk menyuarakan aspirasi dan pandangan kritis terhadap ketidaksetaraan sosial. Dengan menggunakan bahasa yang lugas, Aini menyentuh hati pembaca dan mengajak untuk merenung tentang makna sejati dari kehidupan dan perjuangan.
Karya: Sarifah Aini