Problematika Masyarakat dengan Bahasa Tanah Air

Jika fenomena masyarakat lebih sering menggunakan kata asing daripada bahasa Indonesia tetap berlanjut, maka kemajuan serta perkembangan bahasa ...

Sudah bukan suatu fenomena yang asing jika kita sering melihat masyarakat Indonesia menggunakan bahasa asing sebagai bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa asing tersebut biasanya secara tidak sadar terselip di antara kalimat yang diucapkan atau yang ditulis dalam akun media sosial.

Beberapa di antaranya berbahasa asing agar memberikan kesan keren dan kekinian kepada siapapun yang mendengar dan juga yang membacanya di media sosial. Sedangkan beberapa di antara lainnya menggunakan kosa kata berbahasa asing karena lebih sering didengar dan disebutkan oleh masyarakat sehingga membentuk sebuah kebiasaan.

Contohnya, seperti kata posting yang mempunyai padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu unggahan, atau juga background yang mempunyai padanan kata yaitu latar belakang.

Adapun faktor lainnya seperti karena masyarakat tidak banyak yang tahu tentang padanan katanya selain kosa kata bahasa asing tersebut. Contohnya seperti kata salindia yang digunakan untuk menyebutkan lembar presentasi, namun jarang digunakan karena tidak banyak yang tahu.

Selain itu, tidak jarang penggunaan kosa kata asing tersebut di antaranya malah menjadi salah dalam pengartian dan menggeser makna aslinya. Misalnya seperti kata healing, inner child, dan semacamnya.

Kata healing biasanya masyarakat pakai untuk mengganti kata liburan, sedangkan healing sendiri merupakan sebuah proses penyembuhan dalam dunia psikologi dan tentunya konsepnya lebih kompleks daripada sekadar penggunaan kata liburan. Namun, orang-orang tetap menggunakannya agar terkesan lebih kekinian dan gaul.

Problematika Masyarakat dengan Bahasa Tanah Air

Adapun kata lainnya seperti inner child yang baru-baru ini sering muncul di media sosial, kata tersebut biasanya digunakan dalam dunia psikologi. Inner child secara sederhana dimaknai sebagai sisi kekanakan seseorang yang muncul dan terjebak dalam diri orang dewasa karena adanya trauma. Karena terdengar keren, banyak bagian masyarakat yang mulai memakai kata tersebut untuk menyebutkan seseorang yang memiliki perilaku seperti anak kecil. Padahal, seseorang tidak boleh asal mendiagnosa karena dampaknya akan sangat berbahaya.

Jika fenomena masyarakat lebih sering menggunakan kata asing daripada bahasa Indonesia tetap berlanjut, maka kemajuan serta perkembangan bahasa tanah air ini akan terhambat. Parahnya, jika masyarakat lebih senang berbahasa asing, bahasa Indonesia akan mengalami krisis seperti bahasa Melayu di negara Malaysia.

Fenomena saat masyarakat mulai tidak peduli dengan tuturan bahasa negaranya sendiri dengan baik dan benar. Lambat laun, skenario terparahnya adalah bahasa negara ini akan masuk ke dalam bahasa yang terancam punah meskipun pada awalnya banyak digunakan.

Akan sangat menyedihkan membayangkan bahasa yang digunakan leluhur untuk menyatukan bangsa dahulunya, malah hilang karena masyarakat di zaman setelahnya mulai melupakan dan mulai tidak peduli.

Padahal, sudah sepantasnya masyarakat Indonesia untuk lebih bangga berbahasa Indonesia, bahasa pemersatu bangsa. Meskipun, tentunya tidak salah menggunakan bahasa asing asal masyarakat mengimbanginya dengan mulai berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Terlebih, bahasa Indonesia saat ini ditetapkan menjadi bahasa ke-10 yang diakui sebagai bahasa resmi di Sidang Umum Unesco. Masyarakat tentunya harus berbangga hati dan mulai untuk ikut andil dalam mengembangkan bahasa Indonesia.

Dengan kesempatan tersebut, ada kemungkinan bahwa bahasa Indonesia diakui untuk menjadi bahasa resmi dunia berikutnya, meskipun perjalanannya mungkin masih jauh. Namun, tidak ada salahnya untuk mencoba dan ikut andil mengembangkan bahasa tanah air ini.

Itu semua bisa dilakukan dan dimulai dari dalam diri sendiri terlebih dahulu. Dengan bagaimana masyarakat bisa mulai untuk belajar berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Lalu, bisa mulai mengubah kosa kata bahasa asing tersebut dengan padanan kata yang sama namun dengan versi bahasa Indonesia. Kemudian, mulai mengajak orang-orang di sekitar untuk berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saling memberitahu bila ada salah dalam pemakaian bahasa, dan sebagainya.

Shafaq Ghassani

Biodata Penulis:

Shafaq Ghassani lahir pada tanggal 18 Januari 2003 di Bandung. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Padjadjaran.

© Sepenuhnya. All rights reserved.