Mendengar kata matematika pasti sudah tak asing lagi bagi kita. Bermacam-macam istilah seketika pasti muncul dalam pikiran kita seperti apa matematika itu. Entah matematika itu sulit, mudah, merepotkan, menambah beban pikiran, atau lain sebagainya. Tanpa kita sadari, dalam kehidupan sehari-hari kita pasti tak jauh-jauh dari yang namanya matematika.
Matematika telah menjadi bagian peradaban, karena matematika itu ibarat bahan bakar untuk berjalannya roda aktivitas kehidupan sehari-hari rakyat modern. Rutinitas kehidupan yang kita lakukan mulai dari tempat tidur sampai dapur pun pasti membutuhkan yang namanya matematika.
Maka dari itu penting bagi kita untuk menguasai matematika, agar dapat menyelesaikan masalah dengan benar. Sayangnya, banyak orang yang menganggap bahwa matematika itu sulit untuk dipelajari dan dikuasai.
Bagi saya, sebenarnya matematika adalah ilmu yang asyik. Tak hanya saya, tapi sejak masa taman kanak-kanak kita pasti sudah mulai belajar matematika. Tentu saja dimulai dari pengenalan angka, menghitung jumlah sesuatu, dan seterusnya.
Nah, seiring bertambahnya usia, jenjang pendidikan kita tentu saja juga makin tinggi. Ketika saya berada pada jenjang sekolah dasar, matematika menjadi mata pelajaran favorit saya. Di saat teman-teman saya mundur ketika pembelajaran matematika berlangsung, saya justru bergegas maju paling depan karena memang secinta itu dengan matematika. Sering kali ketika perjalanan pulang sekolah, saya selalu meminta ibu saya untuk memberi soal tebak-tebakan tentang matematika.
Saya tahu bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan saya, materi matematika yang akan saya pelajari pasti akan lebih sulit dan kompleks. Namun, pada saat itu saya berpikir bahwa saya pasti tetap bisa menguasai materi-materi tersebut. Tetapi semuanya itu ternyata salah.
Masuk pada jenjang sekolah menengah pertama ternyata saya menemui banyak kesusahan dalam mempelajari matematika. Sehingga, ketika tes pun saya tak jarang mendapat nilai yang mengecewakan. Nilai 0 pun bahkan pernah saya dapatkan lebih dari satu kali.
Bagi saya, metode pembelajaran matematika yang dipakai oleh guru saya ketika di sekolah dasar memang sangat berbeda dengan metode pembelajaran yang dipakai oleh guru saya ketika di jenjang sekolah menengah pertama.
Dalam hal ini, usia biasanya dijadikan sebagai sebuah alasan, karena ketika kita pada jenjang SD sering kali banyak yang mengatakan bahwa kita butuh bimbingan dan arahan "lebih" daripada ketika kita di jenjang SMP. Butuh arahan lebih yang biasanya dimaksudkan adalah karena ketika SD kita tidak tahu apa-apa sehingga kita butuh yang namanya panduan ekstra, sedangkan ketika SMP kita dirasa sudah lebih dewasa sehingga kita dibiarkan untuk melakukan sesuatu sendiri.
Menurut saya, mentor tetaplah mentor, pendidik tetaplah pendidik, dan murid tetaplah membutuhkan seorang mentor atau pendidik dalam perkembangannya. Dalam mendidik pun pasti seharusnya melalui proses step by step.
Step by step merupakan modal yang sangat penting bagi kita semua, apalagi untuk para pendidik dan mungkin bagi calon pendidik. Dalam konteks ini yaitu matematika, bisa kita bayangkan betapa pentingnya step by step itu. Apabila satu step terlewatkan pun, konsep matematika itu dapat sulit untuk dipahami.
Sering kali ketika saya sekolah dulu, saya menemui seorang pendidik yang tidak menerapkan sistem step by step. Contoh yang paling sering terjadi dan sangat berpengaruh menurut saya adalah ketika pendidik memberikan contoh dan soal yang tidak saling berhubungan.
Misalnya ketika kita belajar mengenai suatu operasi matematika, guru akan menjelaskan bagaimana operasi 2 + 5 = 7. Namun, ketika kita diberi soal untuk mencoba, tiba-tiba terdapat variabel x yang muncul. Sehingga operasi matematika tersebut berubah menjadi 2x + 5 = 7 dan kita diminta untuk mencari nilai x tersebut. Pernahkah kalian mengalami hal seperti ini di sekolah? Atau malah sering kalian mendapati hal seperti ini? Hal yang demikian tidak boleh dianggap remeh, pasalnya hal itu sangat berpengaruh bagi orang yang memperoleh ilmu dari kita.
Bagi para pendidik, step by step haruslah diterapkan dalam suatu pembelajaran. Langkah yang runtut akan dapat lebih mudah membantu siswa dalam belajar. Hal ini saya rasakan sendiri ketika saya di bangku SMP sampai SMA, bukan berarti saya hanya ingin belajar sesuai dengan standar yang guru ajarkan, tetapi bisa kita ketahui bahwa kemampuan setiap anak dalam belajar berbeda-beda.
Dalam kasus ini pun saya menjadi penasaran mengapa banyak siswa yang tidak terlalu senang dengan pelajaran matematika, entah apakah mereka memiliki pengalaman dan alasan yang sama dengan saya atau tidak. Maka dari itu, saya membuat survei atau kuesioner yang saya sebarkan lewat WhatsApp mengenai hal ini.
Target responden saya dalam survey ini adalah para siswa SMP sampai SMA atau SMK dan para mahasiswa, tetapi dengan catatan para mahasiswa diminta mengisi sesuai dengan pengalaman mereka ketika sekolah dulu. Dan hampir semua responden atau sebanyak 92,3 % responden pernah mengalami masalah dalam memahami atau belajar mengenai matematika, dan 53,8 % di antaranya sangat sering mengalami kesulitan tersebut.
Beberapa sebab juga mereka ungkapkan mengapa sering kesulitan dalam memahami matematika. Yang pertama, paling banyak dari mereka adalah karena diri mereka sendiri yang memang jarang belajar matematika sebab dirasa bahwa matematika itu memiliki banyak rumus dan jenis soal yang berbeda pada materi yang sama, serta matematika merupakan pelajaran yang tidak bisa dipahami hanya dengan membaca.
Sebab yang kedua yaitu, karena kesalahan guru yang dirasa tidak jelas ketika memberikan materi. Dan ternyata sebab yang ketiga, banyak dari mereka yaitu sebanyak 65,4 % mengalami hal atau pengalaman yang sama dengan yang saya rasakan, yaitu masih mengalami dan mendapati pendidik yang mengajar dengan tidak melalui proses step by step.
Dan mereka pun mengungkapkan bahwa hal tersebut sangat mempengaruhi kemampuan mereka dalam memahami suatu materi matematika, contohnya ketika mereka akan me-review kembali materi tersebut di rumah, mereka bisa saja bingung dari mana asalnya cara yang diajarkan tersebut bisa terjadi.
Dan 76,9 % responden mengungkapkan bahwa hal tersebut harus diubah oleh para pendidik sekalian, karena agar dalam belajar pun menjadi enak dan tidak akan kebingungan untuk menghadapi dua atau lebih soal yang berbeda-beda, sehingga matematika pun tidak akan lagi menjadi pelajaran yang sulit bagi mereka.
Dan yang terakhir mereka memberikan berbagai alasan mengapa menurut mereka step by step sangat penting di dalam mengajarkan suatu materi matematika. Alasan yang sangat banyak diungkapkan yaitu karena step by step itulah yang membuat mereka paham betul akan materi matematika, sehingga ketika dipelajari kembali mereka akan tahu asal-usul cara tersebut berasal dari mana.
Menurut survei atau kuesioner yang saya buat ini, ternyata sebagian besar responden pro dengan pendapat saya. Saya pun menyetujui bahwa penerapan step by step atau langkah demi langkah yang jelas dalam matematika itu sangat penting karena dapat membantu siswa memahami konsep tersebut secara bertahap, membangun pondasi definisi matematika yang kokoh, mengurangi kecemasan siswa dalam belajar, mempermudah evaluasi, dan membuat siswa mampu mengembangkan keterampilan problem-solving.
Namun, step by step juga tidak cukup bila penjelasan yang diberikan pun tidak jelas. Sehingga, bagi para pendidik atau calon pendidik diharapkan dapat mengajarkan materi matematika dengan baik, runtut, dan jelas.
Saya pun sebagai calon pendidik juga belajar dari pengalaman sekolah saya dulu. Penerapan step by step pun sudah saya lakukan kepada anak-anak yang les privat kepada saya sehingga mereka pun dapat memahami bimbingan saya dengan jelas pula.
Tetap semangat bagi para pendidik dan calon pendidik untuk melahirkan ribuan orang yang hebat. Mengajarlah dari hati dan bukan hanya dari buku saja.
Biodata Penulis:
Deswita Merry Kusumawardani lahir pada tanggal 10 Desember 2004 di Karanganyar.