“Anaknya rajin sekali salat, padahal masih kecil.”
“Anaknya pandai mengaji dan suaranya merdu”
“Bagaimana bisa anak kecil sepaham itu dalam hal agama?”
Seperti itulah pendapat masyarakat yang masih awam terhadap ilmu agama. Di era digital seperti ini, banyak masyarakat yang mengesampingkan ilmu agama pada anak mereka. Seakan-akan anak masih terlalu dini untuk memahami ilmu agama. Nyatanya, anak-anak adalah usia awal dimulainya pendidikan non formal dari orang tuanya. Sejalan dengan alasan inilah banyak orang tua yang mulai memberikan ilmu agama kepada anaknya.
Pola asuh yang orang tua berikan bukan hanya untuk membentuk karakter sosial saja, namun juga karakter dalam bidang agama. Seperti halnya melaksanakan salat lima waktu, mengaji dan lain sebagainya.
Anak akan bertumbuh dan berkembang sesuai dengan pola asuh yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Pola asuh orang tua yang baik tentu akan menghasilkan seorang anak yang baik pula. Begitu pula kebalikannya, pola asuh orang tua yang tidak tepat tentu akan menghasilkan seorang anak yang kurang baik.
Di era modernisasi yang sangat cepat ini, orang tua sangat terbantu dengan adanya media digital yang menunjang pendidikan non formal anak, seperti dengan adanya Al-Quran Digital. Al-Quran Digital menawarkan kemudahan dalam memahami isi yang ada di dalamnya.
Selain itu, perilaku orang tua saat mendidik anak pasti akan ditiru oleh anaknya. Usia anak yang masih dini memungkinkan mereka belajar dengan meniru atau mencontoh perilaku dari orang tuanya.
Pemanfaatan Waktu yang Efisien dan Efektif
Usia anak-anak adalah usia ideal bagi manusia untuk bisa dididik melalui pembiasaan perilaku dalam kehidupan. Sebagai orang tua yang baik, mulailah untuk membuat rencana harian kegiatan anak selama di rumah.
Kegiatan yang dilakukan tentu kegiatan yang bermanfaat dan berpengaruh baik bagi perkembangan anak. Namun, kegiatan yang diberikan harus kegiatan yang sesuai dengan kapasitas anak di usianya, bukan melebihi kapasitasnya. Jadi, orang tua tidak boleh memaksa anak. Anak-anak tetap memiliki naluri belajar sambil bermain.
Pada jangka menengah dan jangka panjang mulailah membuat perencanaan yang matang untuk menargetkan tujuan dan capaian akademik pada anak. Pembuatan target ini dilakukan untuk memberikan motivasi kepada orang tua guna meningkatkan rasa semangat dalam mendidik anak.
Pengelolaan Stres dan Mental Health
Tantangan yang akan dihadapi orang tua sebagai pengasuh pertama pada anak adalah dalam pengelolaan stres dan mental health. Anak memiliki karakter dan sifatnya masing-masing. Sebagai orang tua, mulai lah memahami karakter anak agar tidak terjadi miskonsepsi dalam mendidik anak.
Anak sangat mudah tersentuh hatinya, dalam artian anak adalah usia yang sensitif akan hal yang ia rasakan. Anak mudah down apabila orang tua membimbingnya dengan cara yang sedikit keras.
Anak lebih menyukai pola asuh yang lemah lembut. Dengan pola asuh yang sesuai anak akan mudah menerima perintah yang diberikan oleh orang tua.
Dukungan Lingkungan dan Sosial
Pola asuh yang diberikan oleh orang tua akan berjalan dengan baik jika didukung dengan lingkungan yang baik pula. Anak sangat mudah terpengaruhi dengan dunia luar, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, orang tua bisa memantau pergaulan anak di luar rumah.
Berikan nasihat kepada anak sebelum mereka keluar rumah. Anak akan paham dan terbiasa untuk bisa mendengarkan nasihat orang tua.
Saling memberi dukungan untuk melakukan perbuatan baik juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak. Dukungan positif akan memberikan tindakan yang positif pula, dan kebalikannya jika dukungan yang ada mengarah pada hal yang negatif maka anak akan terpengaruh dengan hal yang kurang baik pula.
Menciptakan Kesetaraan Hak dan Kewajiban Anak
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan dan keharusan (sesuatu hak yang harus dilaksanakan). Anak memiliki beberapa kewajiban terhadap orang tua antara lain menghormati orang tua, berbakti kepada kedua orang tua atau birrul walidain, mematuhi perintah orang tua, dan lain sebagainya.
Di sisi lain anak juga memiliki hak, hak adalah tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan, untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang dan aturan). Hak merupakan sesuatu yang harus didapatkan oleh anak, hak dari orang tua untuk anak adalah hak hidup dan berkembang, mendapatkan perlindungan dan penjagaan, mendapatkan nafkah dan kesejahteraan, mendapatkan pendidikan dan pengajaran, mendapatkan kasih sayang dan lain sebagainya.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa anak juga berhak mendapatkan pendidikan, salah satunya adalah pendidikan dari orang tua. Dengan begitu, perlu adanya kesetaraan antara hak dan kewajiban bagi anak, agar pertumbuhan dan perkembangan anak bisa berjalan dengan seimbang.
Biodata Penulis:
Meilinda Dwi Rahayu saat ini aktif sebagai mahasiswi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.