Pacaran Sehat, Emang Boleh? Menurut Pandangan Islam

Pacaran adalah aktivitas yang mendekati zina, yang sudah jelas-jelas dilarang oleh Allah SWT. Lalu bagaimana dengan pacaran sehat? Secara ...

Pacaran adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh kaum muda jaman sekarang. Pacaran sendiri bisa diartikan sebagai dua individu yang menjalin suatu hubungan bersama agar bisa lebih saling mengenal satu sama lain.

Umur remaja tentu saja adalah waktunya mulai tertarik terhadap lawan jenis. Tapi apakah boleh kita membenarkan para remaja ini untuk berpacaran?

Sudah sering kita temui ada orang tua ataupun guru yang membenarkan pacaran. Kebanyakan dari mereka berpendapat pacaran boleh asalkan dijadikan untuk motivasi belajar.

Selain dari kalangan remaja, di kalangan dewasa juga ada fenomena kohabitasi. Yaitu sebuah istilah yang ditunjukan kepada pasangan yang tinggal satu atap tanpa ikatan perkawinan (detikNews, 12/9/2021).

Lalu sekarang ada lagi istilah pacaran sehat, yaitu hubungan yang saling menghormati dan mendukung satu sama lain.

Pacaran adalah aktivitas yang mendekati zina, yang sudah jelas-jelas dilarang oleh Allah SWT. Lalu bagaimana dengan pacaran sehat? Secara, pacaran sehat adalah aktivitas yang memberikan kesenangan dan motivasi ke arah yang baik. Menurut saya, membenarkan pacaran sehat termasuk dalam menyandarkan baik-buruknya suatu perbuatan kepada standar manfaat berupa kesenangan duniawi dan teraihnya materi.

Sedangkan membenarkan perbuatan tersebut artinya menganut konsep sekularisme. Sekularisme adalah menempatkan agama hanya pada urusan ibadah dan urusan pribadi saja, sedangkan dalam kehidupan sosial manusia menentukan sendiri apa yang baik dan buruk bagi dirinya sendiri dengan mempertimbangkan manfaat yang ia peroleh (wacana-edukasi, 24/11/2021).

Pacaran Sehat
sumber gambar: deviantart.com

Intinya, kita sebagai seorang muslim yang tujuan hidupnya adalah menggapai rida Allah SWT tentu saja tidak boleh membenarkan pacaran jenis apapun. Walaupun aktivitas tersebut banyak berdampak positif terhadap diri sendiri.

Berbeda dengan ta'aruf, ta'aruf artinya saling mengenal sebelum menuju jenjang pernikahan. Jadi, memang benar sebelum menikah kita diharuskan untuk mengenal pasangan kita terlebih dahulu. Kegiatan ini bisa disebut juga dengan ta'aruf.

Lalu apa beda ta'aruf dengan pacaran? Padahal tujuannya sama; supaya lebih saling mengenal dengan pasangan. Yang dibolehkan dari ta'aruf adalah niatnya menuju ke jenjang pernikahan setelah cukup mengenal dengan pasangannya. Sedangkan pacaran tidak dibatasi dalam hal apapun.

Jadi, sebenarnya yang tidak boleh dalam pacaran bukan untuk saling mengenalnya, tetapi aktivitas mendekati zina yang timbul setelah saling kenal tersebut. Sedangkan pada ta'aruf setelah saling mengenal akan menuju ke jenjang pernikahan. Sehingga tidak akan terjadi zina.

Artinya, jika pacaran untuk saling mengenal dengan batas-batas yang sudah ditentukan, lalu bertujuan untuk lanjut ke pernikahan, maka itu diperbolehkan karena termasuk dalam ta'aruf. Saya sebelumnya menganggap semua jenis pacaran itu dilarang karena pacaran sendiri konotasinya sudah buruk di Indonesia.

Tentu saja ada banyak masalah yang terjadi di dalam keluarga jika menyangkut tantang pacaran. Seperti bagaimana jika kita mendapati bahwa adik/anak kita sendiri sedang berpacaran dengan seseorang?

Apakah kita sebagai orang tua boleh langsung melarangnya? Atau kita sebagai kakak harus langsung melaporkannya pada orang tua kita? Menurut saya, keduanya adalah hal yang salah untuk dilakukan. Langsung melarangnya dan memaksanya mengakhiri hubungan tersebut justru akan berdampak buruk bagi sang anak.

Anak bisa saja menjadi pribadi yang tertutup terhadap keluarganya. Atau lebih buruknya anak tersebut bisa saja melakukan pacaran dengan diam-diam karena sudah pernah dilarang sebelumnya. Anak juga bisa merasa dikekang dan mulai menjaga jarak dengan keluarganya sendiri. Lalu bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut?

Hal di atas bisa terjadi dikarenakan orang tuanya yang kurang mendidik anaknya tantang kepribadian islam. Oleh karena itu, lebih baik apabila diajarkan kepribadian, pola pikir, dan pola sikap yang sesuai dengan islam.

Anak tentu saja akan langsung menolak dan membangkang apabila tiba-tiba dituntut untuk taat kepada syariat islam. Jadi, kita sebagai orang tua harus mulai dengan perlahan-lahan mengubah pola berpikir dan memberi pemahaman islam yang benar terlebih dahulu kepada anak. Dengan begitu anak bisa mengerti dengan perlahan.

Mengajarkan pola pikir dan kepribadian islam sejak dini sangat diperlukan oleh anak. Dikarenakan Allah SWT memberikan kebutuhan naluri untuk menyukai lawan jenis. Sedangkan anak yang masih remaja belum begitu mengerti bagaimana menyikapinya.

Kesimpulannya adalah, walaupun pacaran sehat adalah aktivitas yang tidak dipandang buruk sama sekali dalam kehidupan umum. Apabila itu adalah hal yang sudah jelas-jelas tidak disukai Allah SWT, maka kita sebagai umat islam harus menjauhinya.

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk." (TQS. Al-An'aam: 116-117)

Pinasthi Soesilo Oetomo

Biodata Penulis:

Pinasthi Soesilo Oetomo lahir pada tanggal 6 Oktober 2004. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.