Merajalelanya Kasus Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

Tekanan-tekanan yang datang dari akademis, dosen, ekonomi, masalah keluarga, lingkungan pertemanan, dan permasalahan percintaan terkadang dapat ...

Seberapa sering kalian mendengar kasus bunuh diri dalam berita sehari-hari? Tentunya, sangat sering apalagi baru-baru ini banyak terjadi kasus bunuh diri di berbagai kota di Indonesia. Seseorang berani melakukan sebuah tindakan karena ada alasan yang melatarbelakanginya. Lalu, apa alasan utama seseorang berani melakukan tindakan bunuh diri?

Kasus bunuh diri sering kali dijadikan sebagai solusi bagi mereka yang sudah tidak dapat menanggung beratnya permasalahan hidup. Padahal permasalahan hidup akan selalu datang kepada manusia, terkadang berturut-turut dan semakin kompleks seiring bertambahnya usia. Untuk itu kita sebagai manusia harus mampu menghadapi cobaan tersebut. Tetapi terdapat beberapa orang tidak mampu menghadapi permasalahan hidup dan lebih memilih untuk mengakhiri nyawanya.

Sangat disayangkan bukan, padahal tindakan bunuh diri ini bukan sebuah solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang terjadi.

Mahasiswa dan Bunuh diri

Pada zaman ini, kesehatan mental seseorang perlu mendapat perhatian lebih, utamanya untuk pencegahan suatu permasalahan global yakni bunuh diri. Bagaimana tidak, persoalan kasus bunuh diri kini kian marak terjadi di lingkungan masyarakat bahkan mahasiswa.

Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), kasus bunuh diri di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 671 kasus, pada tahun 2021 terdapat 750 kasus, pada tahun 2022 sebanyak 900 kasus. Sedangkan kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023 dilaporkan mencapai 971 kasus. Kejadian bunuh diri cenderung meningkat dalam 3 tahun terakhir.

Permasalahan kasus bunuh diri di Indonesia banyak terjadi di kalangan mahasiswa. Mahasiswa sebagai peserta didik perguruan tinggi masuk ke dalam kategori remaja akhir, yaitu usia 18-21 tahun (Hurlock, 1990). Pada fase ini gejolak emosi terjadi secara tidak stabil.

Pada masa remaja banyak terjadi perubahan, baik perubahan di luar yang dapat dilihat orang lain maupun perubahan di dalam seperti emosional dan intelegensi. Masa-masa berat penuh perubahan ini menyebabkan reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang naik turun dan tidak terkendali bahkan dapat mempengaruhi kehidupan pribadi maupun sosialnya.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi anak muda nekat melakukan tindakan bunuh diri. Usia muda memang usia yang rentan mengalami depresi dan mudah mengalami kegelisahan apabila dihadapkan oleh permasalahan. Oleh karena itu, peran orang-orang terdekat dan keluarga perlu ditingkatkan untuk senantiasa memberikan arahan dan wejangan-wejangan positif.

Merajalelanya Kasus Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

Diharapkan dukungan-dukungan ini akan membuat anak merasa dipedulikan, tidak merasa sendirian, dan tidak akan pernah berpikiran untuk melakukan tindakan suicide atau bunuh diri.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Bunuh Diri

Tindakan bunuh diri biasanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan permasalahan yang menumpuk dalam kehidupan pribadinya selama ini.

Mahasiswa ialah seseorang yang mengalami transisi peralihan dari masa remaja menuju dewasa awal. Proses peralihan ini membutuhkan adaptasi yang tidak mudah bagi anak seusianya, terlebih lagi jika jauh dari keluarga tersayang.

Tekanan-tekanan yang datang dari akademis, dosen, ekonomi, masalah keluarga, lingkungan pertemanan, dan permasalahan percintaan terkadang dapat memicu individu ini melakukan tindakan yang tidak sewajarnya yaitu bunuh diri.

Untuk itu, kita sebagai mahasiswa harus mengubah pola pemikiran, pembiasaan, dan lingkungan sosial menjadi lebih positif.

Lalu, bagaimana apabila kita mendapatkan tekanan-tekanan negatif dari lingkungan sekitar? Pilih dan pilah lingkungan tersebut. Pertahankan apabila hal tersebut berpengaruh positif pada diri kita dan tinggalkan atau acuhkan apabila hal tersebut berpengaruh negatif terhadap kondisi psikis diri kita.

Karena melalui perubahan-perubahan yang positif maka akan membentuk pola pikir ke arah yang positif dan mengantisipasi anak muda agar tidak ada lagi tindakan bunuh diri.

Perubahan-perubahan positif ini dapat dilakukan dari yang paling dekat terlebih dahulu yaitu pola pikir pribadi. Pola pikir pribadi dapat diubah apabila pribadi memiliki kemauan, perubahan pola pikir dapat dilakukan mulai dari hal kecil seperti selalu berpikir positif terhadap permasalahan yang terjadi dalam hidup.

Selanjutnya, perubahan positif juga didapat dari lingkungan keluarga yang selalu memberikan afirmasi-afirmasi positif dan dukungan sehingga mereka terasa dipedulikan dan dianggap ada.

Apabila melalui perlakuan-perlakuan di atas masih terdapat keinginan bunuh diri, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke psikolog atau psikiater untuk mencegah kemungkinan terburuk yang akan terjadi nantinya.

Biodata Penulis:

Selvi Agustin Pujiastuti lahir pada tanggal 9 Agustus 2005.

© Sepenuhnya. All rights reserved.