Sandwich Generation (Generasi Sandwich atau Generasi Roti Lapis) sering kali mengacu pada orang-orang yang harus memikul beban hidup untuk dirinya sendiri, orang tuanya, dan anak-anaknya. Fenomena ini disebut “Sandwich” karena mengacu pada orang-orang yang harus memberi makan generasi sebelum dan sesudahnya, seperti sandwich dengan daging, keju, dan sayuran.
Pedihnya menjadi Sandwich Generation merujuk pada tekanan yang dirasakan oleh generasi yang harus merawat orang tua yang sudah lanjut usia sambil merawat anak-anak mereka. Istilah ini diciptakan oleh pekerja sosial Dorothy A. Miller pada tahun 1981.
Generasi Sandwich mengalami beban ganda dan sering kali mengalami kelelahan, perasaan depresi, serta kesulitan menemukan waktu untuk menjalankan peran sebagai pasangan, orang tua, dan anak pada saat bersamaan.
Mereka juga cenderung mengalami stres dan kecemasan yang berkepanjangan. Keadaan ini dapat menimbulkan stres psikis dan fisik, serta menimbulkan gangguan kesehatan.
Dalam konteks ini, penting bagi orang-orang dalam "Sandwich Generation" untuk menjaga keseimbangan antara kepedulian kepada orang lain dan merawat diri sendiri, serta mencari dukungan dan strategi untuk mengelola beban yang mereka hadapi.
Penting untuk menyadari bahwa menjadi bagian dari generasi ini dapat menyebabkan tekanan psikologis dan fisik yang signifikan. Generasi Sandwich mengalami beban ganda yaitu dalam merawat orang tua yang sudah lanjut usia sambil serta merawat anak-anak mereka.
Keadaan ini dapat menimbulkan perasaan depresi, kelelahan sehingga kesulitan menemukan waktu untuk memenuhi peran sebagai pasangan, orang tua, serta anak secara bersamaan.
Oleh karena itu, penting bagi orang-orang dalam "Sandwich Generation" untuk menjaga keseimbangan antara menjaga dan merawat orang lain juga merawat diri sendiri, serta mencari dukungan dan strategi untuk mengelola beban yang mereka hadapi.
Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, Generasi Sandwich dapat mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dan menjadi generasi yang kuat, tangguh, kompetitif, dan berdaya saing.
Biodata Penulis:
Arnisa Azzurin Zahra, lahir di Klaten, 23 Maret 2005. Saat ini ia masih aktif sebagai mahasiswa, Prodi Teknologi Hasil Pertanian, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.