Mengenalkan dan mengajarkan mata uang bagi anak tunanetra merupakan tantangan unik yang membutuhkan pendekatan kreatif dan inklusif. Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap nominal mata uang Rupiah, metode belajarnya dapat dengan memadukan elemen sensorik dan pendekatan interaktif. Dengan cara seperti ini dapat membuka pintu pengetahuan finansial bagi anak-anak tunanetra, memberikan mereka kemampuan untuk memahami dan mengelola uang dengan lebih mandiri.
Dalam mengajarkan anak tunanetra untuk mengetahui nominal uang Rupiah, mereka harus diajarkan terlebih dahulu bagaimana struktur uang Rupiah, hal ini penting agar anak tunanetra dapat membedakan nilai setiap pecahan.
Cetakan uang Rupiah tahun 2016 sudah diberi detail kode tunanetra (Blind Code) yang berupa pasangan garis di sisi kanan dan kiri uang yang akan terasa kasar saat diraba (BI, 2016).
- Pada uang kertas Rp 100.000 terdapat satu pasang garis timbul;
- Pada uang kertas Rp 50.000 terdapat dua pasang garis timbul;
- Pada uang kertas Rp 20.000 terdapat tiga pasang garis timbul;
- Pada uang kertas Rp 10.000 terdapat empat pasang garis timbul;
- Pada uang kertas Rp 5.000 terdapat lima pasang garis timbul;
- Pada uang kertas Rp 2.000 terdapat enam pasang garis timbul, dan;
- Pada uang kertas Rp 1.000 terdapat tujuh pasang garis timbul.
Mengajarkan anak tunanetra mengenai nominal mata uang Rupiah dapat dilakukan dengan memberikan langsung setiap pecahan Rupiah dan anak diminta untuk meraba uang tersebut yang kemudian minta anak untuk menyebutkan nominalnya.
Selain itu, anak juga dapat diajarkan pengalaman praktis membeli sesuatu menggunakan uang Rupiah atau bisa diajarkan untuk menabung. Pengalaman praktis dapat memberikan pelajaran yang bermakna bagi anak-anak tunanetra.
Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan kontribusi dari guru, orang tua, apalagi teman awas agar tercipta inklusifitas. Kontribusi dapat berupa membantu memberikan edukasi, pengawasan, serta membuat inovasi dalam mengajarkan anak tunanetra dalam mengenal nominal mata uang Rupiah.
Kegiatan belajar ini penting diajarkan kepada anak tunanetra karena selain memberikan edukasi mengenai finansial, mereka juga akan terhindar dari tindak kriminal, seperti penipuan dan pencurian. Maka dari itu, lingkungan yang mampu mendukung dan berkontribusi akan sangat diperlukan dalam hal ini.
Tantangan dalam mengajarkan anak tunanetra tentang mata uang melibatkan keterbatasan sensori mereka terhadap bentuk fisik uang. Langkah dalam mengatasinya adalah dengan menggunakan pendekatan multisensori, seperti penggunaan uang braille, permainan edukatif, dan pembelajaran melalui sentuhan untuk memahami nilai dan denominasi mata uang.
Integrasi teknologi juga dapat membantu melalui aplikasi atau perangkat lunak yang memberikan informasi suara tentang mata uang.
Mengajarkan anak tunanetra untuk mengenal nominal mata uang Rupiah merupakan satu hal penting, karena ini dapat membantu mereka memahami dan mengelola keuangan. Sekarang mata uang Rupiah keluaran tahun 2016 telah memberikan bantuan berupa blind code yang sangat membantu mereka mengenal nominal yang Rupiah. Latihan dan pengalaman praktis perlu dilakukan agar anak tunanetra terlatih kontribusi dari banyak kalangan, juga diperlukan supaya pelaksanaannya dapat memberikan manfaat terbaik bagi anak tunanetra.
Biodata Penulis:
Amalia Fitri Nugrahani saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.