Apa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar kata "matematika"? Sulit? Pusing? Banyak rumus? Atau justru seru? Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa matematika adalah ilmu yang menyenangkan seperti lagu. Akan tetapi, mayoritas orang pasti akan setuju jika ada pernyataan "matematika itu mata pelajaran yang wajib dihindari" atau "kalau bisa di-skip, lebih baik skip langsung aja lah".
Padahal, ketika kita ingin belajar sesuatu maka kita harus tahu dulu apa akan kita hadapi ke depan untuk menguasai ilmu tersebut. Sama seperti belajar matematika, kita harus tahu dulu apa itu matematika dan apa isi yang ada di dalamnya.
Apa Itu Matematika?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, yang mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, maka dari itu mengapa matematika sering disebut dengan ilmu deduktif (Ruseffendi, 2006:23).
Kenapa Matematika Tidak Disukai?
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), di bidang matematika, sekitar 71% siswa tidak mencapai tingkat kompetensi minimum matematika. Maknanya, masih banyak siswa Indonesia yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan situasi yang memerlukan kemampuan matematika.
Dari data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa minat matematika di Indonesia masih rendah. Mengapa masih rendah? Hal ini bisa disebabkan karena pandangan seseorang terhadap matematika yang kurang tepat. Sehingga, kerap kali menyebabkan orang-orang tidak menyukai matematika.
1. Sulit dan Rumit
Matematika tidak disukai karena dianggap sulit untuk dipahami dan rumit dalam perhitungan. Sering kali kita dihadapkan pada satu soal matematika yang penyelesaiannya tidak hanya satu langkah, tetapi butuh beberapa langkah. Sulitnya satu soal tersebut masih ditambah dengan rumitnya perhitungan.
Oleh karena itu, kita dapat mengibaratkan matematika sebagai suatu permainan teka-teki dalam pemikiran kita. Sehingga, muncullah motivasi untuk memecahkan atau mencari jawaban dari permainan tersebut. Ketika kita sudah terbiasa menanamkan analogi itu, maka kita bisa menikmati serunya belajar matematika tanpa merasa sulit dan rumit.
2. Tidak Bermanfaat untuk Kehidupan Sehari-hari
Dianggap tidak bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari juga menjadi salah satu alasan mengapa matematika tidak disukai. “Untuk apa kita belajar matematika? Untuk apa kita belajar kalkulus? Untuk apa kita belajar aljabar?”.
Padahal, penerapan ilmu matematika bisa kita lihat dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, dalam praktek jual beli. Ketika kita pergi ke pasar untuk membeli sayur, maka penjual akan melakukan penimbangan terhadap sayur yang kita beli. Begitu pula dengan kita yang menerapkan sistem pembayaran. Bahkan hanya sebatas menghitung umur, tinggi badan, dan berat badan pun juga terdapat unsur numerasi matematika di dalamnya.
Selain itu, matematika juga bermanfaat untuk perkembangan intelektual dan emosional yang membuat kita menjadi lebih teliti, cermat, dan tidak ceroboh. Contohnya, dalam perhitungan operasi bilangan bulat yang menuntut kita harus teliti terhadap tanda positif dan tanda negatif. Karena jika kita salah tanda, maka hasilnya juga akan salah.
Juga perlu diingat ketika kita mengerjakan soal matematika, kita akan dilatih untuk berpikir secara sistematis dan logis karena dalam matematika memiliki aturan yang berlaku dan harus dipatuhi.
3. Pengajar yang Kurang Kompeten
Alasan lain mengapa matematika tidak disukai kebanyakan orang adalah pengajar yang kurang kompeten. Pada umumnya, berkompeten atau tidaknya seorang guru bergantung pada apakah siswa dapat menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh guru tersebut.
Terdapat tenaga pendidik, terutama guru matematika dianggap menjelaskan materi dengan bahasa atau kalimat yang sulit dipahami. Hal ini berimbas pada siswa yang menjadi tidak paham dengan ilmu yang disampaikan.
Stigma masyarakat yang menganggap guru matematika adalah guru yang “galak” juga berpengaruh terhadap minat seseorang kepada matematika. Karena stigma tersebut, banyak siswa menjadi takut untuk belajar matematika.
Sudah pelajarannya sulit, ditambah dengan guru yang galak pula. Namun, perlu diketahui bahwa guru tersebut hanya ingin bersikap tegas. Sebab, matematika adalah ilmu perhitungan yang tidak mudah dan butuh fokus ekstra dalam memahaminya.
Kemudian, matematika juga tidak disukai kebanyakan orang karena metode pembelajaran yang itu-itu saja. Tetapi, karena ini adalah faktor eksternal juga, dan setiap orang mempunyai sifatnya masing-masing dan setiap guru pun mempunyai teknik mengajarnya masing-masing, maka kita tidak bisa mengontrol hal tersebut, karena itu sudah bukan kendali kita. Sehingga, untuk mengatasi hal tersebut, kita bisa mencari sumber belajar lain yang sesuai dengan gaya belajar kita.
4. Banyak Rumus
Terakhir, banyaknya rumus yang harus dihapalkan. Kebanyakan orang tidak menyukai metamatika karena banyaknya rumus yang harus dihapalkan. Ada rumus skala, rumus keliling dan luas bangun datar, rumus luas permukaan dan volume bangun ruang, rumus deret aritmetika, rumus deret geometri, rumus peluang, dan sebagainya.
Tapi perlu kita pahami bahwa belajar matematika bukan hanya sekadar menghapal rumus-rumus semata, tetapi juga menguji tentang pemahaman konsep. Matematika tidak semata-mata hanya menghapal rumus tanpa tahu maknanya.
Kesimpulannya, terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi kenapa matematika tidak disukai banyak orang. Ada faktor internal dan faktor eksternal. Pada intinya, belajar matematika itu penting. Karena terdapat banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari belajar matematika.
Biodata Penulis:
Sanggita Nariswari Cahyarani lahir pada tanggal 17 Juni 2005 di Sukoharjo.