Mahasiswa yang merantau, pasti tahu bagaimana rasanya homesick. Entah rindu rumah, rindu masakan mama, rindu bahas isu terkini dengan papa, rindu bertengkar dengan kakak/adik, atau rindu berisiknya nyinyiran tetangga.
Homesick merupakan rasa kehilangan dalam diri individu pada kampung halamannya yang disebabkan karena pemisahan individu dengan rumah. Umumnya dirasakan oleh orang yang merantau atau yang mencoba untuk hidup mandiri di kota orang.
Apakah homesick wajar? Tentu saja hal itu wajar terjadi. Kamu tidak perlu merasa khawatir karena homesick akan terjadi secara sementara. Namun, jangan biarkan hal ini sampai berdampak negatif bagi kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.
Apa Saja sih Ciri-Ciri Ketika Mengalami Homesick?
1. Rasa Gelisah dan Cemas
2. Perubahan Suasana Hati secara Cepat atau Moody
Moody menjadi salah satu ciri mengalami homesick karena ketika melakukan kegiatan di siang hari yang mana kita bertemu dengan teman-teman dapat menghilangkan sejenak perasaan homesick, tapi malam harinya, bisa saja kita menangis tersedu-sedu karena perasaan sepi yang menimbulkan perasaan homesick tersebut muncul kembali.3. Sulit Berkonsentrasi
4. Sulit Tidur
5. Kesepian
6. Mulai Menyalahkan Diri Sendiri atau Keadaan
1. Perbedaan Gaya Hidup dan Kebiasaan di Lingkungan Baru
Tempat tinggal yang baru, mungkin saja memiliki kebiasaan yang berbeda dengan tempat asal kita. Oleh sebab itu, kita harus berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut.
2. Sulit Menjalin Hubungan Interpersonal dengan Orang Baru
Hal ini bisa saja dapat terjadi, tapi kita sebagai perantau harus berusaha untuk beradaptasi. Karena kita akan berkomunikasi sehari-harinya dengan orang sekitar.
Jikalau ada masalah atau perlu bantuan, orang-orang di lingkungan baru tersebutlah yang akan membantu. Oleh karena itu, kita harus bisa menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan orang baru.
3. Merasa Dikucilkan di Lingkungan Baru
Banyak kata orang, dunia perkuliahan sangatlah kejam. Jika kamu tidak mempunyai circle, maka akan sulit untuk menjalani hari-hari di perkuliahan.
Memang, mungkin tidak semua mahasiswa menyukai untuk berkelompok. Namun bisa saja ada yang memang menginginkan, tetapi ia diacuhkan, tidak dianggap. Hal ini dapat menimbulkan perasaan dikucilkan yang menyebabkan seseorang merasa sendirian dan menimbulkan pikiran-pikiran tentang rumah. Lalu, di situlah perasaan homesick akan muncul.
4. Sudah Terlalu Lama Merantau
Ternyata sudah lama merantau masih tetap homesick ya? Untuk sebagian orang mungkin iya, namun dari beberapa orang yang saya temui, mereka mengatakan bahwa “Nggak kok, saya sudah nyaman di sini. Saya sudah tidak merasakan homesick.” Hal ini memang berbeda-beda tergantung individunya.
5. Suasana baru yang Tidak Membuat Nyaman
Masih berhubungan dengan poin dikucilkan di lingkungan baru, apabila poin ini tidak terpenuhi, maka bisa saja menimbulkan perasaan tidak nyaman pada si perantau.
6. Ada Rasa Tidak Percaya Diri
Seperti poin sebelumnya, apabila perantau telah dikucilkan dan menyebabkan munculnya perasaan tidak nyaman, maka untuk merasa percaya diri pun akan sulit. Karena memungkinkan dia merasa bahwa tidak dibutuhkan, tidak dianggap, tidak akan ada yang mendengarkannya. Hal inilah yang dapat menimbulkan perasaan tidak percaya diri.
7. Tempat Baru yang Tidak Sesuai dengan Dirinya
Rasa tidak nyaman tentunya dapat menimbulkan perasaan tidak tahan untuk tinggal dalam jangka waktu yang lama di tempat tersebut.
Seseorang yang mengalami homesickness biasanya akan menyibukkan pikirannya untuk memikirkan hal-hal yang berbau rumah. Homesickness dapat menyebabkan beberapa masalah yang dapat menghambat, yaitu:
- Ketidakinginan untuk belajar;
- Hilangnya semangat hidup;
- Pemikiran dan perasaan negatif;
- Stres, frustasi, dan emosi negatif.
Hal yang biasanya dilakukan ketika sedang homesick yaitu menangis sendirian di kamar kos. Padahal ada beberapa cara lho untuk menyalurkan homesickness, antara lain:
1. Telfon atau Video Call dengan Keluarga
Di era teknologi yang sudah canggih seperti sekarang, media telfon atau video call sangat membantu untuk mengobrol dan melihat keadaan keluarga secara virtual. Apalagi sekarang, hal ini sudah umum dilakukan oleh mahasiswa yang sedang merantau.
Setidaknya sempatkanlah sekali dalam sehari, untuk dapat menghubungi orang tua. Karena hal ini, dapat membuat kita merasa tetap dekat dengan keluarga. Kita bisa menceritakan apa saja yang terjadi dalam sehari atau bisa hanya bertukar kabar.
2. Terima Perasaan Homesick
Mungkin bagi beberapa orang sulit untuk menerima perasaan homesick. Tak mengapa, tidak perlu terburu-buru untuk menghilangkan homesick. Namun, sebisa mungkin kita harus berusaha untuk mencobanya agar tidak terus berlanjut dan menimbulkan dampak buruk bagi diri sendiri.
3. Curhat ke Sesama Perantau
Bagi mahasiswa, mencari teman yang merasakan hal serupa dapat mengobati rasa sendirian. Bercerita dengan sesama perantau, biasanya akan lebih nyambung karena kita mempunyai perasaan yang sama. Yaitu harus hidup mandiri tanpa bantuan secara langsung dari orang tua. Hal ini lah yang akan mendorong penyesuaian diri dengan lingkungan baru, aktivitas yang baru, dan orang baru.
4. Mulai Kegiatan Baru
Perasaan rindu dapat timbul ketika seseorang hanya berdiam diri tanpa melakukan aktivitas apapun. Hal inilah yang mendistraksi perasaan homesick.
Cara yang dapat dilakukan yaitu, kita dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang bermanfaat sehingga kita dapat melupakan sejenak perasaan homesick. Seperti mengikuti organisasi, webinar, maupun menemukan hobi baru.
5. Pulang untuk Menyembuhkan Homesick
Namun, hal ini belum tentu dapat dilakukan oleh setiap mahasiswa. Ada beberapa faktor yang memengaruhi seperti tempat tinggal yang jauh, biaya yang tidak murah, atau ada kebutuhan lain yang lebih penting. Contohnya dari pengalaman saya pribadi, pulang kampung merupakan hal yang tidak selalu bisa dilakukan karena biaya untuk pulang pergi yang tidak murah. Biaya yang dapat dikeluarkan untuk sekali pulang-pergi dapat mencapai minimal 300.000 rupiah. Berbeda dengan teman saya, beberapa dari mereka ada yang setiap minggunya dapat pulang kampung karena jarak dari kota perantauan dengan tempat asalnya dekat dan biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal.
Biodata Penulis:
Nur Nadya Yasmin Maqdis lahir pada tanggal 25 Agustus 2005. Ia saat ini aktif sebagai mahasiswa, program studi Pendidikan Matematika, di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.