Pesta demokrasi hanya tinggal sebentar lagi. Tentu saja ini menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia yang berkehidupan demokrasi. Pesta demokrasi merupakan istilah lazim digunakan dalam konteks pemilihan umum di Indonesia.
Pemilu yang hanya diadakan lima tahun sekali, tentu menjadi ajang warga negara dapat menggunakan hak pilihnya untuk memilih para pemimpin dan wakilnya. Para wakil rakyat inilah yang dipercaya, bertanggung jawab dalam menentukan arah bangsa ke depan.
Dalam pemilu ini, para wakil rakyat yang terpilih akan mewakili suara rakyat dalam suatu lembaga legislatif, seperti DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) atau DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Untuk menarik perhatian rakyat atau memenangkan pemilihan umum, calon legislatif ini akan melakukan serangkaian kampanye.
Kampanye ini merujuk pada serangkaian kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh calon atau partai politik untuk memenangkan pemilihan umum. Para calon legislatif bersaing yang baik merebutkan kursi DPR maupun DPD dengan menggunakan serangkaian kampanye dari berbagai aspek, seperti modal politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Tentu, menggunakan kampanye dalam semua aspek itu penting. Namun, ada beberapa calon yang hanya fokus menggunakan dari salah satu aspek tersebut, seperti modal budaya.
Modal budaya merupakan aset non-finansial yang dimiliki seseorang, seperti pengetahuan, keterampilan, pendidikan, dan hubungan sosial, yang dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan dalam masyarakat.
Dalam politik, modal budaya sangat penting untuk mencapai kesuksesan karena latar belakang pendidikan, pengalaman profesional, dan hubungan keluarga yang berkontribusi terhadap keberhasilan keanggotaan legislatif.
Misalnya saja, individu dengan gelar yang lebih tinggi, dan tergabung dalam ormas sehingga memiliki jaringan sosial yang kuat akan mempunyai peluang lebih besar untuk berhasil dalam keanggotaan legislatif.
Mengapa budaya begitu penting dalam dunia politik? Pertama, budaya mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Kembali lagi untuk mengingat pemilu tahun 2019, Abdul Ghoni berhasil mengamankan kursi anggota DPRD DKI Jakarta.
Abdul Ghoni merupakan seorang anggota DPRD DKI Jakarta sekaligus menjabat sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi). Keikutsertaan Abdul Ghoni yang juga merupakan seorang kader ormas ini menjadi hal menarik perhatian. Beliau dinilai dapat memahami budaya setempat akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang menjadi prioritas dan kebutuhan masyarakat. Abdul Ghoni sebagai perwakilan Anak Betawi Asli tentu memiliki pemahaman yang baik dengan Jakarta.
Selain Abdul Ghoni, Ketua Umum FORKABI, terdapat juga anggota FORKABI yang telah menjadi anggota legislatif, yaitu Haji Sarmilih. Mereka yang memahami budaya di Jakarta akan dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan keadaan dan kondisi yang ada.
Selain itu, memahami budaya yang ada di Jakarta dengan baik, mereka dapat menghargai keberagaman dan memastikan kebijakan yang tidak melanggar hak-hak masyarakat.
Kedua, budaya juga menjadi sarana untuk membangun hubungan yang baik antara anggota legislatif dan masyarakat. Dalam hal ini, Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) termasuk bagian dalam budaya karena memiliki peran strategis dalam menjaga dan mengaktualisasikan nilai-nilai budaya dan tradisi. Forum Komunikasi Anak Betawi (FORKABI) telah memegang peranan penting dalam setiap pemilihan umum di Jakarta, seperti pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 dan pemilihan anggota DPRD DKI Jakarta.
FORKABI adalah organisasi masyarakat Betawi yang berbasis di wilayah DKI Jakarta. Peran penting FORKABI adalah memperjuangkan kepentingan masyarakat Betawi dan memelihara budaya serta tradisi mereka. FORKABI juga memiliki tugas untuk melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup dalam masyarakat.
Selain itu, FORKABI menjadi jembatan yang menghubungkan masyarakat dari berbagai lapisan sosial dan budaya di Jakarta, dan dapat membantu memperkuat persatuan dan kerukunan di Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa FORKABI bukan hanya sekadar organisasi kemasyarakatan, melainkan dipercaya yang memiliki pemahaman dan menghargai terhadap budaya setempat, dan membantu dalam menjalankan tugas-tugas sebagai wakil rakyat Jakarta.
Terakhir, modal budaya juga berhubungan dengan etika politik. Seorang anggota legislatif yang memiliki pemahaman yang baik tentang budaya setempat akan lebih cenderung mengambil keputusan yang adil dan berintegritas.
Abdul Ghoni telah menyatakan komitmennya untuk memperluas koperasi organisasi dan mengembangkan kerja sama dengan pemerintah setempat. Tidak hanya itu, ia menjadi orang yang terpercaya untuk mewakilkan suara Anak-Anak Betawi lainnya. Beliau akan mampu melihat dan memahami dampak kebijakan terhadap masyarakat sekitarnya dan memastikan bahwa kepentingan masyarakat, terutama Anak Betawi diutamakan.
Kesimpulannya, FORKABI merupakan salah satu Ormas yang berhasil memanfaatkan budaya mereka sebagai modal budaya dalam politik. Modal budaya merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai kesuksesan sebagai anggota legislatif.
FORKABI dinilai dapat memahami memahami budaya Jakarta sehingga dapat memilih keputusan yang tepat, membangun hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, berkomunikasi dengan efektif, dan menjalankan politik beretika yang dibutuhkan di Jakarta.
Oleh karena itu, setiap calon anggota legislatif harus memahami dan menghargai budaya setempat untuk mencapai kesuksesan dalam dunia politik.
Biodata Penulis:
Hikmah Aulia (kerap disapa Hikmah) lahir di Jakarta pada tanggal 3 November 2002. Ia merupakan seorang mahasiswa, yang sedang menempuh pendidikan semester tiga, program sarjana, Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Padjadjaran.