Es Teh Setajam Pedang, Kok Bisa?

Berdasarkan penelitian hasil wawancara terhadap 20 mahasiswa FKIP UNS secara acak, didapatkan bahwa 90% mereka menjawab “Iya” meminum Es Teh setiap ..

Pada siang itu, tepat matahari berada di atas kepala. Suhu yang mencapai 39 derajat membuat siapapun yang berada di luar ruangan merasa terbakar. Kantin yang ramai membuat orang saling berdesakan hingga sulit untuk bernafas. Di luar ruangan menghembuskan angin yang tidak diharapkan. Udara yang sangat panas seperti yang dikeluarkan hairdryer.

“Aku butuh Es Teh”, “Bu! Es Teh satu”.

Di setiap jalan terdapat kerumunan orang yang berada di gerobak “Es Teh Jumbo Rp. 3000”. Sepertinya mereka butuh yang segar. Rasanya tidak hidup jika panas seperti ini tidak minum Es Teh, rasa segar dan harga yang murah sangat cocok untuk dinikmati.

Cerita di atas adalah sekilas gambaran mengenai keseharian mahasiswa FKIP UNS. Setiap mahasiswa sudah melekat dan terbiasa meminum Es Teh. Padahal cuaca sudah berganti menjadi musim hujan, akan tetapi Es Teh tetap jadi andalan.

Sudah seperti kewajiban mahasiswa FKIP UNS ini untuk mengonsumsi Es Teh jumbo, dilihat ketika saya menganalisis beberapa gerobak Es Teh jumbo bahwa dari gerobak satu ke gerobak yang lain tidak terlalu jauh jaraknya, artinya banyak sekali yang jualan Es Teh jumbo, tetapi tetap saja ramai di setiap gerobaknya.

Berdasarkan penelitian hasil wawancara terhadap 20 mahasiswa FKIP UNS secara acak, didapatkan bahwa 90% mereka menjawab “Iya” meminum Es Teh setiap harinya, sisa 10% tersebut adalah mereka yang tidak mengonsumsi setiap hari, tetapi dalam seminggu mereka beberapa kali mengonsumsinya.

Bahkan, ada beberapa mahasiswa yang menjawab bahwa mereka pernah tidak minum air putih seharian hanya karena sudah diganti dengan meminum Es Teh jumbo. Dari penelitian tersebut terlihat bahwa seberapa candunya Es Teh dalam keseharian mereka.

Kebiasaan minum Es Teh ini tercipta bukan tanpa alasan. Terdapat beberapa faktor yang ini menjadi kebiasaan yakni cuacanya yang sangat panas sehingga membutuhkan minuman yang segar, kemudian harganya yang ramah di dompet mahasiswa, dan juga di setiap tempat banyak yang berjualan.

Es Teh Setajam Pedang

Faktor-faktor tersebut membuat mahasiswa selalu memilih Es Teh sebagai pilihannya. Cuaca yang panas juga kegiatan mahasiswa yang padat menyebabkan kebiasaan yang baru yakni menggantikan konsumsi air putih menjadi Es Teh.

Lalu, apa bahaya dari kebiasaan ini?

Minum Es Teh dan Kandungan Gulanya

“Panas-panas seperti ini enaknya beli yang segar dan manis”

Mungkin itulah yang pertama kali terlintas oleh sebagian mahasiswa FKIP UNS. Tujuan utamanya sih agar menghilangkan rasa haus karena panas. Namun, siapa sangka kebiasaan itu malah menjadi efek yang merugikan untuk masa yang akan datang.

Saya sebagai orang Jawa Barat yang terbiasa dengan asin dan pedas juga menolak rasa-rasa manis, menjadi terpikat dengan Es Teh. Hanya dibutuhkan 2 hari untuk saya dapat terhipnotis. Artinya, saya pribadi menjadi kecanduan terhadap Es Teh.

Kebanyakan dari mereka yang sering meminum Es Teh menjadi sangat jarang untuk meminum air putih. Padahal meminum Es Teh terlalu sering dapat memicu berbagai penyakit.

Menurut Halodoc, satu gelas Es Teh biasanya mengandung 33 gram gula. Bahkan bisa lebih banyak dari itu. Kita tidak tahu seberapa banyak takaran gulanya jika kita membeli Es Teh di luar atau di tempat-tempat yang sering kita beli.

Terkadang, ketika saya membeli Es Teh, saya merasakan rasa manis yang sangat berlebihan, sehingga biasanya saya menunggu esnya mencair terlebih dahulu atau ditambahkan dengan air putih agar tidak kemanisan.

Mengonsumsi kandungan gula yang tinggi dalam waktu yang terus-menerus atau berlebihan dapat memicu berbagai penyakit, salah satunya penyakit kardiovaskular, neuropati, gangguan ginjal, atau bahkan diabetes.

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang dipicu oleh konsumsi kadar gula yang tinggi. Normalnya batas konsumsi gula yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemkes) per orang per hari yaitu 50 gram (4 sendok makan) gula, itu artinya jika kita meminum Es Teh dalam sehari dapat menyumbangkan 66% dari jatah konsumsi gula kita sehari, belum lagi kita memakan makanan yang manis, susu untuk sarapan di pagi hari misalnya, ataupun saat ngemil brownis di malam hari.

Diabetes atau penyakit gula (gula darah tinggi) merupakan penyakit kronis (jangka panjang) yang perlu diwaspadai. Adapun tanda utama dari penyakit ini adalah meningkatnya kadar gula darah (glukosa) melebihi nilai normal. Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh.

Penyakit diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi serius, kerusakan pada berbagai organ dan jaringan tubuh. Contohnya organ seperti jantung, ginjal, mata, dan saraf. Selain itu, diabetes yang tidak terkendali dapat memicu dua potensi yang menurut saya sangat menyeramkan, yakni ancaman untuk kaki yang dapat menyebabkan amputasi, yaitu:

Kerusakan Saraf (Neuropati Diabetik)

Ketika jaringan saraf di kaki rusak, sensasi rasa sakit menjadi berkurang. Itu sebabnya, kaki dapat terluka atau terpotong tanpa penderita kaki diabetes menyadarinya.

Mengurangi Aliran Darah

Diabetes juga dapat mempersempit pembuluh arteri, sehingga dapat mengurangi aliran darah ke kaki. Dengan kurangnya darah untuk memberi nutrisi pada jaringan kaki, maka luka menjadi sulit untuk disembuhkan. Luka kecil yang tersembunyi di bawah kaki dapat cepat berkembang menjadi luka besar yang parah. Luka dan infeksi yang terlanjur parah dapat menyebabkan dilakukannya amputasi kaki.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mengonsumsi kadar gula yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya adalah diabetes. Es Teh merupakan salah satu minuman penyumbang kadar gula yang tinggi dan sering dikonsumsi, ini merupakan salah satu pemicu diabetes atau bahkan yang lebih mengerikan bisa sampai mengamputasi kaki penderita, sama seperti pedang ya bisa memutuskan kaki, hanya ini dengan cara yang tidak sadar.

Perbanyak Air Putih, Kurangi Es Teh 

Melihat berbagai masalah yang dapat muncul karena minum Es Teh berlebihan, tentu lebih baik jika dapat mengontrol diri kita. Mengubah kebiasaan memang tak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi jika sudah menjadi kecanduan. Namun, dengan mengetahui bagaimana cara mengurangi kebiasaan tersebut, kita dapat mengubahnya.

Seseorang yang sudah kecanduan harus dapat mengontrol dan mengurangi minum Es Teh setiap harinya, semisal memiliki kesadaran diri bahwa hari ini saya sudah meminum Es Teh, maka sudah cukup tidak ada Es Teh lagi di hari itu, ataupun kita kurangi di setiap makanan atau minuman yang memiliki kadar gula yang tinggi. Berikut ini tipsnya.

Mulailah dengan membatasi diri kita untuk tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi gula, hindari minum Es Teh yang terlalu sering dan beralihlah ke rendah gula. Biasakan untuk membaca label gizi pada kemasan yang akan dikonsumsi (jika ada), kita dapat melihat jumlah gula yang terkandung dalam kemasan tersebut. Kemudian, kurangi makanan olahan seperti kue, permen, dan makanan ringan yang sering mengandung gula tambahan.

Sebagai mahasiswa, sebaiknya untuk menghemat juga kita dapat mengonsumsi masakan kita sendiri. Mengganti gula dengan alternatif yang lebih sehat, seperti madu, stevia, atau buah-buahan yang dihaluskan. Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas dalam sehari atau setara dengan 230 ml ataupun dengan jumlah total 2L. Usahakan membawa tumbler yang suda diisi dengan air putih di kos atau rumah kita, terlihat lebih hemat dan lebih sehat juga.

Jangan dianggap remeh teman-teman, karena kita sebagai anak kos atau mahasiswa yang merantau, sangat kerepotan jika nanti kita sakit, lantas siapa yang mau mengurusi?

Dengan menerapkan hal-hal di atas, kita dapat terbantu untuk menjauhi risiko terkena penyakit dari gula berlebihan. Sayangi diri kita, stay safe stay healthy dan mulailah dari tindakan sederhana. Kurangi Es Teh sebelum Es Teh menyamar layaknya pedang yang tajam.

Aliffia Hilva Salsabila

Biodata Penulis:

Aliffia Hilva Salsabila lahir pada tanggal 7 Desember 2004 di Subang. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.