Di Balik Senyum Mahasiswa

Kebanyakan mahasiswa yang melakukan masking smile itu karena mereka lebih suka memendam permasalahannya sendiri. Hal itu merupakan hal yang buruk ....

Menurut KBBI, pengertian senyum adalah gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit. Dengan kata lain, senyum diartikan sebagai gerakan bibir yang melambangkan kebahagiaan.

Tapi bagaimana jika senyum digunakan untuk menutupi tangis? Nyatanya, mahasiswa kini sering melakukan masking smile (senyuman sosial) atau senyuman yang dilakukan untuk memanipulasi orang lain, karena senyum adalah aktivitas paling simpel untuk mengatakan “aku baik-baik saja”.

Kebanyakan mahasiswa yang melakukan masking smile itu karena mereka lebih suka memendam permasalahannya sendiri. Hal itu merupakan hal yang buruk jika dilakukan terus-menerus karena dapat mengancam kesehatan mental mahasiswa tersebut.

Kebanyakan mahasiswa berumur 18-21 tahun, umur tersebut adalah fase perpindahan dari remaja ke dewasa. Tentu banyak yang harus mereka pelajari, cermati, dan pahami.

Menjadi mahasiswa bukan hanya tentang apa materi yang diajarkan saja tapi juga tentang apa yang kita dapatkan saat masa perkuliahan, bahkan banyak mahasiswa yang kini dihantui dengan momok “kalau sudah lulus mau jadi apa?” padahal judul skripsi belum tertulis atau bahkan masih semester 1 sudah overthinking.

Menjadi mahasiswa gampang-gampang sulit, sekarang kita lihat dari awal pendaftaran perkuliahan, siswa kelas 12 dituntut belajar mata pelajaran yang tidak diajarkan di sekolah, menyempatkan bimbel setelah sekolah dari pagi sampai sore dan dilanjut mengerjakan tugas saat malam hari. Tapi tak sedikit yang memperoleh hasil tak sesuai ekspektasi. Keinginan hati ingin kata selamat tapi yang didapat kata semangat, ditolak lagi ditolak lagi.

Di Balik Senyum Mahasiswa

Oleh karena itu, banyak calon mahasiswa yang lebih memilih menganti jurusan agar diterima. Dan terdapat survei bahwa rata-rata mahasiswa tersebut banyak yang mengeluh salah jurusan, menyalahkan orang tua karena ini bukan pilihannya, dan tak sedikit yang ingin pindah ke jurusan impiannya.

Mahasiswa agent of change, mahasiswa adalah agen yang diharapkan dapat membawa perubahan di lingkungan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Mahasiswa tentu dituntut berpikir kritis dan tidak apatis, tapi kenyataannya saat mahasiswa bersuara, suaranya secara tegas dibantah atau bahkan dibungkam. Dengan dalih menjaga nama baik universitas. Seperti kasus korupsi di beberapa universitas yang kini beritanya teredam tanpa solusi. Mahasiswa yang bersuara dibungkam dan mahasiswa yang diam disebut apatis.

Mari kita ulas mengenai seorang mahasiswa FMIPA yang menjadi korban penganiayaan pada tanggal 23 Agustus 2023. Mahasiswa tersebut bernama M. Khoirul Umam, 19 tahun.

Khoirul menjadi korban penganiayaan yang dilakukan tenaga kependidikan berinisial Y yang berstatus sebagai sopir. Kejadiaan ini diduga karena Khoirul melaporkan tindak korupsi di UNS, hal itu juga disampaikan koordinator LSM Forum Peduli (FP) UNS, Diah Warih Anjari. FP UNS merupakan lembaga yang turut mengawal pelaporan kasus dugaan korupsi di UNS ke KPK.

Terkait terjadinya aksi kekerasan terhadap mahasiswa, bahkan terjadi di dalam wilayah kampus UNS, Diah berencana melaporkan kejadian tersebut ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

"Berdasarkan investigasi tim kami, perkara itu masih berkaitan dengan dugaan korupsi di Rektorat UNS, kebijakan kampus yang dikritisi mahasiswa, termasuk BEM FMIPA," ujar Diah saat ditemui wartawan di Level One Resto, Solo, Sabtu, 26 Agustus 2023.

Menurut Diah, ada indikasi intervensi dari Rektorat dan Dekanat untuk menghentikan paksa penyampaian aspirasi mahasiswa tersebut.

Diah juga mengaku tim FP UNS ikut menerima tekanan dan ancaman serta intimidasi dari pihak Rektorat UNS. Bentuk ancaman yang diterima berupa ucapan verbal maupun melalui telepon dan pesan singkat.

Pada tanggal 28 Juli 2023, Diah mengaku telah menyerahkan bukti-bukti ke KPK, "Bukti-bukti yang kami serahkan diterima baik oleh staf bagian Pusat Layanan Pengaduan Publik KPK," ungkapnya.

Kini kasus ini sudah ditangani Kejati Jateng dan sudah memanggil 26 saksi dari internal kampus, termasuk Jamal Wiwoho, Rektor UNS. Dari 26 saksi yang sudah diperiksa hasilnya juga digunakan untuk mendalami kasus lain yang dilaporkan MWA UNS ke Kejati di Juli kemarin, yakni dugaan suap dengan modus melebihi kuota seleksi jalur mandiri.

Melalui survei dan penelusuran, MWA UNS mendapati jumlah mahasiswa baru dari jalur mandiri ternyata mencapai 56%, hal itu melebihi ketentuannya yang hanya 50%.

Beberapa pihak kampus diduga mendapatkan keuntungan pribadi dari jumlah lebih mahasiswa jalur mandiri tersebut. Sebab mahasiswa yang diterima dari seleksi ini menanggung biaya lebih tinggi dibanding jalur penerimaan lain, bahkan biaya pendaftaran seleksi mandiri ujian tulis naik dari tahun lalu, 350 ribu menjadi 500 ribu.

Selain itu mahasiswa baru juga wajib membeli almamater seharga 200rb, padahal almamater di universitas lain gratis. Tentu, hal itu memberatkan mahasiswa, apalagi fasilitas yang diberikan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Kini banyak sekali mahasiswa UNS yang mengeluhkan fasilitas yang diberikan. Salah-satunya karena lahan parkir yang terbatas sehingga banyak mahasiswa yang parkir sembarangan. Kejadian ini banyak diabadikan di salah satu akun Instagram @uns.parkir.

Selain itu, mahasiswa juga mengeluh karena jumlah kelas yang kurang sehingga masih ada mahasiswa yang pada matkul tertentu kesulitan mencari kelas dan tak sedikit juga yang akhirnya melakukan pembelajaran secara daring karena tidak kebagian kelas. Keadaan yang seperti itu yang menyebabkan mahasiswa bertanya-tanya kemana larinya uang spi yang mereka bayarkan selama ini.

Selain permasalahan-permasalahan yang sudah kita bahas di atas, tentu saja mahasiswa memiliki masalah pribadi yang cukup menguras energi. Oleh karena itu, mahasiswa wajib menjaga pola makan dan pola tidur agar tidak mudah terserang virus.

Apalagi sekarang sedang musim hujan, mahasiswa juga disarankan teratur olahraga untuk menjaga kesehatan raga dan mentalnya. Dengan berolahraga tubuh dan pikiran menjadi segar sehingga terhindar dari pikiran buruk yang merusak kesehatan mental.

Biodata Penulis:

Salsabila Mutmainah saat ini aktif sebagai mahasiswi, Prodi Pendidikan Matematika, di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.