Benarkah Anak Beban Orang Tua?

Pada dasarnya anak menjadi beban atau bukan adalah bergantung pada perilaku kita sebagai anak terhadap orang tua. Namun sejatinya dari sudut ...

Belakangan ini muncul kasus-kasus mengenai anak yang tega membohongi orang tuanya menjadi mahasiswa gadungan, sampai ada anak menganiaya orang tuanya agar mendapatkan barang yang diinginkan.

Berpikir bahwa selama ini kita sebagai anak adalah beban dari kedua orang tua kita merupakan hal yang wajar. Seiring bertambahnya usia rasanya semakin besar beban yang harus dijalani, begitupun dengan orang tua kita.

Ketika ayah kerja dan mendapatkan snack, kita sebagai anaklah yang dipikirkannya atau makanan yang tinggal satu porsi, Ibu kita yang rela menahan lapar untuk anaknya ini.

Waktu kecil, ketika tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, kita merengek dan menangis nyaring sampai kuping tetangga, hanya untuk minta jajan atau mainan kepada orang tua. Meskipun itu adalah sifat alami yang dimiliki anak, tidak disangka semakin dewasa semakin menyadari bahwa hal tersebut seharusnya tidak perlu dilakukan. Itu pun di usia anak-anak, lalu bagaimana saat berada pada masa remaja dan dewasa yang menguras begitu banyak materi dari orang tua. Benarkah anak menjadi beban dari orang tua dan apa yang dirasakan oleh orang tua kita ?

Pada dasarnya anak menjadi beban atau bukan adalah bergantung pada perilaku kita sebagai anak terhadap orang tua. Namun sejatinya dari sudut pandang orang tua, anak  bukanlah beban, bukti dari itu adalah ketika kita dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua. Membesarkan anak memang memerlukan tanggung jawab yang besar, namun rasa tegang, cemas, dan sakit yang berujung kebahagiaan pasti ada pada setiap orang tua saat kita dilahirkan.

Benarkah Anak Beban Orang Tua

Selain itu, kita sudah dididik perilaku dan dibesarkan sepenuh hati merupakan bukti kasih sayang yang nyata dari orang tua.

Orang tua akan merasakan kebahagiaan dan kebanggaan serta cinta yang mendalam terhadap anaknya. Pepatah jawa yang terkenal "banyak anak banyak rejeki" nyatanya masih dianggap sebagai kebenaran, karena anak menghadirkan perasaan tersendiri bagi orang tua. Kebahagiaan itulah yang diyakini banyak orang tua sebagai rezeki.

Di antara kebahagiaan orang tua pada anaknya adalah:

1. Tanggung Jawab

Dapat memberikan dan memenuhi kebutuhan dari anak, seperti makan, tempat tinggal, pakaian, dan pendidikan merupakan sesuatu hal yang diprioritaskan pada anak. Itu akan menjadi kebahagiaan setelah anak mendapatkan kebahagiaan terlebih dahulu dibanding mereka.

2. Kasih Sayang

Memberikan cinta dan kasih sayang yang dalam pada anak akan menimbulkan perasaan emosional yang kuat antara orang tua dan anak. Perasaan emosi antara anak dan orang tua itulah yang menjadi kekuatan dan membuat orang tua bahagia

3. Prestasi

Melihat anak dapat mencapai prestasi tiap-tiap jenjang pendidikan secara akademik maupun non akademik dapat menjadi kebahagiaan orang tua terlebih lagi bisa jadi kebanggaan orang tua dan diceritakan kepada tetangga.

4. Karakter

Karakter baik yang terbentuk dari anak tidak melanggar norma-norma yang berlaku akan menjadi kebahagiaan bagi orang tua karena keberhasilan orang tua dalam mendidik dan membimbing kita sebagai anak.

5. Pertumbuhan

Pertumbuhan secara sehat tentu akan menjadi kebahagiaan bagi orang tua, dengan pertumbuhan yang baik orang tua merasa bahagia karena dapat memenuhi kebutuhan fisiologis kita sebagai anak dengan baik.

Meskipun orang tua kita sudah merasa bahagia karena kita lahir, tumbuh dan berkembang, jadi anak yang berkarakter baik, dan sebagainya. Itu belum cukup membuktikan bahwa kita sebagai anak adalah tidak menjadi beban.

Daripada bingung mencari tahu status kita sebagai anak adalah beban atau bukan, lebih baik lakukan hal-hal yang membuat orang tua kita bahagia dan tidak mengecewakan mereka.

Biodata Penulis:

Ade Ari Prasetyo saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.