Siapa yang ingin dilahirkan menjadi Anak Perempuan Pertama di keluarganya? Terlahir sebagai wanita adalah anugerah. Terlahir sebagai anak pertama juga anugerah. Konon, anak perempuan dan anak pertama adalah perpaduan yang sangat tidak menyenangkan. Menjadi Anak Perempuan Pertama memanglah bukan kemauan setiap orang.
Ya, itu sebanding dengan kisah saya. Saya terlahir sebagai Anak Perempuan Pertama. Saksi paling lama dari pahit dan manisnya perkawinan orang tua. Saya tidak dituntut untuk menjadi anak yang sempurna oleh keluarga. Tetapi saya dituntut untuk menjadi yang paling sempurna oleh keadaan.
Menjadi Anak Perempuan Pertama bagi saya merupakan sebuah tantangan, walaupun nyatanya tak seindah yang diucapkan. Kadang ada banyak hal yang tanpa diminta tiba-tiba sudah menjadi tanggung jawab saya.
Jadi, Apa Saja Tuntutan Anak Perempuan Pertama?
1. Dituntut untuk Serba Bisa dalam Hal Apapun
Seorang Anak Perempuan Pertama akan merasa tertuntut oleh keadaan untuk serba bisa dalam hal apapun. Fase di mana saya harus keluar dari zona nyaman dan masuk ke zona tantangan.
Serba bisa yang dimaksudkan adalah dapat berkompeten dalam bidang apapun. Misal harus berkompeten dalam pendidikan, pekerjaan rumah, dan harus bisa berganti peran di rumah.
Anak Perempuan Pertama harus bisa menjadi anak yang paling baik untuk dicontoh, harus bisa menggantikan peran ibu untuk adik-adiknya, dan harus bisa menjalankan peran ayah menjadi tulang punggung keluarga.
2. Dituntut untuk Selalu Kuat oleh Keadaan
Anak Perempuan Pertama sering dijuluki badut. Kenapa badut? Karena di balik wajah cerianya, terdapat beban berat yang sedang dipikul. Dituntut untuk tegar, tegas, dan tahan banting.
Ibaratnya saya akan selalu tampil tersenyum di depan orang tua saya. Terbiasa untuk menahan dan mengesampingkan keinginan.
Contoh, ketika saya berkeinginan untuk membeli sesuatu yang penting bagi saya, tetapi saya melihat kedua adik saya yang sedang membutuhkan uang untuk kebutuhan sekolah, mau tidak mau saya harus menunda keinginan saya.
Kuat untuk mengatakan 'saya sedang baik-baik saja' kepada orang tua, walaupun faktanya sedang tidak baik-baik saja.
3. Dituntut menjadi Harapan Orang Tua
Menjadi harapan orang tua adalah amanah dalam bentuk kewajiban. Harapan pertama dari orang tuanya, harus memperlihatkan yang terbaik untuk adik-adiknya.
Di balik sifatnya yang mungkin terlihat keras kepala dan egois, tentu Anak Perempuan Pertama sangat menyayangi adiknya, berharap adiknya hidup lebih layak, lebih baik dan hidup lebih bahagia.
Sebagai Anak Perempuan Pertama tentu memiliki semangat kerja keras walaupun banyak risiko yang harus dilewati.
Anak Perempuan Pertama juga dituntut umur orang tua yang semakin lama semakin tua. Di mana ia harus melanjutkan hidupnya untuk membiayai adik-adiknya.
4. Dituntut untuk Mandiri
Berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain adalah tanggung jawab dan kewajiban Anak Perempuan Pertama. Hidup untuk menghidupi keluarga dari jerih payahnya sendiri tanpa campur tangan dari orang lain.
Dituntut untuk berbeda dengan perempuan pada umumnya yang istilahnya manja, sering menggalau, butuh support system, merasa kurang percaya diri dengan penampilan, terfasilitasi dengan harta orang tuanya dan lainya.
Tentu berbanding terbalik dengan pola pikir Anak Perempuan Pertama, sesulit apapun masalahnya, tentu pada akhirnya akan dijalaninya sendiri, tidak bergantung ke orang lain.
Akibat menjadi Tuntutan Anak Perempuan Pertama
1. Cenderung Lebih Cerdas
Anak Perempuan Pertama cenderung lebih cerdas dari adiknya. Karena pola asuh orang tua yang waktu itu masih terfokus hanya pada satu anak saja. Orang tua akan memberikan kasih sayang yang penuh untuk Anak Perempuan Pertama.
2. Keras Kepala
Pada umunya Anak Perempuan Pertama memiliki watak keras kepala. Di mana saya melakukan hal yang saya inginkan, dan tidak peduli dengan risikonya.
Terkadang banyak orang menasehati untuk tidak melakukan hal yang mungkin berbahaya bagi saya, tetapi isi hati memaksa untuk melakukan hal tersebut, sehingga saya sebagai Anak Perempuan Pertama merasa mengabaikan nasihat orang lain dan tetap melakukan hal yang ingin saya dapatkan.
3. Perfeksionis
Terbiasa dituntut oleh keadaan menyebabkan anak pertama perempuan cenderung sangat perfeksionis. Tak heran jika Anak Perempuan Pertama dianggap sebagai kakak yang galak kepada adik-adiknya, hal ini karena sifat keperfeksionisannya.
4. Berjiwa Keibuan
Walaupun terlihat cuek dan keras kepala, fakta Anak Perempuan Pertama memiliki sifat keibuan. Peka terhadap perasaan orang lain, walaupun mudah tersinggung. Sangat mempedulikan hal dan orang-orang sekitar.
5. Sulit Didekati Laki-Laki
Hal ini sering terjadi di kalangan remaja. Sifat kepemimpinan, keras kepala, egois, kemandiriannya membuat para lelaki tidak kuat untuk menghadapi perempuan dengan jiwa strong women-nya.
Anak Perempuan Pertama cenderung lebih berorientasi memikirkan masa depan dari pada membuang waktunya untuk memikirkan hal yang sudah ditetapkan oleh Sang Penciptanya.
Nah, paparan di atas merupakan contoh sebagian lika-liku menjadi Anak Perempuan Pertama. Berat jika dipikir, namun akan terasa tenang jika diterima dengan lapang.
Menjadi Anak Perempuan Pertama tentu adalah anugerah yang harus selalu saya syukuri. Dengan cara ini Tuhan mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Jadi, tak perlu menyesal menjadi anak pertama perempuan, dengan mental bajanya. Karena Tuhan tahu pundak siapa yang akan mampu menerima amanah yang mulia ini.
Biodata Penulis:
Nurul Safitri lahir pada tanggal 16 November 2004 di Banyumas. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, di Universitas Sebelas Maret.