Semua tentang Kejujuran: Menguak Isu Moral di Tengah Masyarakat Maju

Kejujuran harus dibiasakan sejak kecil. Dari lingkungan keluarga, sekolah, hingga lingkungan masyarakat harus benar-benar memperhatikan dan ...

Kejujuran, sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi, sangat sulit diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Zaman semakin maju tetapi moral bangsa kita malah semakin menurun. Kebohongan ada di mana-mana seakan kejujuran adalah hal yang langka, tidak biasa dan bahkan aneh, sementara kebohongan menjadi hal yang lumrah.

Bahkan muncul slogan "Berani jujur itu hebat". Mengapa? Bukankah manusia pada dasarnya harus jujur, bukankah kejujuran harusnya hal yang biasa, lalu mengapa seolah-olah kejujuran harus diberi pujian, padahal itu seharusnya merupakan hal yang wajar.

Itu semua karena merosotnya moral bangsa kita yang membuat kejujuran menjadi tidak mentradisi lagi di kalangan pemimpin dan rakyatnya. Kebohongan telah merajalela, di kalangan pemerintahan, di dunia kerja bahkan di dunia pendidikan.

Kejujuran

Di pemerintahan misalnya, dalam semester I 2023 saja KPK telah menerima 2.707 laporan dugaan korupsi. Mulai dari kelas kepala desa, bupati, gubernur, bahkan menteri sekalipun tak luput dari jerat kasus korupsi.

Apa penyebabnya? Apakah gaji mereka kecil? Apakah tunjangan mereka kurang? Tidak. Ketamakan, itulah akar utamanya. Kurangnya rasa bersyukur dan selalu merasa kurang.

Lalu bagaimana caranya agar terhindar dari sifat tamak dan membiasakan diri untuk selalu bersyukur? Pendidikan moral sejak usia dini merupakan langkah strategis untuk menciptakan pribadi dengan akhlak yang baik. Dengan akhlak yang baik tentunya akan membuatnya mudah untuk melawan hawa nafsu khususnya sifat tamak.

Pendidikan dapat menjadi alat perubahan, khususnya perubahan pada moral pemimpin di pemerintahan kita. Namun, apa jadinya jika dalam dunia pendidikan juga terjadi degradasi moral?

Isu ketidakjujuran akademik perlu dipahami kita semua, bukan hanya di kalangan dunia pendidikan saja. Mentalitas bangsa akan terganggu jika ketidakjujuran dalam bidang pendidikan kian marak.

Budaya mencontek saat ujian misalnya, sering kali siswa yang mencontek saat ujian mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar sungguh-sungguh dan tidak melakukan kecurangan, hal ini menimbulkan rasa ketidakadilan.

Apalagi jika guru malah membiarkan praktik mencontek tersebut, sikap seperti itu dapat menimbulkan pandangan di kalangan murid bahwa ketidakjujuran akademik sebuah hal lumrah. Hal ini akan berdampak pada perilaku peserta didik di masa yang akan datang, mereka cenderung akan mengulang kebiasaan buruk tersebut hingga ke perguruan tinggi maupun ketika berkarir.

Ketidakjujuran dalam dunia akademik akan merusak moralitas dan keilmuan yang semestinya menjadi bekal kehidupan bangsa ke depan. Mendiamkan ketidakjujuran akademik sama saja menyiapkan liang kubur untuk generasi mendatang.

Langkah pencegahan ketidakjujuran akademik harus terus digalakkan, misalnya dengan mengingatkan dampak ketidakjujuran akademik terhadap generasi mendatang kepada masyarakat luas dengan berbagai pendekatan serta mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mencegah dan memberantas ketidakjujuran akademik.

Pada akhirnya melawan ketidakjujuran akademik adalah tugas seluruh pendidik, orangtua, dan masyarakat.

Mengenai kejujuran kita bisa meneladani para tokoh bangsa kita terdahulu yang sangat menjunjung tinggi kejujuran. Seperti yang pernah diucapkan Bung Hatta “Tidak ada harta pusaka yang sama berharganya dengan kejujuran”. Bung Hatta meletakkan kejujuran di atas segalanya.

Kejujuran merupakan nilai moral tertinggi. Bung Hatta juga pernah berkata “Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki”. Itulah pesan moral yang semestinya dijadikan pedoman bagi seluruh anak bangsa apalagi bagi para pemimpin bangsa ini.

Kejujuran harus dibiasakan sejak kecil. Dari lingkungan keluarga, sekolah, hingga lingkungan masyarakat harus benar-benar memperhatikan dan membina seorang anak agar menjadi pribadi yang jujur.

Keteladanan adalah cara terbaik dalam menanamkan kejujuran kepada anak. Memberikan contoh langsung kepada anak apalagi dalam masa perkembangan akan mudah diserap oleh anak tersebut.

Pendidikan Agama juga penting diberikan kepada anak karena keimanan merupakan pondasi agar dapat menanamkan nilai kejujuran pada jiwa seorang anak. Tanamkan kepada mereka, bahwa dimanapun mereka berada Tuhan selalu mengawasi mereka. Ketika nilai kejujuran sudah tertanam di hati maka anak akan menjadi pribadi yang luhur.

Subkhan Syaroni

Biodata Penulis:

Subkhan Syaroni lahir pada tanggal 20 Desember 2004 dPekalongan. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa program studi Tadris Matematika di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.