Puisi yang Singkat tentang Segala
(I)
danau-danau senyap
kecipak hatimu sunyi
tubuhku kandas dalam diam
(II)
kanal-kanal mengering
wajah-wajah kehabisan air mata
dalam dahaga dunia cuma tertawa
(III)
malam ini bintang pejam
doaku menyusut air mata
hati meneguh diserbu rindu
(IV)
langit menebalkan mendung
kata-katamu menggelegar
mataku menderaikan hujan
(V)
hatiku sebatang kembang api
kau sulut dan terbakar
lalu kau bertepuk tangan
(VI)
badai memecah lautan
nakhoda kehilangan arah
kapalku karam di setengah jalan
(VII)
cinta telah kuhanyutkan
sebagai pesan dalam botol
yang sampai ke tepianmu
(VIII)
senja jatuh di pinggir telaga
daun hatimu gugur
sebelah jiwaku hanyut
(IX)
kursi-kursi berantakan
mereka tak lagi duduk dengan santun
berdiri di atas singgasana cengkeram negeri
(X)
kota tenggelam dalam lumpur
nisan-nisan kehilangan tanda
ziarah terkubur selamanya
22 September 2010
Analisis Puisi:
Puisi "Yang Singkat tentang Segala" karya Susy Ayu membawa pembaca melalui serangkaian gambaran pendek yang menggambarkan perubahan dan kerumitan dalam kehidupan.
(I): Pembukaan puisi menciptakan gambaran danau-danau yang senyap, menggambarkan ketenangan dan kesunyian. "Kecipak hatimu sunyi" menyiratkan perasaan kesepian atau keheningan yang menghantui hati.
(II): Pada bagian ini, kanal-kanal yang mengering menggambarkan kekeringan, baik secara harfiah maupun metaforis. "Wajah-wajah kehabisan air mata" menyoroti kekecewaan dan kelelahan emosional dalam menghadapi dunia yang kejam.
(III): "Malam ini bintang pejam" menciptakan atmosfer malam yang penuh makna. Doa yang menyusut air mata dan hati yang meneguh diserbu rindu menggambarkan proses penyembuhan dan kekuatan spiritual.
(IV): Bagian ini memperlihatkan perubahan cuaca, langit yang menebalkan mendung. Kata-katamu yang menggelegar dan mataku yang menderaikan hujan menunjukkan konflik atau pertentangan dalam hubungan.
(V): Metafora hatiku sebagai sebatang kembang api yang terbakar menyoroti intensitas perasaan dan emosi. Tepuk tangan setelah terbakar mungkin mencerminkan kepuasan atas perubahan atau kejadian yang dramatis.
(VI): Badai yang memecah lautan dan kapal yang karam menciptakan gambaran kehancuran dan kehilangan arah. Metafora ini bisa merujuk pada perasaan kebingungan atau keputusasaan dalam kehidupan.
(VII): Cinta yang telah dihanyutkan sebagai pesan dalam botol menggambarkan rasa cinta yang bertahan meskipun menghadapi tantangan. Pesan yang sampai ke tepian mengandung harapan bahwa cinta bisa dijangkau dan dimengerti.
(VIII): Gambaran senja yang jatuh di pinggir telaga menciptakan suasana dramatis. Daun hatimu yang gugur dan jiwaku yang hanyut menggambarkan kerapuhan dan perasaan kehilangan.
(IX): Bagian ini menyoroti ketidakberesan atau kekacauan dalam lingkungan dan masyarakat. Kursi-kursi berantakan mencerminkan perubahan sosial atau politik yang melibatkan ketidaksetujuan dan konflik.
(X): Kota yang tenggelam dalam lumpur dan nisan-nisan tanpa tanda mengekspresikan kehancuran dan kehilangan identitas. "Ziarah terkubur selamanya" merujuk pada pemusnahan dan kelupakan atas sejarah atau tradisi tertentu.
Puisi "Yang Singkat tentang Segala" memanfaatkan gambaran pendek yang kaya simbolisme untuk menyampaikan perasaan dan pengalaman yang beragam dalam kehidupan. Dengan menggunakan bahasa yang padat, Susy Ayu menciptakan lukisan emosional dan visual yang memberi kesan mendalam pada pembaca.
Karya: Susy Ayu
Biodata Susy Ayu:
- Susy Ayu lahir pada tanggal 14 Juni 1972 di Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia.