Puisi: Untuk Mbok Jum dan Kang Rohim (Karya Susy Ayu)

Puisi "Untuk Mbok Jum dan Kang Rohim" menyentuh sejumlah tema yang melibatkan manusia, bencana, dan kehidupan. Dengan menggunakan bahasa yang penuh ..
Untuk Mbok Jum dan Kang Rohim


Mbok Jum dan Kang Rohim
ketika jiwa-jiwa telah berlumpur
maka hati tak lagi miliki mata
dan nama Tuhan dipertaruhkan
pada jutaan lembar mata uang asing

Mbok Jum dan Kang Rohim
ribuan nama yang mengais
sisa nafas di dalam cengkeraman lumpur
sebagian orang menangis untukmu
sisanya berwisata atasmu
sementara mereka di tempat tertinggi
sibuk melukis tanda pada peta untuk titik-titik berikutnya
sambil terus bersekutu menyalahkan Tuhan

dan alam Mbok Jum dan Kang Rohim
percayalah,
sesungguhnya lumpur melumat segala
tidak pada rumah
tetapi pada jiwa mereka

Agustus, 2010

Sumber: Suara Karya (Oktober, 2010)

Analisis Puisi:
Puisi "Untuk Mbok Jum dan Kang Rohim" karya Susy Ayu menggambarkan tragedi dan penderitaan yang dialami oleh individu-individu di tengah bencana lumpur.

Kehilangan dan Keterpurukan: Jiwa-jiwa yang berlumpur menciptakan gambaran kesedihan dan keputusasaan. Kehilangan yang dialami oleh Mbok Jum dan Kang Rohim tidak hanya fisik, tetapi juga mencapai dimensi spiritual dengan hati yang tidak lagi memiliki mata.

Tantangan Ekonomi dan Perdagangan Manusia: Nama Tuhan dipertaruhkan pada mata uang asing menyoroti tantangan ekonomi yang dihadapi oleh mereka yang terkena dampak bencana. Puisi menunjukkan bagaimana manusia sering kali terjebak dalam lingkaran ekonomi yang memihak pada kepentingan tertentu.

Pertarungan Nama dan Pengakuan: Mengais sisa nafas dan perjuangan seseorang untuk mendapatkan pengakuan, terutama di tengah bencana, menciptakan gambaran tentang keserakahan manusia dan bagaimana ketidaksetaraan dapat berkembang di saat-saat sulit.

Wisata Atas Penderitaan: Puisi menyoroti ironi di mana beberapa orang berduka dan meratapi penderitaan, sementara yang lainnya justru "berwisata" dan mencari keuntungan dari kejadian tersebut. Hal ini mencerminkan realitas bahwa bencana sering kali menjadi objek keuntungan bagi beberapa pihak.

Lumpur sebagai Penghancur Jiwa: Menggambarkan lumpur sebagai pemusnah jiwa memberikan dimensi filosofis pada penderitaan yang dialami. Bukan hanya fisik, tetapi bencana tersebut juga merusak aspek spiritual dan keberadaan manusia.

Puisi "Untuk Mbok Jum dan Kang Rohim" menyentuh sejumlah tema yang melibatkan manusia, bencana, dan kehidupan. Dengan menggunakan bahasa yang penuh empati dan simbolisme, Susy Ayu menciptakan narasi yang membangkitkan kesadaran akan kompleksitas kemanusiaan di tengah-tengah penderitaan.

Susy Ayu
Puisi: Untuk Mbok Jum dan Kang Rohim
Karya: Susy Ayu

Biodata Susy Ayu:
  • Susy Ayu lahir pada tanggal 14 Juni 1972 di Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.