Puisi: Taman Laut (Karya Weni Suryandari)

Puisi "Taman Laut" karya Weni Suryandari menghadirkan gambaran keindahan dan kerumitan dalam hubungan asmara, dengan menggunakan alam bawah laut ...
Taman Laut


Ke taman laut, air duka mengalir
terumbu karang pecah bergulir
Seorang penyelam berenang
membawa jantungku. Aku hilang sinar,
percakapan batin pudar

Basah tubuh basah hati, seperti sakit yang berpilin
Atas nama cemburu, rasa yang hampir kulupa
Perlahan bergantungan di ujung bulu mataku

Gelombang pecah berderaian, darah di nadi berkejaran
Pias wajah panas tatapan saat bulat wajah mawar
melambai padamu. Ombak mendebur-debur, dada berloncatan

"hanya namamu terukir di pasir, usirlah khawatir"

peluk aku sepenuh buih di lautan, kekasih
kita dua jiwa yang enggan lepas,
padam api di mataku, sehelai rambutmu
Jatuh di mimpiku
2014

Sumber: Sisa Cium di Alun-Alun (2016)

Analisis Puisi:
Puisi "Taman Laut" karya Weni Suryandari menghadirkan gambaran keindahan dan kerumitan dalam hubungan asmara, dengan menggunakan alam bawah laut sebagai metafora.

Taman Laut sebagai Metafora: Puisi dibuka dengan gambaran taman laut, yang menjadi metafora dari kompleksitas hubungan asmara. Air duka yang mengalir dan terumbu karang yang pecah bergulir menciptakan gambaran emosional yang mendalam.

Penyelam dan Jantung yang Dibawa: Penyelam yang berenang dan membawa jantung menciptakan citra puitis tentang seorang kekasih yang berusaha menyelam ke dalam kedalaman perasaan hati. Jantung yang dibawa mungkin melambangkan cinta yang menjadi titik fokus dan kendali.

Rasa Sakit dan Cemburu: Puisi mengeksplorasi rasa sakit dan cemburu dalam hubungan. Perbandingan antara basahnya tubuh dan basahnya hati menggambarkan betapa merasanya hati yang penuh cemburu. Rasa sakit yang berpilin menunjukkan kerumitan dan kebingungan dalam meresapi perasaan tersebut.

Sinestesia dan Imaji: Penggunaan sinestesia (perpaduan sensasi berbeda) dalam menggambarkan gelombang pecah, darah di nadi, dan wajah yang panas memperkaya pengalaman pembaca. Imaji puisi ini menarik pembaca untuk meresapi setiap nuansa emosional.

Bunga Mawar dan Ombak Mendebur: Bunga mawar yang melambai dan ombak yang mendebur menciptakan gambaran keindahan dan vitalitas dalam hubungan. Puisi ini memanfaatkan elemen alam untuk melukiskan kekuatan dan perasaan asmara yang berkobar.

Pesan: "Peluk aku sepenuh buih di lautan" adalah seruan untuk memeluk dengan sepenuh hati, tanpa batasan dan keraguan. Pesan ini mengekspresikan keinginan untuk bersatu sepenuhnya dalam hubungan, sejauh yang diizinkan oleh laut cinta.

Puisi "Taman Laut" bukan hanya sekadar lukisan indah tentang alam bawah laut, melainkan juga perwakilan dari dinamika kompleks dalam hubungan manusia. Dengan memanfaatkan imajeri alam dan perasaan yang dalam, puisi ini berhasil menggambarkan kerumitan dan keindahan dalam cinta dengan cara yang puitis dan meresahkan.

Weni Suryandari
Puisi: Taman Laut
Karya: Weni Suryandari

Biodata Weni Suryandari:
  • Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Lelaki BulanDi tepi fajar engkau terpaku, tatapujung-ujung rambutku, basah serupasetangkup hujan yang tergenggamdi tangan birahi tak bertuanRanting-ranting tua berderak pelan,mengu…
  • Atas Nama KebenaranKita tak pernah bisa menang atas kemarahan padamereka yang menutup pintu kejujuranorang-orang tertindas di bawah kaki tiraniTerpinggirkan.Kau tahu dengan apa ora…
  • IlusiAku mendekap jalanan malam, membunuh anganMenerjang lampu lampu asing, keriangan palsu di sudut ruangSedang kesunyian tekun mengiringi langkahkuSeperti tahun tahun silam penan…
  • PenantianSeorang perempuan berdiri di ujung jalan,menanti matahari meneteskan peluhAngin bersiut, membawa kabar dari Timurdan bisik sunyi mengeja detak umurKekasihnya akan tiba seb…
  • Demi WaktuSeperti cermin;Padamu kulihat diriku  sama berteriak piluPada lilin menyala juga pada hasrat di kepalaSaling memuja saling menjagaSiang kepada malam, bulan kepada ke…
  • Hujan AgungBulan melengkung, angin berkibas basahlampu lampu terangi jalan berwajahsungai, hingga tiba Shubuh sunyisedang ciumku tak sampai-sampaidi kotamu      &nbs…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.