Puisi: Suatu Hari di Sudut Kota (Karya Lalik Kongkar)

Puisi "Suatu Hari di Sudut Kota" menyoroti kekuatan dan kesan mendalam dari senyuman sosok yang dirindukan. Senyumnya menjadi titik fokus dan ...

Suatu Hari di Sudut Kota



Di senja yang masih terik itu ketika angin kering berhembus mengiringi langkahku
Dengan samar yang nampak dari jauh mataku tertuju pada sosokmu
Kamu yang kerap kucoba hilangkan dari semesta pikiran
Namun tak terlelahkan betapa manis senyuman yang sengaja kamu suguhkan

Salah satu hal yang selalu berhasil membuatku menjatuhkan hati tanpa banyak alasan
Bibir pun terkunci mendecak takjub dalam bibir hati pada mahluk ciptaan Tuhan
Aku tak bisa membohongi diriku sendiri bahwa kamulah yang selalu kurindui
Meski kucoba membunuh bayangmu yang kerap datang dan selalu mengusik sanubari

Aku tak bisa bila tak merindukanmu 
Aku pun tak bisa bila tak mensyukuri senyummu di hari itu
Aku sama sekali tak bisa berpura-pura kau bukan apa-apa lagi bagi hatiku
Dan selalu saja seperti itu

Meskipun begitu banyak teriakan dipikiran yang ingin kuutarakan
Berjuta kata tersimpan terpendam dan ingin kusampaikan
Namun nyatanya aku hanya membisu
Hanya terdiam memandangmu hingga punggungmu pun pergi menjauh
Menyisakan deretan rindu yang tertimbun dari waktu ke waktu

2023

Analisis Puisi:
Puisi "Suatu Hari di Sudut Kota" karya Lalik Kongkar menghadirkan gambaran emosional dan kerinduan seseorang terhadap sosok yang muncul di sudut kota.

Rindu dan Keinginan Terpendam: Puisi ini menceritakan perasaan kerinduan yang mendalam terhadap sosok yang muncul di sudut kota. Meskipun ada keinginan besar untuk menyampaikan berbagai pikiran dan perasaan, sang penyair terdiam, tidak mampu mengungkapkan sepenuhnya tentang apa yang dirasakannya. Hal ini menunjukkan adanya perasaan yang terpendam dan tidak terungkap.

Kemegahan Senyuman: Puisi ini menyoroti kekuatan dan kesan mendalam dari senyuman sosok yang dirindukan. Senyumnya menjadi titik fokus dan penarik bagi sang penyair, bahkan ketika dia mencoba melupakan sosok tersebut. Senyuman tersebut dianggap indah dan manis, bahkan dalam ketidakhadirannya.

Ketidaksanggupan untuk Melupakan: Meskipun sang penyair mencoba mengubur bayangan sosok tersebut, rasa kerinduan tetap kuat. Bahkan di hadapan teriakan dan kata-kata yang ingin diutarakan, sang penyair tidak mampu mengungkapkannya. Hal ini mengekspresikan ketidakmampuan untuk melupakan, menutupi, atau menghilangkan kerinduan yang mendalam.

Ketidakmampuan Berbicara: Terdapat ketidakmampuan sang penyair untuk mengungkapkan perasaannya secara verbal. Meskipun terdapat begitu banyak yang ingin diungkapkan, sang penyair tetap terdiam dan tidak mampu menyampaikan apa yang dirasakannya kepada sosok yang dirindukan.

Puisi "Suatu Hari di Sudut Kota" adalah ungkapan rasa kerinduan yang mendalam terhadap sosok yang dihadapi dalam sebuah situasi kota. Meskipun banyak kata-kata dan teriakan yang ingin diungkapkan, sang penyair tetap terdiam, membiarkan rasa kerinduannya tertimbun dan tidak terungkap. Puisi ini menghadirkan nuansa kesedihan, kehilangan, dan ketidakmampuan untuk melupakan, mengungkapkan, atau meluapkan perasaan kepada sosok yang dirindukan.

Lalik Kongkar
Puisi: Suatu Hari di Sudut Kota
Karya: Lalik Kongkar

Biodata Lalik Kongkar:
  • Lalik Kongkar. Pemerhati Pembangunan Desa, Minat Kajian Politik, Filsafat dan Sastra.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.