Siapakah yang Menjemput Matahari
mengenang MB
Siapakah yang menjemput matahari
hingga bulan sampai di sini
sekelompok undan terbang ke langit
mengaduk mega jadi hitam
menanam badai dalam gerimis
Siapakah yang menjemput matahari
hingga angin jadi resah
cakrawala mengubah nama
biru laut melepaskan warna
padanya duka tak terkata
Sekelompok undan terbang ke langit
mengabari awan membawa wangi kamboja
bias mimpi tak bermana tepi
siapakah yang pergi
dukanya tetap di sini
Jakarta, 1999
Sumber: Papyrus (2002)
Analisis Puisi:
Puisi memiliki kemampuan untuk menggambarkan keindahan dan kekuatan alam sambil menyelipkan pertanyaan filosofis yang mendalam. Dalam puisi "Siapakah yang Menjemput Matahari" karya Fatin Hamama, penyair menciptakan gambaran alam yang memukau sambil merenungkan misteri di balik kejadian tersebut.
Pertanyaan Filosofis: Penyair membuka puisi dengan pertanyaan yang menggugah pemikiran: "Siapakah yang menjemput matahari?" Pertanyaan ini menciptakan kesan tanda tanya yang memimpin pembaca untuk merenung tentang kekuatan atau entitas yang mengatur alam semesta. Pertanyaan ini membuka lebar pintu pemikiran tentang peran dan kebijaksanaan di balik perjalanan matahari dan bulan.
Gambaran Alam yang Kuat: Puisi ini dipenuhi dengan gambaran alam yang kuat, seperti undan terbang, langit yang berubah, badai, gerimis, dan aroma kamboja. Gambaran ini memberikan nuansa kealamian yang memikat dan menciptakan citra yang hidup dalam pikiran pembaca. Pilihan kata-kata yang cermat dan deskripsi yang indah menciptakan atmosfer yang kaya akan warna dan emosi.
Transformasi Alam dan Dukanya: Penyair merinci dampak menjemput matahari dengan menyebutkan perubahan di langit dan laut. "Angin jadi resah, cakrawala mengubah nama, biru laut melepaskan warna" menciptakan gambaran tentang transformasi dan perubahan yang signifikan. Lebih dari sekadar deskripsi alam, ini juga mencerminkan perasaan kehilangan dan dukanya.
Undan sebagai Pembawa Pesan: Kehadiran undan dalam puisi ini memberikan dimensi tambahan. Undan yang terbang ke langit mengabarkan aroma kamboja kepada awan. Ini bisa diartikan sebagai pembawa pesan atau utusan yang menyampaikan sesuatu kepada alam. Mungkin ada makna lebih dalam tentang perjalanan dan hubungan antara alam dan kehidupan.
Pemisahan dan Duka yang Menyisakan Jejak: Puisi ini menyentuh tema pemisahan dan duka. "Siapakah yang pergi, dukanya tetap di sini" menciptakan gambaran tentang perpisahan yang meninggalkan jejak kesedihan. Pertanyaan ini mungkin merujuk pada perjalanan atau transformasi yang meninggalkan bekas di hati dan alam.
Puisi "Siapakah yang Menjemput Matahari" karya Fatin Hamama adalah sebuah karya yang menggugah pikiran dan merangkai gambaran alam dengan indah. Dengan pertanyaan filosofis, gambaran alam yang kaya, dan tema pemisahan, penyair berhasil menciptakan puisi yang menyentuh hati pembaca. Puisi ini bukan hanya tentang alam semesta, tetapi juga tentang pertanyaan eksistensial dan perasaan manusia yang mendalam.
Karya: Fatin Hamama
Biodata Fatin Hamama:
- Fatin Hamama lahir pada tanggal 15 November 1967 di Padang Panjang.