Puisi: Sepucuk Surat yang Kukirim Kepada Tuhan (Karya Rahmatiah)

Puisi "Sepucuk Surat yang Kukirim Kepada Tuhan" mengeksplorasi dimensi spiritual dan emosional hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa.
Sepucuk Surat yang Kukirim Kepada Tuhan


Dua tahun
sejak kau kirimkan rindu

Menjadi kunang-kunang yang berpijar
            menghuni pohon-pohon di kebun sunyiku

lalu aku mulai terbiasa bercakap-cakap dengan kegelisahan
memanjat jauh dinding malam
memetik rintik hujan
untuk menemaniku menulis sepucuk surat kepada Tuhan

adakah balasannya kini tengah menunggu
            untuk dikirimkan ke alamatku?
ataukah Engkau ingin menjawabnya
dengan cara yang lebih sederhana?

kesunyian itu kini telah berganti nama
berna...


Banten, Januari 2010

Sumber: Menyampir Bumi Leluhur (2010)

Analisis Puisi:
Puisi "Sepucuk Surat yang Kukirim Kepada Tuhan" karya Rahmatiah adalah ungkapan rindu, kegelisahan, dan pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan dengan Tuhan.

Waktu dan Rindu: Dengan menyebutkan dua tahun, puisi ini menunjukkan perjalanan waktu yang telah berlalu sejak rindu dikirimkan. Waktu yang disebutkan menciptakan rasa penantian dan keinginan untuk mendapatkan jawaban.

Imaji Kunang-Kunang dan Kebun Sunyi: Metafora kunang-kunang yang berpijar menghuni kebun sunyi menciptakan gambaran indah tentang kegelapan yang dihiasi oleh kehadiran kecil yang bersinar. Ini bisa diartikan sebagai harapan atau kepercayaan bahwa di tengah kesunyian, masih ada cahaya kecil yang dapat membawa keindahan.

Percakapan dengan Kegelisahan: Gaya bahasa yang menggambarkan pembicaraan dengan kegelisahan menciptakan nuansa dialog internal yang intens. Hal ini mungkin mencerminkan bentuk doa atau curhatan yang dialamatkan kepada Tuhan. Kebiasaan memanjat dinding malam dan memetik rintik hujan memberikan kesan keseharian yang dijadikan ritual untuk mengungkapkan perasaan.

Pertanyaan dan Tanda: Puisi ini diakhiri dengan pertanyaan dan permohonan akan tanda dari Tuhan. Rasa penasaran dan keinginan untuk mendapatkan jawaban atau petunjuk dari Tuhan terasa kuat. "Beri aku tanda!" menciptakan kesan urgensi dan kerinduan akan kehadiran Tuhan.

Transformasi Kesunyian: Kesunyian yang awalnya disebutkan berubah menjadi "berna..." dengan titik elipsis yang memberi kesan kesunyian yang bertransformasi. Ini dapat diartikan sebagai suatu bentuk kehadiran atau jawaban dari Tuhan yang datang dalam bentuk yang tidak terduga.

Puisi "Sepucuk Surat yang Kukirim Kepada Tuhan" adalah puisi yang menciptakan gambaran perasaan penantian, rindu, dan keinginan untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan gambaran-gambaran yang kreatif, puisi ini mengeksplorasi dimensi spiritual dan emosional hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa.

Puisi
Puisi: Sepucuk Surat yang Kukirim Kepada Tuhan
Karya: Rahmatiah

Biodata Rahmatiah:
  • Rahmatiah lahir pada tanggal 3 Juli 1979 di Nusa Tenggara Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.