Seperti Makassar,
Kini Kuterenggut oleh Bisumu
di muara Jeneberang ku menunggu
sebelum kangen mengutukku
menjadi batu-batu Sombaopu yang kau susun
untuk tak bercakap denganku apa yang kau saksikan, kekasih?
ketika tak lagi kau tiupkan angin yang menghangat
selain bandar-bandar karam dan legenda kakek moyangku
yang dicuri para pengembara: cinta-cinta yang kelu
surat-surat Galileo kepada Karaeng Pattingalloang
yang entah sampai ke tangan siapa
27 Juni 2010
Sumber: Suara Karya (Oktober, 2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Seperti Makassar, Kini Kuterenggut oleh Bisumu" karya Susy Ayu merangkai kata-kata untuk meresapi kisah-kisah tentang kehilangan dan keberlanjutan budaya.
Lokasi dan Muara Jeneberang: Lokasi yang dijelaskan di muara Jeneberang, kemungkinan besar merujuk pada Makassar, sebuah kota bersejarah di Indonesia. Pilihan lokasi ini memperkaya puisi dengan unsur sejarah dan budaya.
Kehilangan dan Kutukan: Penyair menyebutkan bahwa "kangen mengutukku," menunjukkan adanya rasa kehilangan dan kerinduan yang mendalam. Kutukan ini meresap dalam kesunyian batu-batu Sombaopu, yang mungkin melambangkan keheningan atau hilangnya komunikasi.
Bandar Karam dan Legenda Kakek Moyang: Merujuk pada bandar-bandar karam dan legenda kakek moyang menghadirkan citra sejarah dan mitologi. Ini bisa merujuk pada kisah-kisah masa lalu yang tenggelam atau hilang, menyisakan kenangan yang melibatkan cinta dan kepergian.
Surat-Surat Galileo dan Karaeng Pattingalloang: Penggunaan surat-surat Galileo menunjukkan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan dan pemikiran, mungkin sebagai simbol pengetahuan yang hilang. Nama Karaeng Pattingalloang mungkin merujuk pada tokoh sejarah lokal, menambahkan dimensi budaya dan historis.
Pengembara dan Keterenggutan: Pengembara yang mencuri cinta-cinta yang kelu dapat mencerminkan perubahan zaman, dan keterenggutan dari tradisi atau nilai-nilai yang mungkin hilang atau terlupakan.
Puisi "Seperti Makassar, Kini Kuterenggut oleh Bisumu" menggambarkan sebuah tempat dengan memanfaatkan simbol-simbol sejarah dan budaya. Susy Ayu secara terampil menyusun kata-kata untuk merentangkan emosi kehilangan dan keterenggutan. Puisi ini memberikan nuansa kerinduan terhadap masa lalu, sekaligus mengeksplorasi perasaan kehilangan identitas dan nilai-nilai budaya yang terkikis oleh waktu. Keseluruhan, "Seperti Makassar, Kini Kuterenggut oleh Bisumu" mengundang pembaca untuk merenung tentang hubungan antara masa lalu, kini, dan masa depan suatu tempat dan budaya.
Karya: Susy Ayu
Biodata Susy Ayu:
- Susy Ayu lahir pada tanggal 14 Juni 1972 di Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia.