Puisi: Saronen (Karya Weni Suryandari)

Puisi "Saronen" karya Weni Suryandari menggambarkan keindahan tradisi, kerinduan, dan keterasingan dengan cara yang unik dan indah.
Saronen


Serupa mata kanak-kanak, dalam bayang-bayang
Tontonan gong tetabuhan dari pinggir pematang.
Angin menderu dihantui kecemasan tak berbilang
        : siapa yang tak ingin pulang?

Tiba-tiba saja senja beranjak buram
Mata-mata meneteskan cerita purba
Tentang barisan penari dan lengking saronen
Sapi sonok berlaga, orang-orang gembira

dalam keterasingan aku berlumut rindu
di selat Madura, di atas beton Suramadu
kapal-kapal mulai bertambat, suara pelabuhan
tinggal lamat-lamat, melayari sepi yang karam
meski lengking saronen menusuk batas muasalku

Jati Asih, 2015

Sumber: Sisa Cium di Alun-Alun (2016)

Analisis Puisi:
Puisi memiliki kemampuan untuk membangkitkan perasaan dan membawa pembaca ke dalam dunia yang berbeda. Dalam puisi "Saronen" karya Weni Suryandari, penyair ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keceriaan, kecemasan, dan kerinduan melalui gambaran yang indah dan penuh makna.

Tradisi dan Keindahan Alam: Penyair membuka puisi dengan gambaran "Serupa mata kanak-kanak, dalam bayang-bayang," yang membawa pembaca ke dalam suasana yang lembut dan penuh kepolosan. "Tontonan gong tetabuhan dari pinggir pematang" menggambarkan keindahan tradisional, mengundang pembaca untuk menyaksikan pertunjukan yang penuh warna dari tepi pematang. Alam diwakili oleh angin yang menderu, menciptakan suasana hening dan kecemasan yang tak terhitung.

Kerinduan dan Nostalgia: Penyair memperkenalkan sentuhan kerinduan dan nostalgia melalui pergeseran suasana saat senja beranjak buram. "Mata-mata meneteskan cerita purba" menciptakan gambaran tentang kenangan masa lalu yang turut membangun suasana tradisional. Barisan penari dan lengking saronen menjadi puncak keceriaan, dengan sapi sonok berlaga dan orang-orang merayakan kegembiraan.

Keterasingan dan Kerinduan di Selat Madura: Penyair mengeksplorasi tema keterasingan dan kerinduan dalam suasana yang berbeda. "Dalam keterasingan aku berlumut rindu" menggambarkan kesepian dan kerinduan yang merajai hati penyair. Lokasi yang disebutkan, Selat Madura dan beton Suramadu, memberikan elemen geografis yang kaya makna. Suara pelabuhan dan kapal-kapal bertambat menimbulkan citra kehidupan yang damai namun sepi.

Lengking Saronen dan Batas Muasal: Pada bait terakhir, penyair menghadirkan lengking saronen sebagai simbol pemotongan batas muasal. Meskipun kehidupan penyair terpisah oleh jarak dan waktu, lengking saronen menusuk batas muasalnya, menciptakan pengalaman yang menembus batas-batas geografis dan emosional.

Puisi "Saronen" karya Weni Suryandari menggambarkan keindahan tradisi, kerinduan, dan keterasingan dengan cara yang unik dan indah. Melalui penggunaan gambaran alam, tradisi, dan pengalaman pribadi, penyair berhasil merangkai kata-kata menjadi karya yang menggugah perasaan dan pemikiran pembaca. Puisi ini menawarkan refleksi mendalam tentang hubungan antara masa lalu dan kini, serta kekuatan kesenangan dan kerinduan yang melekat pada tradisi dan kenangan.

Weni Suryandari
Puisi: Saronen
Karya: Weni Suryandari

Biodata Weni Suryandari:
  • Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.