Sajak Pelaut
Kurengkuh kau ke dada
setelah melaut dalam dahaga
gerimis di keningmu dan angin yang berhenti
menyisakan ombak menderu
ribuan daun gugur
dan langit yang tinggi berwarna merah menyala
di pucuk pucuk awan
duka menetes
pelan
bayang-bayang hitam dalam sinar petang
meluruhkan sajak dalam sunyi yang perih
sehelai sayap tersingkap
patah di tiang waktu
merayap
perahu pulang pada tanah bertuan
kandas berlabuh di tepian keruh
dan badai menyisakan topan
kau kembali dalam masa tak dinanti
di tiang gantungan kau patriot
yang menerima cinta sebagai hukuman
Cairo, 2002
Sumber: Papyrus (2002)
Analisis Puisi:
Puisi memiliki keajaiban untuk merangkai kata-kata menjadi karya seni yang menggugah perasaan dan pemikiran pembacanya. Dalam "Sajak Pelaut" karya Fatin Hamama, penyair ini berhasil menciptakan atmosfer laut yang menggoda imajinasi dan meresapi setiap kata-kata dengan makna mendalam. Puisi ini memotret perjalanan emosi dan kehidupan lautan yang sarat dengan simbol dan metafora.
Laut sebagai Metafora Emosi: Penyair menggambarkan adegan perjumpaan setelah melalui perjalanan yang panjang. "Kurengkuh kau ke dada" menciptakan gambaran eratnya hubungan, seolah laut dan kehidupan telah membawa mereka bersama. "Melaut dalam dahaga" menyiratkan perjuangan dan kesulitan yang dialami, seakan-akan kehidupan adalah lautan yang memerlukan ketahanan dan tekad.
Gambaran Alam dan Perubahan: Deskripsi alam seperti "gerimis di keningmu" dan "angin yang berhenti" menciptakan suasana yang meresap. Ombak yang menderu memberikan gambaran tentang perubahan, ketidakpastian, dan kekuatan yang melekat pada kehidupan. "Ribuan daun gugur" dan "langit berwarna merah menyala" menunjukkan perubahan musim dan kehidupan yang terus berputar.
Kepergian dan Kepulangan: Penyair menggambarkan proses kepergian dan kepulangan dengan penuh metafora. "Perahu pulang pada tanah bertuan" menciptakan gambaran tentang akhir perjalanan, tetapi "kandas berlabuh di tepian keruh" menunjukkan bahwa kehidupan tidak selalu memberikan pendaratan yang mudah. "Badai menyisakan topan" menggambarkan ketidakpastian dan tantangan yang harus dihadapi setelah setiap perjalanan.
Patriotisme dan Hukuman Cinta: Penyair mengeksplorasi tema patriotisme dan cinta sebagai hukuman. "Di tiang gantungan kau patriot" menciptakan gambaran penuh martabat tentang kesetiaan pada nilai dan tanah air. Namun, "menerima cinta sebagai hukuman" mengisyaratkan bahwa cinta itu sendiri bisa menjadi beban yang berat, terutama ketika pilihan dan keputusan sulit harus diambil.
Puisi "Sajak Pelaut" karya Fatin Hamama berhasil menciptakan pemandangan lautan emosi yang penuh warna. Dengan menggunakan bahasa yang kaya akan simbol dan metafora, penyair mampu menyampaikan pesan-pesan mendalam tentang perjalanan kehidupan, kepergian, kepulangan, patriotisme, dan kompleksitas cinta. Puisi ini tidak hanya sekadar kumpulan kata-kata, tetapi sebuah lukisan kata-kata yang mengundang pembaca untuk merenung dan menggali makna di balik setiap barisnya.
Karya: Fatin Hamama
Biodata Fatin Hamama:
- Fatin Hamama lahir pada tanggal 15 November 1967 di Padang Panjang.