Saidah
Saidah, kaukah itu
mengepul seperti asap
hilang ditelan angin
Kau menangis
air matamu mengalir diserap tanah
kau bernyanyi
suaramu sesak di rimbun semak
Siapa kau, Saidah
doamu tumpah di tepi sajadah
kau bungkus duka dalam palunan jubah
mengapa kau diam termenung di jendela
risaukah karena berpisah
Saidah
kau gamang
karena hidup
tak pernah ramah
Cairo, 1990
Sumber: Papyrus (2002)
Analisis Puisi:
Puisi memiliki kemampuan untuk merangkai kata-kata menjadi lukisan perasaan dan pemikiran yang mendalam. Puisi "Saidah" karya Fatin Hamama adalah karya yang menciptakan gambaran kehidupan dan pertanyaan yang menggelora dalam hati.
Gambaran Kehidupan yang Hilang: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang seseorang yang disebut Saidah, yang "mengepul seperti asap" dan hilang ditelan angin. Ini menciptakan citra kehampaan dan ketidakpastian dalam kehidupan Saidah. Asap yang menggelembung dan kemudian hilang menciptakan nuansa sesaat dan fana, mirip dengan kehidupan yang kadang-kadang cepat berubah dan sulit dipahami.
Dualitas Emosi: Penyair menggambarkan Saidah sebagai seseorang yang memiliki dualitas emosi. "Kau menangis, air matamu mengalir diserap tanah" menyiratkan kesedihan dan kehilangan, sementara "kau bernyanyi, suaramu sesak di rimbun semak" menciptakan gambaran kesulitan untuk bersuara dengan bebas. Ini menggambarkan konflik dan perlawanan emosi yang dialami oleh Saidah.
Identitas dan Pencarian Makna: Penyair menyampaikan ketidakpastian terhadap identitas Saidah dengan bertanya, "Siapa kau, Saidah?" Pertanyaan ini mencerminkan pencarian makna hidup dan eksistensi. Doa-doa yang tumpah di tepi sajadah dan duka yang dibungkus dalam jubah menciptakan gambaran keagamaan dan kehidupan spiritual yang mendalam.
Rasa Risau dan Berpisah: Berikutnya penyair menyoroti perasaan risau dan kemungkinan berpisah. Saidah terlihat termenung di jendela, dan penyair bertanya, "Mengapa kau diam termenung di jendela, risaukah karena berpisah?" Ini menciptakan suasana kekhawatiran dan ketidakpastian terhadap masa depan, seolah-olah Saidah sedang menghadapi tantangan atau perpisahan yang sulit.
Kehidupan yang Tak Pernah Ramah: Bait terakhir menciptakan kesan kehidupan yang keras dan tidak ramah. "Saidah kau gamang karena hidup tak pernah ramah" menciptakan kesan tentang kerasnya perjalanan hidup yang dihadapi Saidah. Ini mungkin mencerminkan pengalaman-pengalaman sulit atau kehidupan yang tidak selalu memberikan kebaikan.
Puisi "Saidah" karya Fatin Hamama menciptakan gambaran kehidupan yang penuh tanda tanya dan emosi yang rumit. Dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan gambaran-gambaran yang kuat, penyair berhasil menghadirkan karakter Saidah sebagai tokoh yang memikat dan misterius. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan, eksistensi, dan perjuangan melalui kata-kata yang indah dan bermakna.
Karya: Fatin Hamama
Biodata Fatin Hamama:
- Fatin Hamama lahir pada tanggal 15 November 1967 di Padang Panjang.