Puisi: Petaruh Ibu (Karya Sariamin Ismail)

Puisi "Petaruh Ibu" karya Sariamin Ismail membawa pembaca ke dalam suasana nasihat seorang ibu kepada anaknya yang akan memasuki dunia.
Petaruh Ibu

Anakku sayang Lela Asmara
        Besarlah sudah Siti Kemala
Patut memasuki segara dunia.

Berdiri nak kandung di simpang jalan
        Lepaskan pandang kiri dan kanan,
    Tilik dunia timur selatan
        Jangan tenggelam atas daratan.

Dengarkan sayang petaruh itu.
        Dunia penuh dengan pengaruh
        Jangan kau sangka lautan madu.

Ko' tampak taman indah berseri,
        Tempat kupu bercengkrama
    Jangan 'nak taman tuan hampiri
        Usah anakku masuk ke dalam

Ko' sampai sayang di tepi kolam,
    Airnya jernih ikannya jinak
        Lihat nak kandung dasar di dalam
        Air yang tenang bahayanya banyak.

Ko' tampak asyik indah cemerlang
        Pantai berkilat sebagai cermin
    Kilau-kilauan ditimpa cahaya,
        Janganlah ke sana lepaskan pandang
    Kilat itu boleh merusakkan batin
        Kilau itu dapat menyilaukan mata.

Ko' duduk Siti di bawah kayu
        Terdengar burung berbunyi merdu
    Menekur nak sayang tundukkan kepala
        Jangan tengadah burung udara.

Ko' turun dewa nak dari kayangan.
        Manis mulut, lemah suara
    Tegur sapanya jangan hiraukan.
        Terkadang Syetan berupa dewa.

Ingat tilikan pergunakan mata
        Bedakan syare'at dengan hakekat
    Intan dan baca sama berkilat.
        Usah samakan emas tembaga.


Sumber: Biografi Selasih dan Karyanya (1995)
Analisis Puisi:
Puisi "Petaruh Ibu" karya Sariamin Ismail membawa pembaca ke dalam suasana nasihat seorang ibu kepada anaknya yang akan memasuki dunia. Dengan pesan-pesan bijak, puisi ini mengajarkan tentang bijaksana dalam menghadapi kehidupan dan menavigasi dunia yang penuh dengan godaan.

Simbolisme Anak yang Akan Memasuki Dunia: Puisi membuka dengan pernyataan tentang anak yang akan memasuki dunia. Simbol anak yang besar, dalam hal ini Lela Asmara dan Siti Kemala, menciptakan gambaran tentang seseorang yang memulai perjalanan hidupnya dengan segala tantangan dan keberanian.

Panduan dan Nasihat Ibu: Ibu memberikan panduan dan nasihat kepada anaknya, seperti lepas pandang kiri dan kanan saat berada di simpang jalan. Ini menciptakan gambaran tentang pentingnya berhati-hati dan mempertimbangkan setiap langkah yang diambil dalam menjalani kehidupan.

Peringatan terhadap Godaan Dunia: Ibu memberikan peringatan terhadap godaan dunia dengan analogi taman indah, kolam, dan pantai yang menarik. Pesan ini mengajarkan anak untuk berhati-hati terhadap godaan yang seolah-olah indah tetapi dapat menyembunyikan bahaya.

Kilauan yang Menyesatkan: Puisi menciptakan gambaran kilauan di taman, pantai, dan air yang terkesan indah tetapi dapat merusak batin. Kilauan disini bisa diartikan sebagai keindahan palsu atau godaan yang menggoda namun sebenarnya berbahaya.

Peringatan terhadap Keindahan yang Menyilaukan: Ibu memberikan peringatan tentang kilauan yang dapat menyilaukan dan merusak mata serta batin. Analogi ini menggambarkan kebijaksanaan untuk tidak terpedaya oleh penampilan luar semata, tetapi untuk memahami hakikat suatu hal.

Pentingnya Memahami Hakekat dan Syare'at: Puisi menggarisbawahi pentingnya memahami hakekat dan syare'at. Anak diajak untuk membedakan antara penampilan dan hakikat, serta antara emas dan tembaga. Ini menciptakan pemahaman bahwa kebenaran sejati dapat tersembunyi di balik penampilan yang bersinar.

Puisi "Peminta-minta" karya Sariamin Ismail adalah puisi yang sarat dengan nasihat dan peringatan dari seorang ibu kepada anaknya yang akan memasuki dunia. Dengan menggunakan simbolisme dan analogi, puisi ini mengajarkan nilai-nilai bijak dan kebijaksanaan dalam menghadapi godaan dunia. Puisi ini menciptakan gambaran tentang peran penting orang tua dalam memberikan panduan moral kepada anak-anak mereka dalam mengarungi kehidupan.

Puisi
Puisi: Petaruh Ibu
Karya: Sariamin Ismail (Selasih)

Biodata Sariamin Ismail:
  • Sariamin Ismail lahir pada bulan Juli 1909 di Talu, Pasaman, Sumatra Barat. Ia sering memakai nama samaran Selasih dan Seleguri. Nama samarannya yang lain adalah Dahlia, Seri Tanjung, Seri Gunung, Seri Gunting, Ibu Sejati, Bunda Kandung, Kak Sarinah, dan Mande Rubiah.
  • Sariamin adalah penulis yang tercatat sebagai novelis perempuan pertama di Indonesia. Ia meninggal dunia pada tanggal 15 Desember 1995 di Pekanbaru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.