Perempuan yang Kau Sebut Sebagai Istri
Berkali-kali ia membuka pintu
Namun berkali-kali pula ia matikan lampu.
Teringat segelas susu
dan semangkuk sayur yang telah ia hangatkan
tapi tak jadi dimakan
Sementara di ruang tamu
televisi masih sibuk bicara dengan bahasanya sendiri.
Jalan masih terlentang
Gerimis lengang
Ah, empat bulan menjadi perempuan
apa yang kelak akan ia ceritakan?
pada tuhan
dan pintu-pintu langit yang mestinya tak ia tinggalkan.
Lalu beberapa hari kemudian
Ia pergi
untuk menempuh kegelisahannya sendiri
ke suatu tempat
yang masih ia rahasiakan untuk kau datangi.
Banten, Maret 2009
Sumber: Menyampir Bumi Leluhur (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Perempuan yang Kau Sebut Sebagai Istri" karya Rahmatiah adalah karya yang menggambarkan kehidupan seorang perempuan dalam kegelisahannya. Puisi ini merentangkan gambaran emosi dan pikiran perempuan yang tengah menjalani peran sebagai istri.
Pembukaan Pintu dan Kematian Lampu: Puisi ini dimulai dengan gambaran perempuan yang membuka pintu berkali-kali, tetapi seolah-olah tak tahu apa yang ada di luar. Tindakan membuka pintu mungkin mencerminkan keinginan untuk keluar dari sesuatu atau mungkin sekadar mencari jawaban. Kematian lampu, sementara televisi masih menyala, bisa mencerminkan ketidakpastian atau kebingungan dalam pikiran perempuan ini.
Gambaran Keinginan yang Terhalang: Dengan merinci segelas susu dan semangkuk sayur yang dihangatkan tetapi tidak dimakan, puisi ini menunjukkan bahwa ada keinginan atau tindakan yang terhenti. Ini bisa mencerminkan perempuan yang terhalang atau terhenti dalam menjalani kehidupannya, terhambat oleh sesuatu yang tidak diketahui.
Suasana dan Pemandangan: Deskripsi tentang jalan yang terlentang dan gerimis yang lengang menciptakan suasana hening dan sepi. Puisi ini meresapkan kesan kesendirian dan melankolis, menciptakan latar yang sesuai dengan kegelisahan yang dirasakan oleh perempuan ini.
Waktu dan Pertanyaan Kehadiran Tuhan: Puisi ini mengandung pertanyaan tentang waktu, khususnya empat bulan menjadi perempuan. Pertanyaan ini dapat membuka interpretasi tentang perubahan yang terjadi dalam hidup perempuan tersebut. Ada juga catatan mengenai cerita yang akan diutarakan kepada Tuhan, menunjukkan rasa pengharapan atau kebutuhan akan pemahaman.
Kepergian dan Rahasia: Puisi ini mencapai puncaknya dengan perempuan yang pergi ke suatu tempat yang masih dirahasiakan untuk "kau datangi." Kepergiannya mungkin mencerminkan pencarian jati diri atau kebebasan dari kegelisahan yang dia alami. Rahasia tempat tujuannya bisa menambah lapisan misteri pada kehidupannya.
Puisi "Perempuan yang Kau Sebut Sebagai Istri" menciptakan gambaran yang mendalam tentang kegelisahan dan perubahan dalam hidup seorang perempuan. Puisi ini menggunakan gambaran-gambaran simbolis dan suasana yang hening untuk mengeksplorasi kompleksitas perasaan dan pikiran sang perempuan.
Karya: Rahmatiah
Biodata Rahmatiah:
- Rahmatiah lahir pada tanggal 3 Juli 1979 di Nusa Tenggara Barat.