Puisi: Peminta-minta (Karya Sariamin Ismail)

Puisi "Peminta-minta" karya Sariamin Ismail menyoroti kondisi fisik, emosional, dan spiritual yang sulit, sambil mengajukan pertanyaan terhadap ...
Peminta-minta


Haus dahaga tidak tertanggung
        Perut berbunyi meminta nasi
Lah penat tangan sebab menampung
        Tidak seorang mengasihani.

Siang bernapas, malam berembun
        Bertilamkan rumput berbantal daun
Sakit tubuh tidak terhingga
        Nyamuk pun tidak menaruh mesra.

Salahkah beta bermata buta?
        Kaki yang patah bukan kupinta
Sudah suratan dari dahulu
        Takdir allah atas diriku.

Aduh si kaya orang beruang
        Berilah beta remah terbuang
Sedekahi kain penutup punggung
        Panas dan dingin tidak tertanggung.

Sesuap nasi hanya kupinta,
        haus dan lapar ta' terderita
Di tanah yang subur banyak makanan,
        patutkah beta mati ta' makan?

Ya Allah Tuhan yang rahman
        Hanyalah engkau tempat mengadu
Bernisap rahmat engkau turunkan
        Tidakkah ada bahagianku?

O Allah Tuhan yang satu
        Tidak ternilai banyak hambamu
Tiada yang penyantun berhati mesra??
        Kasihkan orang hina dan papa??


Sumber: Biografi Selasih dan Karyanya (1995)
Analisis Puisi:
Puisi "Peminta-minta" karya Sariamin Ismail menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan seorang peminta-minta yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Puisi ini menggambarkan kondisi fisik dan emosional yang sulit dari sudut pandang seseorang yang meminta belas kasihan.

Lapar dan Dahaga yang Tak Tertanggung: Puisi membuka dengan gambaran lapar dan dahaga yang tak tertanggung, menciptakan citra keadaan penderitaan yang mendalam. Penyair merinci kondisi fisik yang sulit, dengan perut berbunyi meminta nasi dan tangan yang penat menampung, namun tidak ada yang mengasihani.

Keterbatasan Fisik dan Kehidupan yang Sulit: Penyair menyajikan gambaran keterbatasan fisik, seperti mata buta dan kaki yang patah, sebagai simbol kehidupan yang sulit dan penuh penderitaan. Puisi menciptakan nuansa keputusasaan dan ketidakmampuan untuk mengubah nasib.

Permohonan kepada si Kaya: Dalam puisi, terdapat permohonan kepada "si kaya" untuk memberikan sedekah berupa remah terbuang, kain penutup punggung, atau sesuap nasi. Permohonan ini mencerminkan harapan sederhana dan keinginan untuk meraih kehidupan yang lebih layak.

Tidak Bersalah atas Nasib: Penyair menegaskan bahwa kondisinya bukanlah kesalahan atau pilihan, melainkan takdir yang sudah tertulis. Ini menciptakan gambaran tentang penerimaan terhadap kenyataan dan keikhlasan menghadapi nasib yang sulit.

Pertanyaan Kepada Tuhan: Puisi mencapai puncaknya dengan pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan, yang mencerminkan rasa putus asa dan kebutuhan akan kasih sayang Ilahi. Penyair mencari rahmat dan mengadu kepada Tuhan sebagai satu-satunya tempat untuk mendapatkan pertolongan.

Kritik terhadap Kekurangan Empati: Puisi mengajukan kritik terhadap kekayaan dan ketidakpedulian masyarakat terhadap orang yang meminta-minta. Penyair merenungkan apakah tidak ada bagian bagiannya di dalam kehidupan yang berlimpah ini dan apakah tidak ada kebaikan hati untuk membantu yang lemah.

Puisi "Peminta-minta" karya Sariamin Ismail adalah puisi yang menggambarkan penderitaan dan kekurangan dari sudut pandang orang yang meminta-minta. Puisi ini menyoroti kondisi fisik, emosional, dan spiritual yang sulit, sambil mengajukan pertanyaan terhadap kebijakan sosial dan kepedulian masyarakat. Dengan mengeksplorasi tema kemiskinan dan ketidakadilan, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan dan mempertanyakan tanggung jawab bersama dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan peduli.

Puisi
Puisi: Peminta-minta
Karya: Sariamin Ismail (Selasih)

Biodata Sariamin Ismail:
  • Sariamin Ismail lahir pada bulan Juli 1909 di Talu, Pasaman, Sumatra Barat. Ia sering memakai nama samaran Selasih dan Seleguri. Nama samarannya yang lain adalah Dahlia, Seri Tanjung, Seri Gunung, Seri Gunting, Ibu Sejati, Bunda Kandung, Kak Sarinah, dan Mande Rubiah.
  • Sariamin adalah penulis yang tercatat sebagai novelis perempuan pertama di Indonesia. Ia meninggal dunia pada tanggal 15 Desember 1995 di Pekanbaru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.