Puisi: Papyrus (Karya Fatin Hamama)

Puisi "Papyrus" karya Fatin Hamama membawa pembaca ke dalam atmosfer dan kekayaan budaya kota Cairo yang berusia ribuan tahun tersebut.
Papyrus


di Khan Khalili
aku mencari sebentuk hadiah
sebagai kenangan bahwa aku pernah singgah di kotamu,
Musa

tapi tidak kutemui selain kerdip lampu Mesjid Husein yang menandai hari berangkat malam
bau syisya merebak di antara ahwaji di pinggir jalan
besok lusa aku meninggalkan tepian tempatmu berlabuh di pangkuan Ramsis.

bayang-bayang itu masih lekat dalam ingatan
setelah aku menyaksikan fragmen masa lalumu di Ragab Pharaoh Nil
kemaren sore di antara jazirah dari perahu yang membelah sungai Nil
dan bungkusan mummi yang membuat aku mual setelah bertandang di museum Tahrir.

aku inginkan sebentuk kenangan
bukan sekeping nostalgia di antara imarah berdebu dari ringkikan keledai
dan kereta barang yang bergerak membelah kota bersama mobil yang berpacu membelah jalan
bukan
bukan pula wajah masam madam sabah yang menagih kontrakan sya’ah
setiap habis bulan

aku inginkan kenangan yang manis
semanis anggur banati atau anggur rubbi mandanillu ataupun asab
di pinggir hadikah dauliyah, tempatku biasa minum
atau seperti rasa bar’uq sukkari yang senantiasa kusuka meski asam ada manis-manisnya.

tapi apakah lagi kenangan itu
di benteng Shalahudin al Ayubi, ketika musim panas tiba aku lihat penjaja hummus.
di puncak muqattam pun aku temui, terasa waktu dalam kurun yang purba
dengan jagung bakar di tangan lebih membuat aku tertarik menikmati matahari tenggelam bersama hamparan pasir di lembah kota
suara deram turummoi membawaku sampai ke sayyidah zeinab, mesjid tua itu
senantiasa membuat aku ingin singgah setiap saat
keinginan yang tidak pernah kesampaian
menuju Manial melewati Imbaba, selokan air yang menggantung tinggi membatasi penglihatan dari sedikit kuburan penduduk yang tertutupi tengah kota, mengalah pada bangunan baru funduq penampung turis berbintang lima sepanjang cornice.
Kahirah yang usang di waktu siang berubah jelita di waktu malam,
bertabur lampu mercuri dan gemerlap bintang-bintang malam

kusinggahi Uyun Musa di tepi laut merah dan terusan Suez
airnya membuat aku menggigil dan gemetar
sementara tanpa pepohonan matahari bebas memanggang kulitku
dan hembusan angin yang liar sepanjang jalan ke Fayyum
ketika kudatangi tunggul ketamakan Qarun di danaunya
serasa kudengar gemerincing kunci gudang hartanya
dihela beberapa kuda

apalagikah kenangan itu
lorong kecil di dalam pyramid dengan sedikit oksigen
membuat aku sesak hanya unutk melihat tempat peristirahatan para Firaun
kenapa begitu jauh kau gali tanah untuk menaruh sekerat ragamu
apa karena kau ingin keangkuhanmu abadi
dan dikenang sepanjang zaman

katakan padaku,
apa yang dapat kubawa pulang selain kenangan silam dari kota tua,
kota seribu menara ini

lonceng dan adzan bergema bergantin kadang bersamaan
penggembala domba bebas memasuki jalan
berjalan bergerombolan pergi pagi hari dan pulang jika matahari terbenam ke sebelah sahara
jauh dari penglihatan pasha-pasha yang butuh air susunya

alir-alir Nil di sela-sela kota
tepian yang menyimpan bunga air dan rumput-rumput
papyrus yang merebak tanpa kata
kupikir, biar kukemas saja
pada satu catatan di kertas lama
seperti pada purbanya ingatan
yang terlukis pada zaman yang kau lalui,
Musa

Papyrus, Cairo, 1995

Sumber: Papyrus (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Papyrus" karya Fatin Hamama adalah sebuah perjalanan melalui kota Cairo yang sarat akan kenangan dan keindahan lalu. Penyair menggambarkan pengalamannya dengan bahasa yang kaya akan imaji dan simbolisme.

Pencarian Kenangan: Penyair mencoba mencari kenangan sebagai bentuk hadiah dari Khan Khalili, daerah di Cairo yang terkenal sebagai pasar tradisional. Namun, yang ditemuinya adalah cahaya dari Mesjid Husein dan aroma syisya yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di sekitar.

Bau dan Suara: Puisi ini menghidupkan suasana tempat dengan membahas bau syisya dan suara jazirah, memberikan citra yang kaya dan meresap.

Gelap dan Terang: Terdapat kontras antara lampu Mesjid Husein yang berkedip di malam hari dengan bayang-bayang yang lekat dalam ingatan di siang hari. Ini menciptakan gambaran kegelapan dan terang yang berubah seiring waktu.

Kenangan yang Diinginkan: Penyair mengungkapkan keinginannya akan kenangan yang manis, seperti anggur dan rasa-rasa tradisional. Kenangan yang diinginkan adalah yang membawa kebahagiaan dan kehangatan.

Pemandangan dan Suasana Cairo: Puisi ini merinci berbagai pemandangan dan suasana di Cairo, dari benteng Shalahudin hingga sungai Nil dan ke Fayyum. Ini memberikan nuansa kaya dan beragam akan keindahan kota.

Pertanyaan pada Sejarah dan Kematian: Penyair mengajukan pertanyaan yang dalam terkait dengan sejarah dan kematian saat mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti piramida. Pertanyaan ini menciptakan refleksi tentang makna hidup dan keabadian.

Nilai Kenangan dan Kebesaran Zaman: Penyair merenungkan nilai kenangan dari kota tua ini dan kemegahan zaman yang telah berlalu. Hal ini tercermin dalam gambaran piramida dan upaya manusia untuk menciptakan keabadian.

Puisi "Papyrus" adalah sebuah perjalanan sentimental dan reflektif melalui kota Cairo, di mana penyair merangkai kenangan dan pengalaman dengan indah. Dengan penggunaan imaji dan simbolisme yang kuat, Fatin Hamama berhasil membawa pembaca ke dalam atmosfer dan kekayaan budaya kota yang berusia ribuan tahun tersebut.

Fatin Hamama
Puisi: Papyrus
Karya: Fatin Hamama

Biodata Fatin Hamama:
  • Fatin Hamama lahir pada tanggal 15 November 1967 di Padang Panjang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.