Puisi: Nyanyian Awan (Karya Fatin Hamama)

Puisi "Nyanyian Awan" karya Fatin Hamama memfokuskan pada elemen-elemen alam seperti hujan, awan, dan matahari, penyair menciptakan sebuah ...
Nyanyian Awan


Ketika hujan berhenti kau pun sudahi nyanyi
sebilah nada menggantung di sisi awan
matahari enggan mengusir gerimis pagi

Kembali sunyi menyanyi-nyanyi tanpa tari
irama itu pun berhenti
teruslah kau mengemasi
betapa denting mengiris pelangi
sebingkah biru kau reguk
dan kau muntahkan

Langit dipenuhi awan
hujan diam-diam
menitik lagi

Jakarta, 1999

Sumber: Papyrus (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Awan" karya Fatin Hamama adalah karya yang singkat namun penuh dengan keindahan dan makna. Dengan memfokuskan pada elemen-elemen alam seperti hujan, awan, dan matahari, penyair menciptakan sebuah atmosfer yang mengajak pembaca untuk merenung.

Simbolisme Hujan dan Awan:
  1. Hujan: Hujan dalam puisi ini tidak hanya berfungsi sebagai elemen cuaca, tetapi juga memiliki makna metaforis. Hentinya hujan menandai akhir dari sesuatu, mungkin sebuah kehidupan atau pengalaman.
  2. Awan: Awan di sini bisa diartikan sebagai pembawa nyanyian. Mereka melambangkan perjalanan, perubahan, dan keberlanjutan. Ketika hujan berhenti, awan tetap ada, menyimpan keindahan dan misteri.
Penggunaan Metafora dan Personifikasi:
  1. Nyanyian Awan: Penggunaan metafora untuk menggambarkan suara hujan sebagai "nyanyian awan" memberikan nuansa keindahan dan kelembutan pada suara hujan.
  2. Matahari Enggan: Personifikasi digunakan untuk memberikan sifat manusia pada matahari yang "enggan mengusir gerimis pagi," memberikan elemen emosional pada unsur alam.
Hentakan Rima dan Ritme:
  1. Denting mengiris pelangi: Penggunaan kata-kata yang memiliki suara serupa seperti "denting" dan "mengiris" menciptakan hentakan rima yang memberikan nada indah dan ritmis pada puisi.
  2. 4. Waktu dan Sunyi:
  3. Sunyi: Pengulangan kata "sunyi" menekankan kondisi hening dan sunyi setelah hujan berhenti. Sunyi di sini mungkin mencerminkan ketenangan setelah suatu peristiwa atau kehidupan.
Rasa Henti dan Berlanjut: Puisi ini mengekspresikan perasaan henti dan berlanjutnya waktu. Hentinya hujan, berhentinya nyanyian, dan kemudian hujan kembali menciptakan perasaan siklus dan kesinambungan dalam alam.

Dalam Setiap Tetes Hujan: Matahari enggan mengusir gerimis pagi: Ini dapat diartikan bahwa keindahan hujan masih berlanjut meskipun matahari sudah muncul. Puisi ini mengajarkan kita untuk menemukan keindahan dalam setiap momen, bahkan setelah hujan berhenti.

Puisi "Nyanyian Awan" adalah karya yang memanjakan pembaca dengan keindahan alam dan filosofi kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Fatin Hamama menciptakan suasana yang menenangkan dan merenung, mengajak pembaca untuk menyelami keindahan dalam detik-detik sehari-hari.

Fatin Hamama
Puisi: Nyanyian Awan
Karya: Fatin Hamama

Biodata Fatin Hamama:
  • Fatin Hamama lahir pada tanggal 15 November 1967 di Padang Panjang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.