Puisi: Musim Hujan (Karya Weni Suryandari)

Puisi "Musim Hujan" karya Weni Suryandari mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kekuatan, kedalaman, dan keindahan dalam pengalaman cinta.
Musim Hujan


Kuucap cinta dari merah hatiku
Sedalam laut, sedahsyat ombak
Sambil mereguk nafas cintamu
Yang berpilin di urat darahmu

Ah, bunga-bunga cinta, betapa hujan
matamu, Februari menggigil semu
Sebelum senja berselang, apimu
menghangatkan.

Januari, 2013

Sumber: Majalah Story (Edisi Februari, 2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Musim Hujan" karya Weni Suryandari adalah ungkapan perasaan cinta yang mendalam, diiringi dengan metafora alam yang kuat. Dengan menggunakan bahasa yang indah, puisi ini menciptakan gambaran tentang perasaan cinta yang penuh gairah dan berapi-api, seolah-olah diilustrasikan melalui elemen alam.

Ekspresi Cinta yang Mendalam: Puisi ini dimulai dengan ungkapan cinta yang sangat dalam, "Kuucap cinta dari merah hatiku." Penyair mengekspresikan perasaan cintanya dengan warna merah, yang sering kali dikaitkan dengan gairah dan kehangatan. Ungkapan ini menciptakan gambaran tentang cinta yang mendalam dan intens.

Kedalaman dan Kehebatan Cinta: Metafora yang digunakan dalam baris kedua, "Sedalam laut, sedahsyat ombak," menunjukkan kedalaman perasaan cinta seperti lautan yang luas dan kekuatan ombak yang dahsyat. Puisi ini menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang tidak dapat diukur atau dihentikan, sebagaimana alam yang begitu besar dan kuat.

Reguk Nafas Cintamu yang Berpilin di Urat Darahmu: Baris ini menciptakan gambaran proses mendalam dan penuh perasaan, seolah-olah menghirup nafas cinta yang terpilin di urat darah. Ini menggambarkan bahwa cinta bukan hanya pengalaman emosional, tetapi juga sesuatu yang terkait erat dengan esensi kehidupan seseorang.

Bunga-Bunga Cinta dan Hujan Matamu: Metafora "Ah, bunga-bunga cinta, betapa hujan matamu" menciptakan gambaran keindahan cinta yang mekar seiring dengan rintik hujan. Hujan matamu bisa diartikan sebagai air mata yang turun karena kebahagiaan atau kepedihan. Metafora ini memberikan kedalaman dan kompleksitas pada penggambaran cinta.

Februari Menggigil Semu dan Apimu yang Menghangatkan: Puisi menampilkan perasaan kontras dengan menyebutkan bahwa "Februari menggigil semu" sementara "apimu menghangatkan." Ini bisa diartikan sebagai musim dingin yang bersifat sementara dan cinta yang tetap hangat dan abadi. Metafora ini memberikan nuansa romantisme yang khas.

Puisi "Musim Hujan" karya Weni Suryandari berhasil menciptakan atmosfer cinta yang mendalam dan indah melalui penggunaan metafora alam. Dengan menyatukan elemen alam seperti laut, ombak, hujan, dan bunga-bunga, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kekuatan, kedalaman, dan keindahan dalam pengalaman cinta.

Weni Suryandari
Puisi: Musim Hujan
Karya: Weni Suryandari

Biodata Weni Suryandari:
  • Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Dendang MalamPada jelang malam, saat bulan menepiKunang-kunang mencari sepasang mataYang tajam melesat panah di jantungku        ; percik cemburu meminta kecupK…
  • Hujan dan PerjalananHujanlah yang turun di hamparan bumiPohon-pohon tersenyum, kemarau tenggelamJalanan kini basah, merendam jejak-jejak kataBersama waktu di punggungku, mencipta c…
  • Menuju SunyiSebelum angin menghempas ombak ke pantaiDi tempat rindu pernah bersemai, hujan rinaiEngkau menatap senja di lepas lautBersama sepenuh perasaan pantang surutPerahu terom…
  • Hikayat MusafirSeorang musafir menempuh jalanmencari hikmah kesementaraantangan kirinya bertongkat adabdada kanannya memegang kitabberjalan dari zaman ke zamanmembaca lembaran tafs…
  • Perempuan IniKesepian mengetuk-ngetuk dadaku begitu nyaringRupanya ingin merenggut waktu sibukkuBukan lantaran lelakiku ingin dibelaiAtau anakku minta disusuiAtau setumpuk pekerjaa…
  • SaronenSerupa mata kanak-kanak, dalam bayang-bayangTontonan gong tetabuhan dari pinggir pematang.Angin menderu dihantui kecemasan tak berbilang        : siapa y…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.