Puisi: Melati Senja (Karya Weni Suryandari)

Analisis Puisi "Melati Senja" membawa pembaca ke dalam dunia imaji dan simbolisme yang kaya, mengeksplorasi tema kehidupan, cinta, dan takdir.
Melati Senja


Pada rona merah melati terang tanah
Aku menggali ingatan sensual
Saat perawan digunting ajal
Persetubuhan kabut perjanjian palsu
Hidup dan maut di lipatan masa

Perjamuan telah ditutup
Orang orang mewirid doa sumbang
Tentang perawan dipinang bujang
Dari negeri dongeng, jalan berkerikil
meluas di ceruk getir.

Suruh siapa angin bertandang diam-diam di beranda senja
Mengambil sekantung beban tanpa syarat
merangkul penat dalam perubahan musim
Patah hati berulang dan ketiadaan tiang kekar bersandar
Kala rapuh bahu

Tanah merah berkerak akar, menumbuhtunaskan segala cinta
Entah absurd atau bermusim teguh
Keabadian adalah kepastian
Sedang takdir adalah milik kita sendiri sendiri

(hatiku menengadah untuk bahagiamu, tuntas)

Agustus, 2011

Analisis Puisi:
Puisi "Melati Senja" karya Weni Suryandari membawa pembaca ke dalam dunia imaji dan simbolisme yang kaya, mengeksplorasi tema kehidupan, cinta, dan takdir.

Melati Terang Tanah: Melati yang terang tanah melibatkan unsur alam (tanah) dan bunga melati, memberikan gambaran akan kecantikan dan kelembutan, sekaligus kehidupan yang melewati masa-masa sulit.

Perawan dan Kabut Perjanjian Palsu: Penyair menggunakan gambaran perawan dan persetubuhan kabut sebagai metafora perjanjian palsu dalam hidup. Ini dapat mewakili pengalaman hidup yang penuh dengan kekecewaan dan ketidakpastian.

Persetubuhan dan Negeri Dongeng: Gambaran persetubuhan dan negeri dongeng menciptakan citra kehidupan yang seringkali tidak sesuai dengan harapan atau gambaran idealistik. Negeri dongeng menunjukkan ketidakrealistisan dan ketidaksempurnaan dunia.

Berkerikil di Ceruk Getir: Jalan berkerikil di ceruk getir menggambarkan perjalanan hidup yang penuh tantangan dan rintangan. Ini menciptakan gambaran kehidupan yang berliku dan sulit dilalui.

Angin Bertandang di Beranda Senja: Angin yang bertandang di beranda senja membawa konsep kesunyian dan perubahan. Senja bisa merujuk pada fase akhir atau transisi, sementara angin membawa perubahan yang datang tanpa diundang.

Tanah Merah Berkerak Akar: Tanah merah yang berkerak akar menciptakan citra kesuburan dan ketahanan alam. Akar yang menumbuhkan segala cinta bisa diartikan sebagai asal-usul dan dasar dari semua bentuk kasih sayang.

Absurd atau Bermusim Teguh: Kontras antara absurd dan bermusim teguh menyoroti kompleksitas hidup. Hidup bisa dianggap sebagai suatu keadaan yang aneh (absurd) atau sebagai rangkaian musim teguh yang melibatkan keteguhan dan ketahanan.

Keabadian dan Takdir: Pemikiran tentang keabadian sebagai kepastian dan takdir sebagai milik kita sendiri mengeksplorasi tema kebebasan dan kontrol atas nasib sendiri. Ini menunjukkan peran aktif manusia dalam membentuk takdirnya.

Hatiku Menengadah untuk Bahagiamu: Baris terakhir menciptakan nada kelembutan dan kebaikan. Pemikiran ini menggambarkan sikap positif dan altruistik, di mana hati penyair bersatu dengan kebahagiaan orang lain.

Puisi "Melati Senja" menggambarkan sebuah perjalanan hidup yang kompleks, dengan segala liku-liku, kekecewaan, dan keindahan. Dengan menggunakan bahasa metaforis dan gambaran yang kuat, Weni Suryandari berhasil menyajikan gambaran yang mendalam tentang dinamika manusia di dalam alam kehidupan.

Weni Suryandari
Puisi: Melati Senja
Karya: Weni Suryandari

Biodata Weni Suryandari:
  • Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Hujan AgungBulan melengkung, angin berkibas basahlampu lampu terangi jalan berwajahsungai, hingga tiba Shubuh sunyisedang ciumku tak sampai-sampaidi kotamu      &nbs…
  • Atas Nama KebenaranKita tak pernah bisa menang atas kemarahan padamereka yang menutup pintu kejujuranorang-orang tertindas di bawah kaki tiraniTerpinggirkan.Kau tahu dengan apa ora…
  • Lelaki BulanDi tepi fajar engkau terpaku, tatapujung-ujung rambutku, basah serupasetangkup hujan yang tergenggamdi tangan birahi tak bertuanRanting-ranting tua berderak pelan,mengu…
  • PenantianSeorang perempuan berdiri di ujung jalan,menanti matahari meneteskan peluhAngin bersiut, membawa kabar dari Timurdan bisik sunyi mengeja detak umurKekasihnya akan tiba seb…
  • Demi WaktuSeperti cermin;Padamu kulihat diriku  sama berteriak piluPada lilin menyala juga pada hasrat di kepalaSaling memuja saling menjagaSiang kepada malam, bulan kepada ke…
  • IlusiAku mendekap jalanan malam, membunuh anganMenerjang lampu lampu asing, keriangan palsu di sudut ruangSedang kesunyian tekun mengiringi langkahkuSeperti tahun tahun silam penan…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.