Puisi: Laut (Karya Weni Suryandari)

Puisi "Laut" karya Weni Suryandari menggambarkan pengalaman emosional yang mendalam, mengaitkan elemen alam dengan perjalanan jiwa dan kehidupan.
Laut (1)


Dari matamu yang sabit, aku benci kehilangan
Sebab di sana tersimpan makna kata dan tatapan
Sedang pantai beraroma mawar, kabut pun menebar
malam-malam pertemuan sekokoh mercusuar

Seketika bulan pun kalah, sebab matamu lebih nyala dari sepi
di waktu-waktu kelam yang meletih, tubuhku kian pipih

Laut kenangan meruncing di ujung karang, pecah
berderaian, menembus jantungku


Laut (2)



Kubuka mataku, berlayarlah padaku
Saat angin dan ombak bermain di bawah bulan
dan pepohonan tinggal menunggu bayang-bayang
bibirku beku, sedang laut mengalun tenang

aku melihat orang orang gelisah menunggu
garis nasib pada perut dan harapan yang tak surut
Pengangguran menjadi angka harmonis bagi kemiskinan
Bendera lupa pada slogan, kita cuma diam

Berlayarlah di mataku, akan kau selami samudera
dan riwayat karang dari anyir perjalanan getir
Di sana akan kau temui cahaya kebijaksanaan
Tentang hidup dan maut sebagai ampas ruhani bagi usia
dijerat lalai bagi pesta penjilat yang tak pernah usai

Kubuka mataku, berlayarlah padaku
Akan kukecup kerinduan di bawah bulan
Perahu Khidr menelan pengkhianatan
Hingga tenggelam pada surga penghabisan


Laut (3)



Bulan tipis, ombak berbaris ritmis
Ikan-ikan melompat di riak kenangan
Ada yang basah di mataku, bayangmu
bermain begitu manis

Meski telah kucipta jarak memanjang
Kemana pun memandang, hanya wajahmu
Sebab yang kekal hanya tinggal luka
tak dapat kubandingkan sakit semesta

Malam ini kelomang pulang ke sarang
Daun-daun nyiur pantai lembut bergoyang
Tangisku aduh, di lepas laut tak habis-habis

Bulan tetap tipis, menajam di bola mataku
Menjelma hujan deras, laut mengganas
        : namun usia hanya tinggal ampas

2015

Sumber: Suara Karya (12 April 2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Laut" karya Weni Suryandari menggambarkan pengalaman emosional yang mendalam, mengaitkan elemen alam dengan perjalanan jiwa dan kehidupan.

Laut (1)

Kehilangan dan Makna: Puisi dibuka dengan rasa kehilangan melalui mata, yang disebut sebagai tempat penyimpanan makna kata dan tatapan. Pantai yang beraroma mawar dan kabut malam menciptakan suasana romantis. Mercusuar menjadi simbol keteguhan dan petunjuk di malam pertemuan.

Keindahan Mata dan Kelelahan Hidup: Bulan menjadi tak berdaya di hadapan keindahan matamu yang bersinar lebih terang daripada kegelapan. Penggambaran tubuh yang semakin pipih menciptakan kesan kelelahan hidup dan beratnya beban.

Laut Kenangan: Metafora laut kenangan yang meruncing di ujung karang, pecah, dan menembus jantung mencerminkan intensitas dan kekuatan ingatan yang menyakitkan.

Laut (2)

Berlayar di Mata: Puisi beralih ke bagian kedua yang mengajak pembaca untuk "berlayar di mataku". Ini memberikan kesan bahwa mata penutur menjadi lautan pengetahuan dan pengalaman.

Kemiskinan dan Kebijaksanaan: Ungkapan tentang kemiskinan dan keheningan dihadapkan dengan kebijaksanaan dan cahaya yang dapat ditemukan dalam perjalanan yang sulit dan pahit.

Perahu Khidr dan Pengkhianatan: Metafora perahu Khidr menelan pengkhianatan menyoroti tema penuh makna tentang pengorbanan dan keteguhan hati, bahkan di tengah pengkhianatan.

Laut (3)

Kenangan dan Luka: Bagian ketiga mengeksplorasi kenangan, luka, dan kerinduan. Bulan, ombak, dan ikan-ikan menjadi elemen-elemen yang meramaikan atmosfer dan menyiratkan perasaan yang melibatkan.

Jarak dan Sakit Semesta: Meskipun terdapat jarak dan kesakitan, wajah yang kekal adalah luka yang abadi. Kemarahan dan kepedihan semesta tercermin dalam puisi.

Usia dan Ampas: Penutup puisi menyoroti ketidakmampuan menghentikan usia yang terus berlanjut, dan usia dianggap sebagai ampas yang hanya tinggal sebagai sisa-sisa dari waktu.

Puisi "Laut" tidak hanya menggambarkan keindahan alam, tetapi juga meresapi kehidupan manusia dengan konflik batin, kehilangan, dan pencarian makna. Melalui gambaran laut, mata, dan perjalanan, Weni Suryandari menghadirkan puisi yang kaya dan penuh makna, merangkai cerita yang melibatkan pembaca dalam pengalaman emosional yang mendalam.

Weni Suryandari
Puisi: Laut
Karya: Weni Suryandari

Biodata Weni Suryandari:
  • Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • RinduSepanjang jalanBulan berkabut piluMenggiring rinduKenangan menyergapPada mata basahjantungku pecah2015Sumber: Suara Karya (12 April 2015)Analisis Puisi:Puisi "Rindu" kary…
  • Penari TayubSenja itu lampu taman bercahaya benderangpesta belum usai, seorang tayub melambaiSepasang kaki indah melantai, suara gendingterdengar begitu magis, sedang cuaca gerimis…
  • Rindu BetaraSekokoh karang, tajam ombak menembus ingatanSaat buihnya mendaras namamu, berdeburandi jantung laut, manja pada hangat pelukanSegala berwajah engkau di liuk gelombangLa…
  • LelakiSiapakah engkau sesungguhnyaYang memberiku nama perempuandan melanggengkan kenikmatan beriringkesakitan, menjadi sulur sejarah hidup kitaPada matamu terlukis cahaya berwarna …
  • Lepas TahunLaut lepas, perahu berlayar sendiriAngin menepi menunggu tahun pergiDi puncak malamAku melayang di kepalamu,Ada kenangan bermain di dadaku,        &n…
  • Ironi SepiAku melihat pusat keramaian beraroma kesepianNafas leluhur yang terbungkus masa lalu,terkunci oleh perjalanan waktu.Nyala lilin dan mantra tak mampu membuatkuberlari dari…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.